Ayu, seorang gadis desa yang bekerja sebagai perawat di sebuah puskesma di daerahnya, tak sengaja mengenal seorang yang tinggal di Jakarta, hanya karena ia salah mengirim pesan.
Hanya karena berbeda satu angka dibelakang nomor ponsel temannya. Membuat Ayu mengenal Sosok Ardi, pria kesepian yang di tinggal menikah oleh kekasihnya.
Bagaimana kisah mereka?
Akankah hanya sebatas pacar online saja atau mereka akan bertemu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenalan dan Merasa nyaman
Saat suara adzan berkumandang, Ayu terbangun dan melihat pesan dari pria yang diberi nama Ardy.
"Chika bangun," ucap Ayu membangunkan adiknya.
Chika mengucek matanya, "Ada apa, Kak? tanya Chika.
"Ardy menanyakan alamat kita," ucap Ayu memperlihatkan pesan yang ditulis Ardy semalam yang baru sempat dibacanya pagi tadi.
"Ya sudah, katakan saja yang sebenarnya. Toh dia juga jauh, nggak akan nyamperin," ucap Chika yang melihat jam di ponselnya sudah menunjukkan waktu subuh sudah masuk, ia pun bergegas masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Ayu yang membalas pesan Ardy sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ayu. AYU membalas pesan tersebut menulis alamatnya.
"Aku tinggal di Kendari, Sulawesi tenggara," balas Ayu kemudian ia pun menyimpan ponselnya dan ikut menyusul Chika untuk mengambil air wudhu, keduanya pun shalat subuh, setelahnya meraka keluar kamar dan membantu ibu yang terdengar sudah sibuk dengan pekerjaan rumah, menyapu, mengepel, mencuci piring, mencuci pakaian dan menyiapkan sarapan, semua mereka lakukan bersama-sama.
Pesan yang tadi dikirim oleh Ayu telah dibaca oleh Ardy. Ardy hanya tersenyum melihat pesan tersebut, kemudian ia pun juga melakukan salat subuh, di kotanya yang lebih lambat satu jam dari tempat Ayu berada.
Setelah melakukan salat subuh, Ardy masih duduk di atas sajadahnya, ia mengambil ponsel dan membaca kembali semua pesan-pesan yang mereka tulis semalam. Ada rasa bahagia di hatinya, selama ini Ardy orangnya sangat tertutup, ia jarang bercanda bersama siapapun bahkan termasuk keluarga dekatnya. Namun, entah mengapa semalam ia begitu leluasa berkirim pesan pada sosok wanita yang bernama Ayu, yang ia sendiri tak tahu seperti apa orang yang berkirim pesan padanya itu.
Lama Ardy melihat-lihat semua pesan tersebut, ia bahkan mengulang-ulangi membaca pesan yang dikirim oleh Ayu untuknya dan tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 07.00, ia pun bergegas bersiap-siap menuju ke kantor. Ardy mengenalkan diri pada Ayu sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan di ibukota. Namun, yang sebenarnya ialah seorang CEO, Ardy sengaja menyembunyikan identitasnya sebagai seorang CEO, ternyata ingin Ayu merasa canggung padanya di mana Ayu terlebih dahulu memperkenalkan diri sebagai seorang pelayan restoran.
Ardy menghampiri ayah, ibu dan juga kedua kakak perempuannya yang sedang sarapan bersama di meja makan. Kedua kakak perempuannya sudah menikah dan sudah memiliki keluarga masing-masing. Namun, kedua kakak iparnya sedang ada urusan di luar negeri membuat kedua kakak perempuan Ardy sudah dua hari ini menginap di sana.
"Ardy , usia kamu sudah 27 tahun. Apa kamu tak ada berkeinginan untuk menikah?" tanya Anya kakak pertama dari Ardy yang sudah memiliki dua anak.
"Nanti ya Kak, jika Ardy sudah mendapat wanita yang cocok. Ardy akan memperkenalkan kepada kalian semua," jawab Ardy sambil mulai mengambil sarapannya.
"Apa kamu mau Kakak bantu carikan?" tanya Adelia, kakak perempuan kedua Ardy yang hanya beda setahun dengannya. Adel baru memiliki satu orang anak berusia 5 tahun yang bernama Putri.
Mendengar tawaran kakaknya, Ardy hanya tersenyum dan menghabiskan makanannya. "Sudah dulu ya, Kak. Aku sudah telat. Aku ada rapat penting pagi ini," ucap Ardy kemudian ia pun berlalu meninggalkan semua keluarganya yang masih sarapan.
Ardy berjalan menuju ke mobilnya dengan senyum di wajahnya, entah mengapa ia merasa tak sabar ingin kembali mendapat pesan dari Ayu. Begitu ia masuk ke dalam mobil, Ardy kembali mengecek ponselnya, ia mengirim pesan kepada Ayu ucapan selamat pagi dan selamat bekerja, pesannya langsung dibaca oleh Ayu.
"Selamat pagi juga dan selamat bekerja," ucap Ayu membalas pesannya, membuat Ardy merasa semakin semangat dan mulai melajukan mobilnya menuju ke perusahaannya.
Ia terus saja melihat ponselnya, berharap mendapat pesan dari Ayu. Namun, sepertinya ia tak akan mendapat pesan jika tak mengirim pesan lebih dulu pada Ayu.
Ardy melihat jam, ia memperkirakan jika di tempat Ayu sekarang sudah jam istirahat, ia pun mengirim pesan lebih dulu.
"Kamu lagi apa?" tanya Ardy, pesan terkirim. Namun, pesannya kali ini tak langsung dibaca oleh Ayu, Ardy terus melihat pesannya. Namun, sudah beberapa menit ia melihat pesan itu masih belum juga terkirim. Ardy hanya menghela nafas dan kembali menyimpan ponselnya disaku. Ia segera berlalu menuju ke ruang rapat, ia mulai melakukan rapat seperti biasanya.
Rapat awalnya berjalan sesuai sebagaimana mestinya. Namun, di tengah-tengah rapat dan ada salah satu karyawan tengah serius menerang kan materi rapat mereka, ponsel Ardy berdering di balik sakunya, membuat semua yang ada di ruang rapat itu melihat ke arah Ardy. Tak biasanya atasan mereka itu melanggar aturan rapat yang tak membolehkan siapapun mengaktifkan ponsel saat berada di ruang rapat.
Jika biasanya Ardy langsung menegur orangnya melanggar aturan tersebut. Namun, kali ini tak ada yang berani menegurnya. Dia adalah pemimpin di perusahaan ini, siapa yang berani untuk menegurnya.
" Lanjutkan saja," ucap pada karyawan yang membawakan materi mereka, kemudian ia membuka pesan yang baru masuk di ponselnya, itu adalah pesan balasan dari Ayu. Ayu mengirim pesan gambar.
Ardy memperhatikan mereka semua, semua memakai pakaian seragam.
"Kamu lagi di mana?" tanya Ardy
"Aku sudah makan di rumah makan bersama dengan beberapa teman," balas Ayu.
"Kamu yang mana?" tanya Ardy lagi yang penasaran. Di mana ia belum mengetahui wajah wanita yang membuatnya sangat senang mendapat pesan.
"Coba tebak aku yang mana?" pesan balasan Ayu membuat Ardy pun memperhatikan mereka semua, matanya tertuju ada seorang gadis manis yang memegang gelas dan tersenyum ke arah kamera.
"Apa kamu yang memegang gelas?" jawab Ardy.
Ayu yang membaca pesan tersebut terkejut. Bagaimana mungkin Ardy tahu jika dialah yang memegang gelas.
"Bagaimana? Apa tebakanku benar?" tanya Ardy saat Ayu tak membalas pesannya.
"Salah," jawab Ayu.
"Benarkah? Padahal aku sangat berharap jika kamu yang memegang gelas tersebut. Apa boleh aku meminta nomor gadis manis yang memegang gelas tersebut?" tulis Ardy. Namun, kali ini Ayu tak membalas pesannya, walau Ayu membaca pesan tersebut.
"Kenapa kamu tak balas?" tanya Ardy saat sudah beberapa menit ia menatap layar ponselnya. Namun, tak ada tanda-tanda jika Ayu akan membalas pesannya.
" Ayu?" kirim Ardy lagi.
"Aku sudah selesai makan dan harus kembali bekerja, aku harus pergi dulu nanti, ya. Kita sambung lagi," jawab Ayu membuat Ardy yang membalas dengan memberikan emoticon tanda jempol di pesan Ayu.
Ardy menyimpan ponselnya dan melihat seluruh karyawan yang ada di ruang rapat tersebut melihat ke arahnya, di mana sejak tadi ia tak memperhatikan materi rapat dan hanya fokus pada layar ponselnya. Sifatnya itu sangat jauh berbeda dari biasanya, ada yang tak biasa di dalam pekerjaannya, kini ia terlihat tak memperhatikan pekerjaannya.
"Bagaimana, Pak?" tanya karyawan yang tadi menyampaikan materi mereka sampai selesai.
Ardy pun berdiri dan langsung menyampaikan apa pendapatnya tentang rapat tersebut, mereka semua tercengang. Tadi mereka berpikir jika Ardy tak memperhatikan apa yang disampaikan oleh karyawan tersebut, ternyata ia dapat menanggapi semuanya. Walaupun terlihat ia fokus pada layar ponselnya, tapi ia bisa menanggapi dan mendengarkan dengan baik, apa yang menjadi tema rapat mereka hari ini.
Mereka semua sangat menghormati dan mengagumi sosok Ardy yang selalu konsisten dalam pekerjaannya, walaupun dia sedikit tegas dalam pekerjaannya. Namun, dia selalu bersikap baik dan ramah pada semua karyawan kantor, ia hanya bersikap tegas pada orang-orang yang tak menuruti aturan kantor.