Dinda Ayudia meida(Dinda),dua bersaudara berasal dari keluarga sederhana,ayahnya seorang PNS dan ibunya seorang ibu rumah tangga tapi cukup untuk mendidik kedua anaknya.
lalu apa yang membuat Dinda tersisihkan?
hai ini cerita pertamaku semoga kalian suka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mie Atah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. AYT
Pagi yang cerah dengan keramaian di atas rata rata.
Yang biasanya jeding ngantri ini lebih ngantri hampir semua wali murid sudah hadir di pondok pesantren.
Wali murid sekamarku sudah ada tiga yang datang,dua masih dalam perjalanan.
Aku sudah melfon ayah lima hari sebelum hari H dan beliau bilang akan datang tapi masih belum ada kabar saja.
Kami kelas tiga semua bersiap siap memakai baju hitam putih yang nanti akan ditutup oleh baju wisuda,deg degan rasanya tidak menyangka perjuangan masa Aliyah kami akhirnya selesai.
Seperti biasa aku tampil sederhana hanya memoleh baby cream kewajahku sedikit lipblam selesai.
Sedikit merubah gaya memakai jilbab yang biasanya memakai jilpan segi empat sekarang aku memakai jilbab pashmina.
Ku paskan diwajahku sedikit kutarik ujung jilbab yang lebih panjang ke atas kepalaku lalu ku sampirkan ujung jilbab satunya menutupi dadaku sesimpel itu.
Aku tersenyum melihat penampilan yang sedikit berbeda terlihatlah Kedua lengusng pipiku.
Ini penampilan yang sangat berbeda dari penampilanku sehari hari yang hanya menggunakan jilbab segi empat dan dibiarkan lurus kebawah diberi peniti ditengahnya agar tidak terbuka sudah .
" eh eh tolongin dong gimana makenya " kata liha meminta bantuan pada zizah bagaimana cara memakai eyeliner.
" sini sayangku zizah Safitri bakalan jadi MUA dadakan untuksemua temanku disini " jawab zizah sambil mengambil eyeliner dari tangan liha
" merem merem" intrupsi zizah pada liha
Liha pun memejamkan matanya zizah mulai membuat garis di atas kepolak mata hampir mendekati bulu mata,dengan perlahan zizah mengaplikasikan pada mata liha,tak lupa mulut zizah terbuka reflek mengokutin kemana arah tangan menggoreskan eyeliner.
" selesai " kata zizah sambil tersenyum puas
" eh tunggu jangan melek dulu matanya tar tiup dulu biar kering " kata zizah lagi saat melihat kelopak mata liha bergerak ingin terbuka.
Setelah di rasa sudah kering barulah liha membuka matanya dan terlihat perbedaan saat tadi sebelum menggunakan dan sesudah.
Terdengar ringtone lagu galau dari Al Gazali yang saat ini sedang hits dikalangan anak muda tahun 2015 an.
Aku segera mengambil handphone yang berada di atas lemari.
" assalamualaikum" ucapku setelah memencet tombol warna hijau
" waalaikumsalam teh ayah sama ibu udah datang ni " terdengar suara ayah di seberang sana
" oh ia yah Alhamdulillah,posisi dimana yah " tanyaku antusias
" kursi paling belakang soalnya bagian depan udah penuh " jawaba ayah
" oh ia yah bentar lagi Dinda keluar , assalamualaikum " setelah menutup telepon ku samukan handphone kedalam saku androk yang tertutup baju wisuda,aku ambil topi tuga di atas lemari.
" man teman aku duluan keluar ya soalnya ayah sama ibu udah Dateng " pamitku pada temana teman yang masih sibuk merapihkan penampilan mereka
" ok teh kita ngumpul disana aja " jawab Fatimah sambil merapihkan kembali jilbab yang ia kenakan.
Aku berjalan keluar dengan hati hati langkah demi langkah karena sunggu ramai sekali sedikit saja aku jalan terburu buru tidak memperhatikan sekitar pasti sudah menabrak seseorang.
Mataku liar mencari tpatnya keberadaan ayah sama ibu,setelah aku melihat lambayan tangan ibu dengan segera ku hampiri mereka,ku cium tangan keduanya dengan ta' dzim kucium pipi kanan kiri mereka.
" udah dari tadi Bu nyampenya " tanyaku setelah selesai cipipa cipiki,sambil ku tarik kursi yang masih kosong untuk ku pergunakan duduk agar lebih leluasa ngobrol dengan ayah ibu .
" gak terlalu lama kok " kata ibu sambil menelisik penampilan ku.
Tapi tidak ada satu katapun pujian untuk ku dan itu sudah biasa.
maka dari itu banyak sekali orang orang bilang aku cantik energik dan sebagainya aku tidak pernah percaya karena orangtua ku saja tidak pernah mengatakan itu, ya hampir tidak pernah.
" yah Dinda gak langsung pulang kerumah,mau lanjut ke universitas, soalnya sudah mau tes kelulusan sama melengkapi pendaftaran yang kemarin belum terlengkapi " kata ku di sela sela ngobrol kami.
" gimana ya Din bang Danu Masih kekeh aja gak mengizinkan kamu kuliah " jawab ayah
" Dinda mohon yah kali ini aja,jangan ngikutin apa kata bang Danu,kan ayah yang biayain Dinda " jawabku memohon pada ayah
" yaudah terus disana berapa hari " tanya ayah lagi
" tes nya sih cuma dua hari yah ,tapi karena sambil mau melengkapi berkas pendaftaran mungkin bisa tiga harian, tapi butuh lebih dari tiga hari dipotong perjalanan terus nyiapin berkas berkasnya juga kan gak bisa cepet karena gak cuma Dinda yang butuh " kata ku lagi menjelaskan pada ayah agar ayah faham.
" emang ayah dulu gimana kan ayah juga pernah kuliah " tanyaku pada ayah
" dulu mah gak seribet ini Din semuanya mudah " jawab ayah
" Ooohhh berarti seiring kemajuan zaman lebih ribet ya setiap prosesnya " kata ku lagi.
Ayah hanya menganggukan kepalanya tanda setuju dengan pendapatku
" terus Dinda minta ongkosnya " kata ku sambil ku tadahkan tangan pada ayah
ayah tertawa sambil merogoh tas yang ayah selempang kan di bahunya.
" ni " kata ayah sambil memberiku uang dua ratus ribu rupiah
" kurang yah,kan belum ongkosnya kesana kesini belum uang makan nya " kataku protes saat tau berapa yang ayah berikan padaku.
" ayah adanya segitu,kalau gak mau yaudah sini balikin " jawab ayah atas protesku
" ya jangan,yaudah deh makasih ayah " kataku dengan sedikit tidak bersemangat,daripada gak jadi kuliah batinku.
" Din rame banget ya " kata ibu mengalihkan pembicaraan kami.
" ia Bu " jawabku " itu udah ada yang mau tampil " jawabku lagi sambil menunjuk ke atas panggung.
" kamu gak ikut tampil din " tanya ibu
" gak Bu kan Dinda kelas tiga acaranya wisuda udah gak ikutan tampil lagi " jawabku menjelaskan
Ingin sekali rasanya bilang "
yaa kemarin kemarin setiap akhirus Sanah Dinda tampil Bu,ibu aja sama ayah gak pernah datang"
setiap tahun akhirus Sanah akan selalu dilakukan baik itu wisuda kelulusan atau wisuda 30 juz,atau baru juz amma ,wisuda hafalan kitab imriti atau Alfiah dan aku salah satu santri yang tidak pernah absen dalam mengisi acara baik sebagai peserta wisuda atau pengisi acara
Dua tahun berturut turut aku selalu menjadi peserta wisudah tahun ajaran pertama aku wisuda juz 30 tahun ajaran ke dua aku wisuda kitab imriti dan ayah ibu mangkir dari undangan.
Setiap tahun aku selalu menunjukan sertifikat penghargaan dari berbagai perlombaan ya salah satunya sertifikat sebagai wisuda tersebut,tapi sepertinya itu semua tidak ada artinya bagi ayah dan ibu,mereka tidak pernah melihat kemampuan ku,usaha ku.
mungkin itu yang membuat aku tidak pernah puas atas pencapaian yang aku capai.
Menurut orang orang aku pintar tapi aku tidak merasa demikian,menurut mereka aku cantik tapi aku merasa biasa saja.
Aku juga suka sekali kerajinan baik itu dari pelastik bekas jajanan yang aku sulap menjadi tas atau bingkai foto seperti merajut membuat tas dompet dan sebagainya,menurut mereka semua bagus tapi entah kenapa dalam pandangan mataku pasti ada saja kurangnya,tidak ada kepuasan atas usaha ku sendiri.
dari satu jam yang lalu acara sudah dimulai dari penampilan satu dan seterus nya.
Aku melihat panitia mulai mengumpulkan anak anak yang akan wisuda kelulusan.
Aku segera berpamitan kepada ayah dan ayah meng iya kan.
sampai di tempat yang sudah di sediakan,aku melihat semua sudah tersusun rapih baik kursi maupun urutan pewisuda.
Wisuda pertama yaitu wisuda 30 juz.
Satu persatu MC memanggil nama peserta ke atas panggung di sertai dengan sholawat husus untuk mengiringi setiap langkah peserta ada lebih dari 10 santri yang berhasil mengharamkan Al-Qur'an satu persatu pula wali murid nya di panggil
Terharu bukan main aku menangis haru melihatnya, semua peserta mencium kedua tangan orang tua masing masing mencium pipi dan ada pula yang mencium surga nya, diiringi dengan puisi yang menyayat hati menambah kesedihan sekaligus ke hidmatan di atas panggung.
Dulu itu yang aku ingin kan menjadi seorang Hafidzah tapi apalah daya lagi keinginanku tak tercapai.
PLASBACK
Setelah aku mendapatkan sertifikat juz 30 aku berniat ingin melanjutkan hafalan ku,bukan hanya sekedar keinginan mengikuti teman temanku tapi memang aku ingin karena banyak sekali fahalanya,selain itu bagi seorang hafidz allaah jamin kehidupannya baik dunia maupun akhirat juga dapat memberikan mahkota untuk kedua orang tua kelak di akhirat.
aku mengutarakan keinginanku pada ayah dan ibu awalnya mereka sangat setuju dengan keinginan ku
" Bagus Din lajutin aja " kata ayah
" kalau kata Abang jangan dulu kuasain dulu ilmu nahwu nya,biar kamu bisa faham apa yang kamu baca apalagi di hafalin ' kata bang Danu setelah mendengar ke inginan ku.
" yaa bisa sambil kali bang kalau mau sampe bener bener mah gak bakalan bisa apalagi harus SE bisa Abang Dinda gak bisa,disana juga kan di ajarin tafsir Qur'an juga jadi bisa sambil menghafal " kata ku protes dengan usul bang Danu
" beda Din memang tafsir Al-Quran itu foqus pada makna dan kandungan dan kandungan Al-Quran,sedangkan ilmu nahwu itu kunci utamanya (tata bahasa Arab) itu salah satu ilmu pendukung utama yang wajib dikuasai oleh seorang mufasir untuk memahami susunan kalimat, makna kata, dan kaidah tata bahasa Arab dalam Alquran" kata bang Danu memaparkan apa yang menurutnya benar.
Sedangkan menurutku belajar ilmu nahwu itu butuh waktu yang lama, bagi aku ya yang otaknya B aja.
" ada bener nya juga tu Din kata abang" kata ayah setelah mendengar penjelasan bang Danu
Aku memutar mataku malas,lagi bang Danu
Akhirnya ayah tidak mengizinkan aku menghafal Al-Quran dan sebandel bandelnya seorang Dinda Ayudia meida masih takut kalau tanpa restu orang tua.
Karena syurgaku masih di bawah kaki ibu ,dengan hati terpaksa akhirnya aku meng iya kan apa kata bang Danu,aku berlalu ke kamar begitu saja tanpa berpamitan pada ayah maupun ibu.
Kalau kalian bertanya kenapa ibu kamu tidak pernah berperan,jawabannya adalah karena ibu ku bukan ibu yang berpendidikan ibu selalu kalah ber argumen dengan ayah dan selalu mengalah.
Catat ya : bagi kalian anak remaja atau anak yang belum menikah restu orang tua itu penting bukan tentang seberapa uang yang kalian hasilkan atau bukan seberapa tinggi yang kalian capai tapi seberapa berkah setiap perjalanan yang kalian langkah kan.
Rezeki yang disyukuri akan terasa lapang, rezeki yang dikufuri akan terasa kurang", "Carilah keberkahan rezeki, bukan hanya banyaknya", dan "Rezeki yang berkah adalah rezeki yang tidak hanya cukup untuk diri sendiri, tapi juga bisa dibagikan kepada orang lain". Kunci keberkahan rezeki salah satunya adalah ridho dari orang tua.
Dan kita harus ingat baik menurut kita belum tentu baik menurut allaah dan baik menurut allaah sudah pasti baik bagi kita.
Hatunuhuuunnn🙏🙏🙏🙏🙏