Pengawal Istimewa

Kemudian pria itu langsung menyerang Citra dan melayangkan pukulannya. Citra segera menunduk sehingga pukulan itu tidak berhasil mengenai Citra.

Segera Citra melayangkan terjangan dengan kakinya langsung mengenai dada pria itu dengan keras.

"Buk," pria itu terpental dan jatuh kelantai.

Segera banyak pria langsung menyerang Citra secara bersamaan. Beberapa pukulan mulai menyerang Citra tapi Citra dengan sekuat tenaga menghindar dan menangkisnya.

"Buk buk," citra melayangkan tinjunya dua kali mengenai wajah salah satu pria.

Pria itu seketika jatuh ke lantai dengan hidung mengeluarkan darah. Namun tiba-tiba saja Citra terkejut melihat sebuah tinju secara tiba-tiba melesat ke arahnya. Kali ini Citra tampak tidak bisa menghindarinya dan terkena tinju itu.

"Buk," tinju itu mengenai wajah Citra membuatnya mundur beberapa langkah di ikuti darah keluar dari sudut bibirnya.

Kembali beberapa pria langsung menuju ke arah Citra dan menyerangnya tanpa memberikan kesempatan untuk Citra.

Sebuah tinju kembali mengarah ke Citra tapi Citra langsung menangkisnya dengan sigap.

"Bak," sebuah terjangan secara tiba-tiba langsung menghantam tubuh Citra.

"Brak," Citra terjatuh ke lantai dengan keras.

Citra berusaha untuk bangkit sambil memegangi dadanya yang sakit. Menyadari dirinya tidak akan menang menghadapi sekelompok orang di hadapannya segera Citra berlari masuk ke sebuah kamar yang berada di dalam gudang lalu menguncinya.

"Brak drak brak," sekelompok orang itu mendobrak pintu dan berusaha untuk masuk.

Citra sadar bila terus seperti ini tidak akan lama lagi pintu ini akan jebol. Akan tetapi tiba-tiba saja terpikirkan sesuatu secara spontan. Dimana dirinya mengeluarkan ponselnya dan langsung mengirimkan pesan untuk menolongnya dan di lengkapi dengan mengirimkan lokasinya.

Citra segera mengirimkan pesannya itu ke nomor rekan-rekannya yang berada di kantor dan berharap mereka segera datang untuk membantunya.

Akan tetapi sebelum pesan terkirim tiba-tiba saja ponsel Citra kehabisan baterai dan langsung mati.

"Brak," pintu kamar itu juga sudah jebol dan segera masuk ke dalam beberapa orang pria.

"Sialan," Citra meletakkan ponselnya dan bersiap untuk menghadapi mereka lagi.

Kali ini Citra berinisiatif untuk menyerang terlebih dahulu. Dengan segera Citra menerjang ke ke arah orang yang berada di pintu.

"Bak brak," terjangan Citra begitu keras hingga membuat salah seorang langsung terpental keluar pintu dan terjatuh ke lantai.

Kemudian tiba-tiba saja sebuah kayu melesat dengan cepat tanpa sepengetahuan dari Citra.

"Buk," kayu itu menghantam mengenai tengkuk dari Citra.

Seketika Citra jatuh dan tidak sadarkan diri tergeletak di lantai.

Kevin yang berpura-pura sebelumnya berlari mengejar seseorang kini mulai muncul kembali dan masuk ke dalam ruangan kamar itu dengan senyum jahat di bibirnya.

"Tuan Kevin seperti perintah anda kami telah membuat wanita ini pingsan," ujar salah seorang.

"Bagus," jawab Kevin.

Semua yang terjadi ini adalah rencana dari Kevin yang membawa Citra ke tempat ini dengan alasan tugas. Sementara dirinya telah membayar beberapa orang untuk membuat Citra tidak sadarkan diri dengan begitu Kevin bisa menjalankan rencana selanjutnya.

"Kalo begitu kalian bisa pergi," ujar Kevin sambil memberikan segepok uang kepada orang-orang bayarannya.

Setelah mereka pergi Kevin menatap tubuh Citra yang tergeletak di lantai. Kevin mulai berlutut dan tangannya menyentuh wajah Citra yang sangat lembut.

"Citra kamu begitu cantik," ujar Kevin dengan tatapan penuh nafsu.

Kevin yang sudah tidak sabar mulai membopong tubuh Citra yang sedang tidak sadarkan diri dan berencana membawanya ke rumahnya.

Setelah hampir setengah jam Kevin telah tiba di depan rumahnya. Kevin tinggal di sebuah rumah yang cukup besar dengan dua lantai dan halaman yang luas serta di kelilingi pagar beton setinggi dua meter.

Kevin membawa masuk Citra ke dalam rumahnya dan langsung menuju ke kamarnya.

Tubuh Citra langsung di baringkan di atas ranjang dengan kaki dan tangannya di ikat di setiap ujung ranjang.

"Citra karena kamu telah menolakku maka jangan salahkan aku berbuat seperti ini."

Kevin memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu terhadap tubuh Citra.

Ketika Kevin sedang berada di kamar mandi Citra perlahan mulai sadar dan mendapati dirinya telah terikat di atas ranjang.

Citra tampak bingung bisa berada di tempat ini dan berusaha mengingat apa yang terjadi.

"Gawat aku harus segera pergi dari sini," ujar Citra setelah mengingat semuanya.

Citra terus memberontak akan tetapi dia sama sekali tidak bisa melepaskan dirinya.

Tiba-tiba pintu kamar mandi mulai terbuka dan keluarlah Kevin yang hanya menggunakan sebuah celana kolor pendek.

"Citra sayang akhirnya kamu bangun juga," ujar Kevin sambil berjalan mendekati Citra di atas ranjang.

Mendengar itu Citra menjadi terkejut "Kevin apa ini semua perbuatan mu"

"Ya dan hari ini kita akan bersenang-senang," Terlihat wajah Kevin yang penuh nafsu menatap tubuh Citra.

Citra mulai menyadari yang terjadi bahwa ternyata ini semua adalah rencana busuk dari Kevin.

Kevin mulai naik ke atas ranjang dan merangkak di atas tubuh Citra.

"Kevin hentikan!" teriak Citra mulai ketakutan.

Citra terus memberontak akan tetapi tubuhnya sama sekali tidak bisa terlepas dari tali yang mengikat kaki dan tangannya.

"Citra sayang simpan tenagamu karena sebentar lagi kamu akan menggunakannya."

Kevin mulai mencium bibir Citra dengan penuh hawa nafsu. Sontak Citra langsung menggigit bibir Kevin dengan keras.

"Sialan dasar jalang," teriak Kevin sambil melepaskan ciumannya dan bibirnya kini mengeluarkan darah akibat di gigit Citra.

"Plak," Kevin langsung menampar Citra.

"Beraninya kamu," sambung Kevin.

"Kevin aku mohon lepaskan aku."

"Melepaskan mu jangan harap," Kevin seolah seperti sudah kehilangan akal sehatnya dan tidak memikirkan efek dari perbuatannya ini. semua itu karena rasa suka dan cintanya yang berlebihan kepada Citra.

Kevin mulai mendekatkan wajahnya dan hendak kembali mencium Citra. Citra juga tidak mau sampai Kevin mencium nya kembali sehingga Citra mencoba memanfaatkan kesempatan ini.

"Buk," Citra menabrakkan keningnya dengan keras ke wajah Kevin.

Seketika Kevin merasakan sakit yang luar biasa dan dirinya turun dari ranjang sambil memegangi wajahnya.

Sementara Citra mencoba melepaskan diri dan mendapati ternyata tali yang mengikat salah satu tangannya berhasil terlepas. Dengan segera Citra melepaskan semua tali yang masih terikat. hingga akhirnya Citra berhasil melepaskan seluruh ikatan tali.

Melihat Kevin yang masih kesakitan memegangi wajahnya dengan segera Citra turun dari ranjang dan berlari menuju pintu keluar kamar.

"Sialan aku tidak akan membiarkanmu lari," teriak Kevin.

Citra segera lari menuju keluar rumah di ikuti Kevin yang terus mengejarnya. Citra telah berhasil meninggalkan rumah Kevin akan tetapi Kevin juga semakin dekat dan hanya berjarak beberapa meter saja dari nya.

Rumah Kevin sendiri terletak sedikit tersembunyi sehingga tidak banyak orang yang lalu lalang di sana.

"Gawat jika terus seperti ini aku bisa tertangkap lagi," pikir Citra.

Juga tidak mungkin bagi Citra untuk melawan Kevin karena Citra tahu Kevin ada seorang master bela diri. Citra hanya berharap ada orang yang melihatnya dan menolongnya.

Akan tetapi tiba-tiba saja Kevin sudah mendapatkan Citra dan langsung memeluknya dari belakang.

"Sialan kamu pikir kamu bisa lari dariku," ujar Kevin mendekap tubuh Citra dan hendak membawanya kembali ke rumah.

Citra kembali sekuat tenaga memberontak akan tetapi dirinya sama sekali tidak bisa melepaskan diri dari dekapan Kevin.

"Buk," sebuah pukulan tiba-tiba saja langsung menghantam wajah Kevin.

Kevin langsung terpental melepaskan tubuh Citra dan jatuh ke jalan.

Citra segera menoleh ke arah seseorang dan menyadari ternyata sudah ada Andika di dekatnya.

"Kamu tidak apa-apa," ujar Yolanda yang langsung menghampiri Citra.