NovelToon NovelToon
Teror Dunia Alam Ghoib

Teror Dunia Alam Ghoib

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Hantu
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

para mahasiswa dari Institut Seni Indonesia tengah melakukan projek pembuatan filem dokumenter ke sebuah desa terpencil. Namun hal tak terduga terjadi saat salah satu dari mereka hilang di bawa mahluk ghoib.

Demi menyelamatkan teman mereka, mereka harus melintasi batas antara dunia nyata dan alam ghoib. Mereka harus menghadapi rintangan yang tidak terduga, teror yang menakutkan, dan bahaya yang mengancam jiwa. Nyawa mereka menjadi taruhan dalam misi penyelamatan ini.

Tapi, apakah mereka sanggup membawa kembali teman mereka dari cengkeraman kekuatan ghoib? Atau apakah mereka akan terjebak selamanya di alam ghoib yang menakutkan? Misi penyelamatan ini menjadi sebuah perjalanan yang penuh dengan misteri, dan bahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 04

Setelah perjalanan panjang melewati hutan belantara, rombongan akhirnya tiba di Desa Menoreh. Cahaya lampu remang-remang menyambut mereka dari kejauhan, membangkitkan rasa antusias untuk segera beristirahat setelah seharian berkendara.

Queen terpukau oleh gapura megah nan kokoh di pintu gerbang desa, seakan penjaga waktu yang tak lekang oleh usia. Ukiran rumit dan detail menghiasi batu gapura tua itu, dihiasi lumut yang menambah kesan mistis dan bersejarah.

Keheningan mencekam sepanjang perjalanan. Keanehan mulai terasa; tak ada satu pun penduduk desa yang terlihat berlalu-lalang. Desa itu terasa seperti kota mati.

Queen melirik jam tangannya. "Padahal baru Jam tujuh malam, kok sepi banget,ya? " Gumamnya.

Valo mengamati setiap rumah dari balik jendela. "Benar juga. Gak ada tanda-tanda kehidupan," ia menyetujui. Ia menoleh ke sopir, "Pak, ada yang tinggal di sini gak sih ,Pak?"

Sopir tersenyum singkat. "Tentu ada, Mas. Pak Parno sendiri tinggal di sini. Tapi desa ini memang sepi menjelang magrib. Sepertinya memang ada semacam peraturan tak tertulis, Mas. Saya juga kurang paham. " Ujarnya. "Saya sendiri ngeri berkendara malam hari di sini, dan malam ini saya harus menunggu hingga pagi untuk pulang."

Wati bertanya lirih, "Peraturan desa ya, Pak?"

Sopir itu melirik ke spion sejenak, raut wajahnya berubah sedikit tegang. "Sepertinya begitu, Mbak. Pak Parno yang lebih tahu seluk-beluk desa ini. Saya sendiri, kalau bukan karena permintaan beliau, tak akan mau menjemput kalian larut malam begini."

Mereka bertiga saling memandang, merasa jika desa ini penuh dengan misteri. Tak lama mobil mulai melambat dan berhenti.

Mobil mereka berhenti di depan sebuah rumah joglo tua, di mana seorang lelaki tua berjenggot putih panjang bak dewa sungai menyambut mereka. Rambutnya seputih salju, senyumnya ramah namun menyimpan kedalaman yang tak terbaca.

Pak Parno, sopir mereka, segera menghampiri lelaki tua itu—Pak Prabu, kepala desa sekaligus tetua—yang sangat dihormati.

"Kami terlambat, Pak," ujar Pak Parno, suaranya sedikit terburu-buru.

"Mobil kami mogok di tengah jalan," tambahnya, menjelaskan keterlambatan mereka.

Pak Prabu mengangguk mengerti, "Ah, yo wes. Yang penting kalian sudah sampai."

Suasana hangat tercipta. Pak Prabu memperkenalkan dirinya, dan satu per satu, Daffa , Wati, Queen dan yang lainnya diperkenalkan kepada sang kepala desa.

Mereka masuk ke dalam rumah dengan membawa tas mereka masing-masing. Langkah kaki mereka bergema pelan di dalam rumah joglo tua itu, aroma kayu tua dan rempah-rempah samar tercium, menambah suasana mistis yang menyelimuti.

Queen, dengan perhatiannya yang tulus, menoleh pada Wati yang masih sedikit pincang. "Lu yakin bisa jalan sendiri wat? " Tanya Queen.

Wati, dengan senyum tegar, mengangguk pada Queen. "Aku baik-baik saja, Kak. Terima kasih." Ia membawa tasnya sendiri, meskipun masih sedikit pincang.

Namun, sebelum Wati melangkah lebih jauh, Queen dengan sigap mengambil tas itu. "Biar gua aja yang bawa, Wat."

Tiba-tiba, sebuah tangan lain menyambar tas tersebut. Daffa, dengan senyum yang sulit diartikan, sudah memegang tas Wati.

 "Biar gua saja," katanya, suaranya lembut namun tegas.

Wati dan Queen tertegun, ingin menolak namun Daffa sudah melangkah masuk ke dalam rumah joglo tua itu, meninggalkan mereka berdua di ambang pintu.

Langkah Queen menyesuaikan irama langkah Wati yang masih sedikit tertatih. Di ruang utama, mereka tertegun. Seperangkat gamelan Jawa lengkap, gong-gong perunggu berkilau, dan aneka alat musik tradisional lainnya terpajang dengan megah.

"Wah, ada alat musik!" seru Fahri, suaranya bergema pelan di ruangan luas itu.

Setelah beberapa saat mengagumi keindahan gamelan, mereka menuju kamar masing-masing. Para wanita akan beristirahat di kamar utama, sementara yang lainnya di kamar belakang.

Setelah semua memeriksa kamarnya, Pak Prabu dan Pak Parno pamit, namun Pak Prabu menatap mereka dengan tatapan serius sebelum berucap.

"Ada satu hal yang harus kalian ingat," katanya, suaranya berat, "Kalian melewati gapura sebelum masuk desa, kan?"

Mereka mengangguk. Pak Prabu melanjutkan, "Di desa ini ada dua gapura. Yang satu di depan, yang satunya di belakang desa. Saya tekankan sekali lagi: tengah malam, jangan sekali-kali mendekati, apalagi melewati gapura di belakang desa. Apa pun yang terjadi, jangan pernah ke sana!" Nada suaranya tegas, penuh peringatan.

Keingintahuan Baskoro tak terbendung. "Memangnya ada apa di sana, Pak?" tanyanya.

Pak Parno menjawab dengan tegas, "Kalian tak perlu tahu. Cukup patuhi saja. Ini demi keselamatan kalian." Ia melirik Pak Prabu, seakan mengisyaratkan sesuatu yang tak terucapkan.

"Selamat istirahat. Jika ada apa-apa, saya ada di rumah sebelah," kata Pak Parno sebelum berlalu, meninggalkan mereka .

"Dih! Apa-apaan sih, kasih informasi setengah-setengah, bikin penasaran aja!" gerutu Fahri, suaranya dipenuhi kekesalan. "Aneh banget orang tua itu."

Queen dengan lembut menepis lengan Fahri. "Husss... mulut lu tu! Ikuti aja aturannya. Setiap tempat punya aturan sendiri. Kita di sini tamu, jadi harus menghormati aturan desa ini. Lagipula, ini demi kebaikan kita sendiri, kan?"

Ketua tim angkat bicara, "Yang dikatakan Queen ada benarnya kita lebih baik mematuhi peringatan mereka, "

" Baiklah,ayo kita kembali ke kamar masing-masing. Istirahatlah, besok kita punya tugas besar yang menanti! Selamat istirahat semuanya."

Satu per satu mereka kembali ke kamarnya, meninggalkan ruang utama yang kini sunyi. Kelelahan perjalanan perlahan membuat mereka mengantuk, membuai mereka ke alam mimpi.

...----------------...

"Cepat, cepat!" desak Queen.

Fahri, masih setengah mengantuk, mengucek matanya, "Ada apa sih, Queen? Ini masih tengah malam!" gerutunya, suaranya mengantuk.

Mereka sampai di depan kamar Queen. Daffa dan Wati sudah menunggu di sana, "Ada apa ini?" tanya Fahri, kebingungan dan sedikit tidak sabar.

"Wati mendengar suara tangisan dari luar!" jelas Queen.

Wati mengangguk, "Iya, aku dengar suara tangisan. Suara perempuan, aku sampai nggak bisa tidur!" Wati gelisah.

Fahri menoleh ke arah kamar mereka. Coba deh dicek, mungkin ponsel kalian yang bunyi? Lupa dimatikan kali pas kalian main media sosial?"

Wati menggeleng cepat, "Tidak ada! Ponsel kami semua sudah dimatikan!" Suaranya tegas.

"Gue juga jadi nggak bisa tidur!" Fahri menggerutu kesal, "Ini tengah malam, gue capek banget!"

Queen menepuk pundak Fahri, "Tolong, cek sebentar saja. Gue di sini temenin Wati."

Daffa maju selangkah, "Ayo, kita periksa sebentar." Suaranya tenang.

Fahri ragu-ragu, mengarahkan cahaya senter ponselnya ke Daffa. "Serius lu mau memeriksa ke luar? Ini tengah malam, lho Fa!"

Daffa mengangguk mantap, "Iya, sebentar saja. Kasian mereka."

Dengan berat hati, Fahri mengikuti Daffa, menyalakan kamera video ponselnya, berharap bisa mengabadikan momen menegangkan ini. Langkah mereka pelan, cahaya senter menerobos kegelapan, menyingkap sedikit demi sedikit suasana mencekam di sekitar mereka. Daffa mengarahkan cahaya senter ke arah gamelan yang terpajang di ruang utama, bayangan alat musik itu tampak menari-nari di dinding, menambah kesan mistis. Kegelapan begitu pekat, tak ada lampu sedikit pun.

"Gelap banget! Kenapa gak ada lampu di sini sih?" gumam Fahri, suaranya bergetar sedikit, menunjukkan rasa takutnya.

Langkah demi langkah, mereka menyusuri ruangan menuju pintu depan. Daffa membuka pintu dengan hati-hati, mencoba sebisa mungkin agar tak menimbulkan suara.

Namun, "Krekk..." Suara pintu yang berderit memecah kesunyian malam, menciptakan ketegangan yang semakin mencekam.

...****************...

BERSAMBUNG....

1
🌟Bintang✨
Keren ...
🌟Bintang✨
Semangat nulis thor... ceritanya menarik sukses buat author nya
◦•●◉✿NhenG✿◉●•◦
lnjut..
◦•●◉✿NhenG✿◉●•◦
Mantap Thor lanjutkan..ceritanya bagus dan seru.
♔︎❄Ⓜurniati❄♔︎
mampir ya kk
𝔸ℝ𝕊
next
𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝙉ᗩƁᓵᘂልᴳᴿ🐅
keren kak,, semangat berkarya nya
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: iya makasih kak
total 1 replies
🍮😈 𝔫αᖇÃүα 𝓪ˡ𝐢¢𝒾Δ 💋💚
Mampir
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: mkasih ya
total 1 replies
⧗⃟ᷢʷ𝙵𝚑𝚊𝚗𝚒𝚊🦂🌻͜͡ᴀs
ibuk mampir yi. wahh beneran di rombak ya.. lebih seru yi
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: iyaa buk.. rombak total kmren 🤣
total 1 replies
𝔸ℝ𝕊
Abng mmpir dek
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: ehhh makasih bang 🤗
total 1 replies
➷ᖇOᙎᖇᖇ◇
/Watermalon/
➷ᖇOᙎᖇᖇ◇: sama-sama
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: makasih dah mampjr
total 2 replies
☠🍁🍾⃝ ͩ ᷞʙͧɪᷡʟͣ𝐀⃝🥀❣️❤️⃟Wᵃf
termasuk mereka itu pada pemberani sih
✎🍳🍳TₑLₒᵣ CₑPLₒK🥚🐣🌾✍
Semangattt,,, weh mantep.. Kopi buat othor
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: 🤭🤣🤣haha emng ceplok
✎🍳🍳TₑLₒᵣ CₑPLₒK🥚🐣🌾✍: Plokk🥴🥴
total 3 replies
☠🍁🍾⃝ ͩ ᷞʙͧɪᷡʟͣ𝐀⃝🥀❣️❤️⃟Wᵃf
mampir kak
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: makasih ya
total 1 replies
🍁Pipitz❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
Waduh horor ya ini
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: iyaa 🤭🤭
total 1 replies
✎🍳🍳TₑLₒᵣ CₑPLₒK🥚🐣🌾✍
Cuss semaangaat Etehh
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: /Joyful//Joyful/ perjuangan ternyata nulis ginian
✎🍳🍳TₑLₒᵣ CₑPLₒK🥚🐣🌾✍: Laah, gundulll
total 3 replies
⧗⃟ᷢʷ мαкмιѕѕнαℓυ ˢ⍣⃟ₛ
ini baca harus nyantai, Mak simpan dulu dobrak buku ya.. soal nya mak suka novel yg bau" jurig
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: siap mak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!