PERJODOHAN TERPAKSA

Bak di sambar petir Brayen mendengarnya penuturan Berlyn barusan, apa kata nya cerai? Apakah Berlyn benar-benar menganggap pernikahan ini hanya sebuah mainan? Sehingga Berlyn berkata seperti itu, Brayen tak habis pikir oleh pikiran Berlyn tersebut.

"Tarik ucapan Lo! Sebelum Lo gue buat hamil saat ini juga!" kata Brayen berucap dengan tajam, bahkan tangan nya mengepal kuat, karena emosi mulai menguasai jiwa Brayen, Brayen paling tidak suka hal seperti ini! Karena didalam hidup Brayen, menikah hanya sekali, dan pernikahan juga bukan hal yang untuk di permain kan!

Berlyn tampak bingung dan berpikir, akan ucapan Brayen, bukan kah Brayen dan Berlyn hanya musuh? Lantas mengapa Brayen harus mempertahankan pernikahan tak jelas ini? Lagipula Brayen dan Berlyn kan tidak memiliki cinta satu sama lain, jadi membuat Berlyn tampak bingung, karena Brayen segakmau itu, mempermainkan pernikahan, padahal mereka berdua bisa saja, jika ingin cerai.

"Kenapa Lo gak mau kita cerai? Bukan nya kita itu hanya musuh sedari kecil! Kenapa Lo segak-mau itu? Untuk kita cerai, lagipula gue gak pernah cinta dan suka sama Lo! Dan gue mau menikah, sama orang yang gue cinta! begitupun Lo Yen!" ujar Berlyn dengan cukup panjang lebar, dan itu langsung ditatap oleh Brayen dengan begitu tajam, urat-urat leher Brayen juga, sudah pada menegak, Brayen benar-benar emosi di buat oleh kata-kata Berlyn.

"Kalo gue bilang gue, cinta Lo? Apa Lo percaya? Pernikahan bukan hal yang main-main untuk gue Berlyn!" sahut Brayen, yang mata nya Masi menatap ke arah Berlyn dengan tajam.

Deg!

Jantung Berlyn seketika berdetak, akan ucapan Brayen barusan, Brayen mencintai nya? Tidak mungkin! Ini pasti hanya akal-akalan Brayen, agar Berlyn dan Brayen tidak cerai, karena Berlyn tau, Brayen takut malu keluarga nya, jika Berlyn dan Brayen yang baru menikah langsung bercerai, pikir Berlyn.

"Kita hanya musuh kecil, dan menikah pun hanya kesalahpahaman! gimana bisa gue percaya, sama ucapan Lo barusan?" tanya Berlyn dengan kepala yang mendongak ke arah Brayen, karena Brayen lebih tinggi dari Berlyn.

.

Set!

Tubuh Berlyn menegak kaget, saat Brayen tiba-tiba saja mendekat, dan menarik pinggang nya dengan posesif, bahkan kedua tubuh mereka kini langsung beradu, karena Brayen yang memepet tubuh Berlyn kepada tubuh nya sendiri.

Bahkan kulit mereka saling menyatu, karena Berlyn yang hanya pakai bra dan sedang kan Brayen, tak memakai baju sama sekali.

"Lo mau apa?" tanya Berlyn yang tampak gugup, saat Brayen menatap nya seintens itu.

Tak ada jawaban dari mulut Brayen, saat ini Brayen tiba-tiba saja mencium bibir tipis Berlyn, sehingga membuat Berlyn terjerat dengan kaget, akan yang di lakukan Brayen secara tiba-tiba.

"Eum?—" Berlyn tampak memberontak, dengan napas yang di tarik rakus oleh Brayen, karena Brayen mencium nya, tampak agresif dan menuntut.

"Buka mulut Lo!" pinta Brayen di sela-sela ciuman nya bersama Berlyn, karena Berlyn yang malah menutup mulut nya dengan rapat.

Bukan nya membuka mulut, Berlyn malah semakin menutup mulut nya dengan erat, dan itu membuat Brayen tampak kesal, sehingga Brayen kini langsung mengigit bibir tipis Berlyn.

"Akhhh—" Berlyn meringis ngilu, dikala bibir nya di gigit oleh Brayen, membuat Berlyn seketika langsung membuka mulut nya, dan di detik itu juga, Tampa membuang waktu Brayen langsung memasukan lidah milik nya, kedalam mulut Berlyn, dan langsung menjelajahi area dalam mulut Berlyn, dan juga mengulum lidah Berlyn dengan lidah milik nya, ciuman itu semakin mendalam, bahkan Brayen semakin menekan ciuman itu, membuat Berlyn terus memberontak, seperti nya kehabisan napas, namun Brayen yang kesal akan ucapan Berlyn tadi, tak membuat Brayen melepaskan ciuman ini.

"Selama tiga hari ini, gue terus cium Lo, bahkan gue udah ambil hak gue! Apa Lo gak merasa, kalo gue udah jatuh cinta? se goblok itu otak Lo? Sampai gak peka, sama yang gue lakuin terhadap Lo!" ucap Brayen datar, dan Brayen juga sudah melepaskan ciuman antara dirinya dan Berlyn.

Berlyn langsung terdiam, bahkan Berlyn yang kehabisan napas, atas ciuman Brayen tadi, tak sempat mengambil napas, karena mendengar ucapan Brayen, dan Berlyn menghirup napas, hanya napas sisa, setelah nya Berlyn langsung terkejut, mendengar penuturan Brayen.

"Udah lah, gue mau pergi!" tak ingin menjawab, Berlyn langsung melengos pergi meninggalkan Brayen, karena Berlyn Masi tidak percaya akan ucapan Brayen, bukan kah Brayen mencium dan mengambil kehormatan nya, itu atas dasar nafsu? Jadi mana mungkin cinta! Pikir Berlyn, karena Berlyn belum percaya, jika Brayen sudah mencintai nya, mana mungkin secepat itu? Brayen mencintai Berlyn!

"Berlyn lo mau kemana?" tahan Brayen, yang langsung memegang tangan Berlyn.

"Gue mau keluar!" sahut Berlyn singkat.

"Lo Masi gak percaya sama hal yang gue omongin barusan? Apa Lo gak merasa, kalo gue selalu marah kalo Lo pakai baju sexsi! Atau bahkan Lo Deket cowok lain! dan gue marah, apa Lo gak merasa itu? Gue cinta Lyn sama Lo! Apa seorang musuh, gak boleh jatuh cinta sama musuh nya sendiri?" jelas Brayen yang sudah tak peduli, jika harga dirinya sudah hancur dihadapan Berlyn, karena dulu Brayen selalu mengatakan, tidak akan bisa mencintai Berlyn, dan terus mengatakan, musuh akan tetap musuh, namun saat ini Brayen malah mengatakan cinta kepada Berlyn.

"Udah Yen! Gue gak mau dengar hal ini!" jawab Berlyn yang tak mau mendengar penuturan Brayen tersebut, dan Masi menganggap nya, ini hanya akal-akalan Brayen, agar tak pisah dengan nya.

"BERLYN SIALAN! HARUS JUJUR GIMANA LAGI GUE? KALO GUE CINTA SAMA LO! GUE EMANG BENCI SAMA LO! TAPI ITU DULU SIALAN!!" setelah Berlyn pergi, Brayen langsung teriak dengan keras..

Berlyn yang baru sampai pintu kamar, hanya bisa terdiam, sungguh Berlyn Masi tak percaya, jika Brayen menyatakan perasaan nya, dan itu Masi di anggap bohong oleh Berlyn, jadi Berlyn tidak ingin mendengar kata hal itu, jadi Berlyn memilih keluar saja dari rumah ini, untuk sementara, karena Berlyn ingin sendiri, Tampa ada orang yang mengangguk nya!

"Gak mungkin Lo cinta gue Yen! Gue tau Lo gimana nya, gue juga gak pernah cinta sama Lo! Karena gue udah ada pacar" ucap Berlyn di sela-sela langkah nya, dan saat ini Berlyn sudah berada diluar rumah Brayen, bersiap untuk pergi.

"Arkan, bisa jemput aku?"

Berlyn mengirim sebuah pesan, kepada cowok bernama Arkan, dan Arkan itulah kekasih Berlyn.

"Kita ketemu ya sekarang!"