Beberapa tahun lalu, Sora dikhianati oleh kekasih dan sahabatnya. Mengetahui hal itu, bukannya permintaan maaf yang Ia dapatkan, Sora justru menjadi korban kesalah pahaman hingga sebuah ‘kutukan’ dilontarkan kepadanya.
Mulanya Sora tak ambil pusing dengan sumpah serapah yang menurutnya salah sasaran itu. Hingga cukup lama setelahnya, Sora merasa lelah dengan perjalanan cintanya yang terus menemui kebuntuan. Hingga suatu hari, Sora memutuskan untuk ‘mengistirahatkan’ hatinya sejenak.
Tanpa diduga, pada momen itulah Sora justru menemukan alasan lain dibalik serangkaian kegagalan kisah cintanya.
Yisha : After Reincarnation - Pertemanan, Kisah Cinta, Dan Pengorbanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#33
Ingatan yang Yasmin bagikan pada Sora akhirnya berakhir. Cahaya terang yang tadi berada diantara kedua mata mereka perlahan memudar.
Kedua iris mata Yasmin dan Sora juga mulai berubah kembali seperti sebelumnya.
Saat itu, Yasmin masih menatap Sora yang tampak masih tercenung dalam duduknya.
“Ra?” panggil Yasmin sambil sedikit mendekatkan wajahnya pada Sora.
Semakin lama, Yasmin semakin jelas melihat kedua mata Sora mulai berkaca-kaca. Yasmin mendadak merasa bingung dan tak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Sora.
“Ra? Hey?” Yasmin memegang kedua puncak bahu Sora.
Tiba-tiba saja tangis Sora pecah yang kemudian gadis itu mendekap tubuh Yasmin erat-erat.
“Aku ingat semuanya, Bu... Sekarang aku ingat...” kata Sora sambil menyeka air mata yang mulai meluncur melintasi pipinya setelah melepaskan dekapannya pada Yasmin.
“Maksud kamu?” Yasmin jelas sekali mencari jawaban diantara kedua mata Sora yang terlihat memerah.
“Aku ingat … Makhluk itu …” tatapan Sora menerawang jauh. “Dia, pernah ngasih anak itu sesuatu sejenis belati …”
Yasmin menautkan alisnya. Ia tampak belum memahami sepenuhnya ucapan Sora.
“Anak yang selamat dari persembahan itu … Yisha. Makhluk itu sering kunjungin Yisha kan, Bu?” Sora meraih jemari Yasmin.
“Iya, Ra. Makhluk itu dulunya sama seperti aku. Nama dia Finch,-“
“Aku tahu. Tapi setelah kejadian itu, dia tidak terlihat seperti Finch pelindung Desa Moriko lagi …” kata Sora dengan suara sendu.
Raut wajah Yasmin juga tampak lesu setelah mendengar ucapan Sora barusan. “Eh tadi, apa kata kamu? Makhluk itu ngasih Yisha semacam belati?” kini Yasmin tampak memasang raut wajah serius.
“Iya, Bu.” Yisha menganggukkan kepalanya. “Kata dia, belati itu satu-satunya senjata yang bisa melukai jantungnya. Makanya dia kasih belati itu ke Yisha karena dia berpikir Yisha tidak akan memiliki kekuatan dan keberanian untuk menggunakan senjata itu ...”
Yasmin terdiam sesaat. Apa mungkin belati yang saat ini Sora bicarakan adalah senjata yang dulu Wyn sebut sebagai senjata yang Finch ciptakan sendiri?
“Lalu apa kamu ingat di mana belati itu berada?” tanya Yasmin.
“Seingatku, aku tak sengaja meninggalkan senjata itu, di rumah anak keturunan Wyn…” jawab Sora ragu.
“Rumah anak keturunan Wyn …” gumam Yasmin.
Yasmin dan Sora tampak terdiam sejenak dan sibuk dengan isi kepala mereka masing-masing. Hingga beberapa lama setelahnya, Sora dan Yasmin tampak kembali saling berbagi sel otak.
Kedua mata mereka melebar dan saling menatap satu sama lain. Yasmin dan Sora juga terlihat kompak menutup mulut mereka yang tadi menganga karena rasa terkejut yang mereka rasakan saat itu.
#
Sementara itu, dari ruang kamar tempat Agnes mendapat perawatan terdengar seseorang mengetuk pintu di luar sana.
Bi Lena yang tadi terduduk di sofa lalu bergegas mendekati pintu meninggalkan Agnes yang baru saja terlelap. Pintu itu dibukanya perlahan dan di balik pintu sana terlihat seorang pria tampan dengan setelan lengkap dan rapi.
“Ini … Benar ruangan atas nama Agnes Tiana?” tanya Rayn yang berdiri di balik pintu.
“I-iya, betul. Ada keperluan apa ya Pak?” tanya Bi Lena ragu.
Sebenarnya, Bi Lena dan Rayn telah saling mengetahui satu sama lain. Tapi dihadapkan Agnes, mereka harus bersikap sebagaimana apa yang Agnes pikirkan.
“Saya cuma mau ngasih tahu kabar Sora,”
Belum selesai Rayn dengan ucapannya, Bi Lena bergegas ke luar ruangan dan menutup pintu untuk selanjutnya bisa berbicara dengan Rayn.
“Bagaimana kabar Non Sora, Pak?” tanya Bi Lena segera setelah pintu tertutup rapat.
Di koridor rumah sakit yang tenang itu, Bi Lena dan Rayn tampak berbincang dengan raut wajah yang cukup serius.
“Begini. Saat ini Sora mungkin telah mendapatkan ingatan Yisha. Aku belum mengunjunginya lagi, tapi sekarang dia aman bersama Yasmin,” ungkap Rayn.
“Benarkah?” kedua mata Bi Lena tampak berkaca-kaca. “Lalu sekarang Non Sora sebenarnya ada di mana? Berhari-hari lamanya dia tidak ada kabar …”
“Sekarang dia masih berada di Asteria. Aku minta maaf untuk itu,” Rayn menggaruk pundaknya yang tak gatal.
“Syukurlah kalau dia aman ditangan yang tepat,” Bi Lena akhirnya bisa bernafas lega.
Kemudian ketika Bi Lena hendak melanjutkan kembali ucapannya, Bi Lena merasa ponsel dalam genggamannya itu bergetar.
“Panjang umur!” ujar Bi Lena ketika melihat nama kontak yang menghubunginya.
“Non Sora telpon,” ucap Bi Lena pada Rayn sesaat sebelum dirinya menjawab panggilan masuk pada ponselnya itu.
“Iya, Non?” Bi Lena menjawab telpon itu dengan perasaan penuh suka cita.
“Bi. Sehat? Kok gak nelpon aku?” kata Sora di sebrang sana.
“Ya ampun, Non. Harusnya Bi Lena yang nanya itu ke Non. Non ke mana aja? Bi Lena galau berhari-hari nunggu telpon dari Non,” sekilas Bi Lena terdengar seperti mengomel pada Sora.
Lalu Sora terdengar terkekeh. “Maaf, Bi. Aku lagi sibuk banget. Aku sampai lupa kalau di dunia ini ada ponsel,”
“Non ini… Non kapan pulang?” tanya Bi Lena.
“Ini, aku lagi di jalan. Mungkin satu jam lagi sampe kalau gak macet,”
“Non pulang sama siapa? Kan kemarin gak bawa mobil”
“Aku dianter Bu Yasmin, Bi. Aman …” kata Sora sambil melirik Yasmin yang fokus dengan kemudi.
“Syukurlah. Kalau gitu hati-hati ya, Non. Bi Lena juga mau siap-siap dulu,-“
“Bi!” ucapan Sora cukup kencang hingga akhirnya Bi Lena tak sempat melanjutkan ucapannya, “Jangan bilang Bi Lena mau pulang buat nyiapin kedatangan aku,”
“Lho, terus? Bi Lena di sini aja, gitu?” Bi Lena keheranan.
“Iya. Bi Lena temenin Agnes aja. Aku gak apa-apa kok. Nanti dari rumah, aku juga mau nyusul ke sana. Bye!” Sora memutuskan sambungan telpon itu tanpa menunggu Bi Lena menjawab. Sebab Sora tahu jika dirinya tak melakukan hal itu, Bi Lena akan berusaha membantah dan tetap ingin menyambut kedatangannya di rumah.
Rayn yang sejak tadi memperhatikan Bi Lena berbicara dengan Sora tampak terus mengulum senyum.
“Sora emang agak gi*la ya?” tanya Rayn tanpa berpikir panjang.
Bi Lena lalu memberi Rayn tatapan tajam yang tampaknya mampu menembus hingga jiwa Rayn.
“Bercanda, bercanda … Dia sebenarnya orang baik, kok. Dulu mungkin pendekatanku saja yang kurang tepat,” Rayn memberikan klarifikasi yang memang sudah seharusnya segera Ia lakukan.
Ditengah obrolan hangat Rayn dan Bi Lena, tahu-tahu Agnes muncul dari balik pintu. Wajahnya yang pucat serta tubuhnya yang masih bertopang pada tiang infus sukses mengejutkan Bi Lena serta Rayn.
Agnes berdiri di ambang pintu menatap sosok pria tampan bersetelan lengkap itu dengan penuh pertanyaan.
“Dek Agnes … Udah bangun?” pertanyaan Bi Lena sudah sangat jelas jawabannya.
Agnes lalu mengerjapkan kedua matanya setelah mendengar pertanyaan Bi Lena.
“Iya, Bi. Tadi aku agak kaget, pas bangun kok Bi Lena gak ada. Rupanya lagi ada tamu,” jawab Agnes kemudian melempar tatapannya pada Rayn.
“Oh, iya. Ini temannya Non Sora,” jawab Bi Lena sambil menunjuk Rayn dengan kedua lengannya.
“Rayn,” pria tampan itu mengulurkan tangannya pada Agnes.
“Agnes. Agnes Tiana,” balas Agnes ramah. Segurat garis senyum juga muncul setelah Ia menyebutkan namanya.
‘Tangannya halus banget,’ pikir Agnes sambil terus menggenggam lengan Rayn.
Seperti menyadari ada sesuatu yang tak seharusnya muncul, Rayn buru-buru melepaskan tautan tangan mereka.
“Kalau begitu, saya permisi.” Kata Rayn setelah dirinya melepaskan genggaman tangan Agnes.
#
“Tadi itu siapa, Bi?” tanya Agnes sambil memperbaiki selimut di area kakinya.
“Biasa, Dek. Teman kerjanya Non Sora …” jawab Bi Lena singkat sambil membantu Agnes memperbaiki selimutnya.
Kini, Agnes telah kembali terbaring di tempat tidur.
“Ooo…” balas Agnes singkat.
“Iya. Ganteng ya, Dek? Cocok sama Non Sora,” ceplos Bi Lena enteng.
Agnes tersenyum simpul. “Iya, Bi” jawabnya singkat.
#
•
•
•
Temen-temen readers! Ada yang penasaran sama sosok Rayn?
*Aura act of money-nya kuat banget ...!
( ◜‿◝ )♡
nga kan bosen.
Semangat thorr