S 5
Tak hanya mengalah dan memendam perasaan, dia juga rela bertanggung jawab atas kesalahan fatal yang dilakukan adiknya hanya demi menjaga perasaan wanita yang dia cintai dalam diam.
(Mohon baca setiap kali update! Jangan menumpuk bab, jangan lompat baca apalagi boom like. Retensi bergantung dari konsisten pembaca.🙏🙏🙏)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27. ADA APA DENGAN ALESHA?
Usai makan malam, papa Rangga mengajak istrinya untuk bersantai di gazebo yang berdekatan dengan kolam renang.
Hal tersebut tentu membuat mama Flora merasa heran, sebab sudah lama suaminya tak mengajaknya bersantai di tempat favorit mereka itu. Bahkan ia sudah tak mengingat kapan terakhir kali mereka berdua bersantai di tempat itu.
"Ma, malam ini bintang-bintang bersinar terang ya. Jadi ingat waktu Kita bulan madu ke Bali. Dari balkon Hotel, kita bisa menikmati keindahan langit malam yang penuh bintang, sekaligus menyaksikan hamparan pantai yang indah." Papa Rangga tersenyum mengingat saat itu. Saat dimana ia memulai menanamkan cinta untuk adik ipar yang telah berganti status menjadi istrinya.
Bukannya tersentuh akan kenangan yang menjadi saksi awal perjalanan cinta mereka, mama Flora justru memutar kedua bola matanya malas. Dia yakin jika sebenarnya bukan itu tujuan suaminya mengajaknya ke Gazebo.
"Langsung ke intinya aja deh, Pa." Mama Flora tak ingin basa basi.
Papa Rangga terkekeh, dia kadang merasa heran. Setelah anak-anaknya tumbuh dewasa, istrinya berubah jadi posesif dan tak sabaran. Padahal dulu tidak seperti itu, mama Flora adalah sosok istri yang penurut.
Ah, ia lupa. Bukankah sewaktu masih menjadi ipar, karakter mama Flora itu adalah gadis bar-bar yang suka ngerusuh yang bikin semua orang suka kesal. Jadi tak heran jika sifat lamanya balik lagi.
"Ma, sekarang Azka dan Raka itu sudah menikah, mereka bukan anak kecil lagi yang bisa kita atur. Sebagai suami, mereka berhak melakukan yang terbaik untuk rumah tangganya. Termasuk, jika mereka ingin hidup mandiri. Sebagai orang tua, bukankah kita harus mendukung keputusannya itu?"
Mama Flora mecebikkan bibir, benar dugaannya. "Memangnya kenapa kalau Raka dan Azka beserta isteri-isteri mereka tinggal bersama kita?" Tanyanya agak ketus. "Papa gak mau rumah kita rame? Gak mau dengerin suara tawa dan tangis cucu-cucu kita nanti?"
"Bahkan Papa pengennya Kiara juga tinggal bersama kita setelah dia menikah nanti, tapi sayangnya tidak bisa Ma. Kia anak perempuan dan harus ikut suaminya," ucap papa Rangga, dia menghela nafas panjang lalu melanjutkan kalimatnya.
"Azka dan Raka memang anak laki-laki, memang sudah seharusnya istri-istri mereka ikut tinggal bersama di sini. Tapi jika mereka ingin hidup mandiri, kita gak bisa melarang, Ma. Biarkan saja."
"Papa on kenapa sih? Lagian gak ada yang mau pindah, Kinan dan Alesha betah betah aja di sini."
"Itu kata Mama, kita gak tahu apa isi pikiran menantu menantu kita. Masa Mama sebagai sesama perempuan gak bisa mengerti?"
Mama Flora terdiam, dia mencoba membandingkan sikap kedua menantunya selama tinggal bersama. Alesha, yang memang sudah akrab dengannya terlihat biasa saja. Tapi Kinan yang sebelumnya tidak seberapa kenal, beberapa kali ia mendapati menantunya satu itu melamun. Mungkinkah Kinan tidak betah tinggal bersamanya?
"Apa Kinan pernah mengatakan sesuatu?" Tanya mama Flora.
"Papa Rangga menggeleng, "Dia gak pernah bilang apa-apa pada Azka, tapi Azka tahu kalau istrinya ingin hidup mandiri."
"Jadi Azka yang minta Papa bicara ke Mama?"
Papa Rangga akhirnya mengangguk. Yah, lebih baik ia jujur jika memang Azka yang memintanya membujuk istrinya. "Mama izinkan, kan, Azka dan Kinan pindah dari sini?" Dia menatap lekat istrinya. "Kita gak bakal kesepian, masih ada Raka dan Alesha."
"Nanti Mama pikiran lagi," mama Flora beranjak, meninggalkan suaminya sendirian di gazebo. Berat rasanya melepas anak dan menantunya pergi meninggalkan rumah. Terutama Azka, dia sangat menyayangi anak itu. Bahkan kasih sayangnya sudah lebih dulu terpatri pada Azka daripada Raka.
Mama Flora melangkah pelan menuju kamar, sambil memijat pelipis mengingat semua ucapan suaminya. Tidak ada yang salah, yang dikatakan suaminya memang benar. Anak-anaknya berhak hidup mandiri, yang salah hanya dirinya yang merasa berat tinggal terpisah dengan Azka.
"Ma," panggil Alesha. Wanita yang tengah hamil muda itu menghampiri sang mama mertua yang tampaknya sedang tidak baik-baik saja.
"Mama kenapa?" Tanya Alesha. Tadi ia melihat mama mertuanya itu jalannya tampak lesu sambil memijat pelipis. "Mama sakit kepala?"
Mama Flora menggeleng, "Enggak kok, lagi kepikiran Azka sama Kinan aja." Ujarnya.
"Kinan dan Bang Azka kenapa, Ma?" Alesha jadi penasaran.
"Azka mau bawa Kinan pindah dari sini, Mama rasanya sedih aja kalau mereka berdua gak tinggal di sini lagi." Kata mama Flora.
Alesha terdiam sejenak, wanita yang tengah hamil muda itu tampak memikirkan sesuatu. "Pasti Kinan yang gak mau tinggal di sini. Kinan yang bujuk Bang Azka buat pindah," ujarnya kemudian.
"Kinan gak bilang apa-apa sih, Azka sendiri yang inisiatif untuk membawa Kinan pindah." Kata mama Flora, sesuai seperti apa yang disampaikan Azka pada papanya.
Alesha kembali terdiam sejenak, memikirkan kalimat yang tepat untuk membalas ucapan mama mertuanya. "Tapi gak apa-apa sih, Ma, kalau mereka memang mau pindah dari sini. Mama gak usah sedih, kan masih ada aku dan Bang Raka. Kita kan sudah kenal lama, Mama sudah aku anggap seperti Mama aku sendiri. Sementara Kinan, gak begitu dekat dengan Mama, mungkin dia gak merasa nyaman tinggal bersama Mama."
Mama Flora pun terdiam, dia mencerna ucapan Alesha. Mungkinkah memang Kinan yang tidak betah tinggal bersamanya. Kina yang sudah membujuk Azka agar membawanya pindah.
Melihat mama mertuanya diam, Alesha tersenyum tipis. Dia yakin jika mama Flora pasti percaya dengan ucapannya.
Raka yang sejak tadi mendengar obrolan mama dan istrinya, gegas menghampiri Alesha begitu mamanya pergi.
"Kamu kenapa tadi ngomong seperti itu sama Mama?" Tanya Raka.
"Ngomong apa?" Alesha tak paham ucapan suaminya, datang-datang Raka langsung mencecarnya.
"Kamu kenapa menghasut Mama biar Kinan dan Bang Azka pindah dari sini," nada suara Raka terdengar kesal.
"Abang bilang aku menghasut Mama? Alesha tersenyum miring. "Kenapa, apa Abang gak mau Kinan pergi dari rumah ini?" Tanyanya, dia jadi tersulut emosi.
Raka menghela nafas meredam emosi, tak seharusnya ia berbicara seperti itu pada Alesha. "Maksud aku, karena ucapan kamu tadi, Mama benar-benar akan mengizinkan Bang Azka pindah dari sini. Apa kamu gak akan merasa kesepian kalau Kinan gak ada? Kamu gak akan ada teman ngobrol lagi." Ucap Raka, tapi Alesha yang sudah terlanjur terbawa emosi tak menghiraukan ucapan suaminya.
"Bukan aku yang kesepian kalau gak ada Kinan, tapi Abang yang merasa sepi jika Kinan gak ada lagi di rumah ini! Begitu, kan?" Alesha menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca, kemudian pergi begitu saja membawa hatinya yang terasa sakit.
Raka mengusap wajahnya dengan kasar, "Ada apa dengan Alesha?" Gumamnya, seakan-akan istrinya itu sedang menaruh curiga padanya. Bukankah selama ini ia dan Kinan memang dekat sebagai sahabat sekaligus sekretaris, tapi Alesha tidak pernah mempermasalahkannya. Tapi kenapa sekarang hanya karena dia tidak ingin Kinan pindah, Alesha terlihat marah.
ttp semangat otor dinanti karya"mu yg baru love ❤️❤️❤️ dan semoga otor selalu diberikan kesehatan dan rejeki yang berlimpah Aamiin 🤲🤗😘
otw ke Karya terbaru nya thor 🚴🚴
azka n kinan trs bersama sampe akhir cerita..
cuma filling y??✌