Siapakah gadis kampung bernama Lily ini, sehingga Eko Barata memberikan syarat kepada tiga puteranya? Untuk mendapatkan hak waris kekayaan Barata, salah satu dari mereka harus berhasil menikahi Lily.
"Ingat! Papa tidak akan memberikan kalian warisan jika salah satu dari kalian tidak bisa menikahi Lily, camkan itu!" kata Eko Barata tegas.
Syarat yang diberikan Eko Barata terdengar konyol bagi banyak orang. Mereka menganggap Lily tidak pantas menjadi menantu keluarga Barata. Namun, ketika satu per satu kemampuan hebat Lily terungkap, dia berhasil membungkam semua mulut yang menyepelekannya.
Siapa sebenarnya Lily, dan apa rahasia di balik kehebatannya? Temukan jawabannya dalam "Lily: Rahasia Gadis Kampung".
Selamat membaca ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuhume, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
**Esok Hari**
Sera bangun pagi-pagi sekali dan membuat wajahnya tampak semrawut hingga Agam datang mengunjunginya. Dia sengaja membuat kelopak matanya sedikit menghitam agar Agam tahu betapa besar pengorbanannya untuk menjaga Helsi.
"Kau sudah sarapan?" tanya Agam.
Sera mengangguk, menjelaskan bahwa dia tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan Helsi. Dia benar-benar merindukan ocehan dan tawa riang Helsi setiap hari.
"Kau tahu sendiri, kan? Aku setiap hari menghabiskan banyak waktu bersama Bibi," ucap Sera, berusaha terlihat tulus.
Agam mengangguk, tiba-tiba Sera memegang kepalanya dan berpura-pura terhuyung agar Agam meraihnya. Benar saja, sesuai rencana, Agam meraih tubuhnya.
"Lebih baik kita sarapan dulu, setelah itu kau istirahat. Aku yang akan menjaga Mama hari ini. Bagas sedang sibuk, Papa di luar negeri, Daren juga sibuk. Jadi, kau harus menjaga kesehatan juga," ucap Agam.
Sera mengangguk lemah, merasa senang dengan perhatian Agam. Agam memapah Sera menuju kantin rumah sakit untuk sarapan bersama. Namun, di tengah perjalanan, mereka melihat beberapa dokter berjalan menuju ruangan Helsi.
"Agam, aku akan menyusul ke kantin. Aku ingin tahu kondisi Mama dulu," kata Agam, lalu mengikuti para dokter menuju ruangan Helsi.
Para dokter meminta Agam tenang. "Dalam dua hari, Nyonya Helsi akan sadar. Kami sudah memantau monitor kesadarannya," ucap salah satu dokter.
Agam tersenyum bahagia mendengar kabar itu dan mengikuti langkah dokter menuju ruangan Helsi. Di sudut lain, Sera mendengar percakapan tersebut dan mengepalkan tangannya, berusaha mencari ide baru untuk membuat Helsi tetap koma.
---
Beberapa menit berlalu.
Di dalam ruangan, Agam melihat pesan singkat dari Sera yang mengatakan bahwa dia akan pulang untuk berganti baju. Agam hanya membalas singkat. Setelah itu, dia kembali mencoba menghubungi nomor Lily, namun tetap tidak aktif.
DRRRTT
DRRTTTT
"Bagaimana? Apakah kau sudah mendapatkan informasinya? Di mana Lily saat ini?" tanya Agam kepada asistennya.
"Tidak, Tuan. Terakhir kali Nona Lily mengirim surat pengunduran diri dari perusahaan dan setelah itu jejaknya hilang begitu saja," jawab sang asisten.
"Ferdi, bagaimana dengan dia? Kau sudah menyelidikinya?"
"Sudah, Tuan. Tidak ada tanda-tanda dia berada di kediamannya. Perusahaannya sulit diakses, banyak persyaratan hanya untuk berkunjung," jelas asistennya.
"Baiklah, selidiki kembali," kata Agam sebelum menutup panggilan.
Agam memijat kepalanya, merasa putus asa. "Lily, kau di mana…" batinnya penuh kerinduan dan kekhawatiran.
Di tempat lain, suara musik berdentum keras mengalun, memenuhi ruangan. Wanita cantik dalam balutan gaun seksi duduk sendirian di sudut, wajahnya datar namun matanya penuh perasaan kecewa. Dia memutar gelas wine di tangannya, menatap tajam ke botol di hadapannya, seolah mencoba menenggelamkan perasaannya yang bercampur aduk.
Setiap yang melihat Lily merasa malu untuk menyapanya, mereka hanya berani menatapnya dari kejauhan. Beberapa pria mapan dan berkelas mencoba mendekatinya, tetapi segera mundur dengan ketidakpercayaan diri setelah mendengar tanggapan Lily yang tajam dan tak terbantahkan.
"Bagaimana? Malam ini, habiskan malam bersamaku, aku akan membayar semuanya," ucap seorang pria berani.
Lily mendengar itu dan menyunggingkan senyum devilnya. Tanpa mengucapkan sepatah kata, dia menjentikkan jemarinya. Tiba-tiba, dua pria berbadan kekar muncul dan menarik pria tersebut.
"Ada apa ini? Lepaskan, lepaskan! Kalian tahu siapa aku? Hah?!" teriak pria itu dengan panik.
Lily hanya mengibaskan tangannya berulang kali, dan pria itu dibawa pergi begitu saja. Semua pria yang tadinya berniat mendekat kini terdiam, tak berani mengambil risiko serupa. Siapa sebenarnya wanita yang berani memperlakukan salah satu pria terkenal di dunia konglomerat negeri ini?
Lily mendengus keras, melepaskan sedikit beban yang menghimpit hatinya.
"Apakah ada masalah lagi, Bos?" tanya Ferdi, tiba-tiba muncul dan duduk di hadapan Lily.
Lily belum menjawab, tiba-tiba ponsel Ferdi berdering. Nama Agam muncul di layar. Ferdi memperlihatkan layar ponselnya kepada Lily, yang hanya menyunggingkan senyum devilnya dan meneguk winenya kembali. Ferdi paham situasinya dan mengangkat panggilan tersebut, mengaktifkan speaker.
"Halo."
"Di mana Lily?" tanya Agam spontan.
"Aku pikir Anda menelpon untuk mendiskusikan kerja sama antara Barata dan Qwerty. Ternyata…" ucap Ferdi, terpotong oleh Agam.
"Di mana Lily?" tanya Agam sekali lagi dengan penuh penekanan.
Ferdi tertawa kecil dan menjelaskan bahwa dia tidak mengetahui keberadaan Lily. Dia hanya seorang teman dan tidak tahu privasi Lily.
"Seharusnya pertanyaan ini aku ajukan kepada Anda, Tuan Agam. Bukankah dia selalu bersamamu? Aku ini bukan siapa-siapa baginya..." jelas Ferdi.
Agam terdiam di ujung telepon. Ferdi tersenyum melihat wajah Lily yang juga tersenyum devil ke arahnya. Ferdi mengatakan bahwa dia sedang sibuk dan tidak ingin membahas apapun selain bisnis dengan Agam, kemudian mematikan telepon secara sepihak.
Lily meneguk wine dalam gelasnya hingga habis.
"Bagus. Kau melakukannya dengan baik," puji Lily.
"Kalau begitu, hadiahnya?" ucap Ferdi.
"Kau temani aku minum," jawab Lily dengan sorotan mata tajam.
Nyali Ferdi menciut, dia mengangguk dan menerima permintaan Lily. Meski penasaran di mana Lily bersembunyi, dia menahan diri untuk tidak bertanya lebih jauh. Namun, rasa penasaran mengalahkan ketakutannya.
"Jadi, Bos, ada masalah di kediaman Barata dan Bos keluar begitu saja? Selama ini Bos bersembunyi di mana?" tanya Ferdi dengan wajah penasaran.
"Hmm, apa urusanmu?" timpal Lily datar.
"Ayolah, Bos, aku hanya ingin tahu," bujuk Ferdi.
"Hotel Hilton," jawab Lily singkat.
Ferdi mengangguk-angguk, lalu matanya membulat. Dia pernah mendengar bahwa hotel Hilton telah berpindah tangan ke seorang wanita misterius yang membeli banyak saham hotel tersebut.
"Jangan-jangan, Bos..."
"Iya! Aku yang membelinya," jawab Lily sambil menghabiskan wine di gelasnya.
"Apa?! Bos menghabiskan banyak uang untuk membeli hotel itu hanya karena patah hati? Bahkan hotel semewah itu dijadikan tempat pelarian sementara?" ucap Ferdi terkejut.
Ferdi berdengus dan mulai mengeluh tentang pekerjaan di kantor yang sangat melelahkan. Namun, Lily menatapnya sinis.