CINTA KOK BEGITU

Hari akhir pekan telah tiba. Dewa dan Alina bangun dengan malas malasan. Rencana hari ini, Dewa akan ke kafe miliknya. Alina sudah mengetahuinya. Karena memang Dewa tidak mau menutupi semua kegiatannya dengan Alina. Dan Dewa sudah mempercayai Alina. Jika Alina tidak memberitahukan kepada teman temannya. Begitu juga dengan penyamarannya itu.

Terlebih teman dekat Dewa, yaitu Tito dan Miko. Mereka berdua masih belum tahu siapa sebenarnya Dewa. Saat ini mereka hanya tahu, jika kakak Dewa yg telah tiada memberikan beberapa fasilitas untuk Dewa. Termasuk tabungan hingga putus sekolah.

Hari ini, Miko dan Tito berencana untuk ke tempat tinggal Dewa. Tentu hal itu membuat Alina harus keluar dari rumah terlebih dahulu. Sebelum keduanya sampai.

" Kenapa ngga kumpul di kafe kamu aja sih..." Alina yg baru bangun dan keluar dari kamarnya.

Pintu kamar diketuk oleh Dewa, sehingga Alina dengan terpaksa bangun dan menuruti perintah Dewa.

" Ya kan tadi malam elu udah janji..." kata Dewa.

Alina cemberut, namun mau tak mau ia pun menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Hari ini ia berencana ke rumah Nita. Semalam sudah memberitahu Nita untuk main kerumahnya.

Dewa dan Alina masih tidur terpisah. Keduanya sepakat, entah sampai kapan. Karena saat ini ingin fokus terhadap sekolah dan tujuan awal. Yaitu menyelidiki kematian kakak Dewa. Alina bersedia membantu Dewa. Namun tidak sepenuhnya Alina berada disisi Dewa. Dewa sendiri sedang menyelidiki Mak Ijah dengan mengundang Tito dan Miko saat ini ke rumahnya. Hal itupun sudah di bicarakan dengan Alina beberapa hari yg lalu.

" Pakaian elu yg dijemur jangan sampai terlihat oleh Miko dan Tito. Dan kamar Lo dikunci saja. Biar mereka tidak menyelonong masuk nantinya..." kata Dewa kepada Alina.

" Berisik banget sih. Ya udah bantuin napa...!" jawab Alina.

Hingga akhirnya Alina pun selesai dengan tugas tugasnya sebelum pergi ke rumah Nita. Dan Dewa bernafas lega. Karena saat ini belum mau jujur dengan teman temannya, jika dirinya telah menikah dengan Alina.

Alina mengendarai motor kesayangannya menuju ke rumah Nita. Tak lupa ia membeli pesanan Nita sebelum sampai di tempat tujuan. Nita sempat menitip sesuatu barang khusus wanita kepada Alina.

****

Dewa menunggu Tito dan Miko dirumahnya. Ia sudah mengirimkan pesan dan menunjukkan lokasinya saat ini. Sehingga Tito dan Miko lebih mudah sampai karena petunjuk dari map yg dikirim oleh Dewa.

Dewa menunggu sekitar 1 jam kedatangan Tito dan Miko. Walaupun sempat kesal, karena yg ditunggu tak kunjung datang. Dan beberapa saat kemudian keduanya datang dengan menggunakan motor berboncengan.

" Lama amat kalian..." teriak Dewa dari t rumahnya.

Miko hanya cengar cengir, karena kedatangannya terlambat. Walau tidak lama menurutnya, namun bagi yg menunggu akan sangat terasa lama.

" Sorry, nambal ban dulu..." Jawab Miko.

Dewa menghela nafasnya, kenapa Miko tidak memberi kabar jika ban motornya bocor. Sehingga tidak perlu was was tadinya. Namun ia hanya bisa berkata dalam hatinya. Kemudian mengajak Miko dan Tito masuk ke dalam rumahnya.

Beruntung tadi Alina sudah membuatkan minuman serta menyiapkan cemilan untuk tamu suaminya itu. Sehingga dewa tidak perlu repot lagi untuk menyiapkannya.

" Lu sendiri tinggal disini...?" tanya Miko kepada Dewa.

" Iya..." jawab Dewa.

Miko dan Dewa sudah sepakat untuk merahasiakan, jika kali ini sebenarnya ingin menginterogasi Tito. Hanya tidak secara langsung. Karena Tito akan tidak mau menjawab pertanyaan dari Dewa maupun Miko.

" To, lu sendiri bagaimana. Betah kan disana...?" tanya Dewa.

Tito sebenarnya tidak enak hati. Karena sudah banyak dibantu oleh keduanya. Sehingga ia pun enggan memberikan pendapatnya.

" Sudah santai aja, lagian sekarang emak lebih baik kan. Jadi ngga usah banyak pikiran..." kata Miko.

Tito pun menganggukkan kepalanya, karena memang selama ini telah banyak dibantu oleh kedua temannya ini. Dan lagi Dewa dan Miko juga membiayai adik adiknya yg masih sekolah.

" Saya merasa tidak enak hati. Karena telah merepotkan kalian. Dan saya tidak tahu harus membalasnya dengan apa..." kata Tito.

" lu masih kerja di rumah makan itu ..?" tanya Dewa kepada Tito.

Tito menggelengkan kepalanya. Karena semenjak kepindahannya, ia keluar dari tempat kerja sampingannya. Terlebih saat ini lebih jauh dari tempat tinggalnya.

" Adakah disekitar tempat tinggal elu yg bisa memperkenalkan pekerjaan paruh waktu...?" tanya Dewa kepada Miko.

Miko mengangkat kedua bahunya, sebagai tanda tidak tahu. Karena selama ini Miko di biayai oleh kakaknya.

" Sebenarnya gw juga pingin Wa. Karena selama ini gw hanya diminta belajar saja sama kakak. Bahkan tidak terpikirkan bekerja paruh waktu seperti Tito...." jawab Miko jujur.

Penampilan Dewa yg masih terlihat cupu itu pun menunjuk keningnya, sambil berfikir cara untuk memperkerjakan keduanya di sela sela kegiatan belajarnya di sekolah. Namun semua itu tidak semudah yg ia bayangkan. Karena bertentangan dengan misinya. Namun Dewa ingin meminta pendapat dengan Alina. Agar masalah ini bisa teratasi.

Dewa pun mengirimkan pesan kepada Alina. Karena orang yg bisa dipercaya saat ini hanyalah Alina seorang. Selain Alina, tentu saja dengan Rio. Namun karena Rio sempat dicurigai karena dekat dengan Dewa. Maka saat ini tidak mengganggu Rio terlebih dahulu. Dan Rio pernah memberikan info kepada Dewa. Jika beberapa hari yg lalu, ada seseorang yg mencari nama Dewa. Beruntung Rio tidak menjawab jika ia mengenal Dewa.

Beberapa saat kemudian Dewa mendapatkan balasan dari Alina. Dan hal itu membuat Dewa tersenyum tipis. Karena Alina sepakat dengan ide Dewa kali ini. Namun diminta untuk hati hati.

" Sepertinya ada yg bisa menerima pekerjaan paruh waktu. Tapi jaraknya agak jauh sih..." kata Dewa.

" Dimana ..?" tanya Miko.

Dewa menimbang nimbang terlebih dahulu. Karena tempat itu adalah kafe miliknya. Yg saat ini dikelola oleh sahabat sahabat kakaknya, Dimas.

Dan sebenarnya kafe tersebut adalah milik Dimas yg diwariskan kepada Dewa. Dan sahabat Dimas sangat menghargai keputusan dari Dimas tersebut. Dan lagi lagi, tidak banyak orang tahu jika kafe tersebut milik Dimas ataupun Dewa.

Dewa sibuk dengan ponselnya untuk kepastian pekerja paruh waktu kepada sahabat kakaknya yg mengelola kafe miliknya.

" Bentar, gw pastikan lebih dahulu..." kata Dewa.

Tak berapa lama kemudian Dewa mendapatkan pesan balasan. Dan hal itu membuat Dewa tersenyum.

" Di kafe Bulan, jl. Diponegoro.." jawab Dewa.

" Kafe yg lagi hits itu. Kafe yg sekarang sudah direnovasi dan menjadi idaman pasangan muda mudi...?" Kata Miko.

" Yups... tepat sekali..." jawab Dewa.

" Lu mau kan, Ko, To...?" tanya Dewa kepada Miko dan Tito.

" Gw mau...kalau lu bagaimana...?" jawab Miko yg kemudian bertanya kepada Tito.

Tito agak ragu karena jaraknya yg lumayan jauh. Sementara ia tidak punya kendaraan menuju ke sana tiap harinya.

" Karena jauh ya, jadi ragu...?" tanya Dewa.

Tito mengangguk, karena dugaan Dewa sangatlah tepat.

" Nanti coba gw tanya ke temen gw. Siapa tahu ada motor nganggur yg bisa dipakai..." kata Dewa.

Miko menatap Dewa, karena perkataan Dewa barusan. Terutama kata 'teman' yg ia dengar. Karena selama ini Dewa tidak banyak diketahui, jika dirinya mempunyai teman selain Tito dan dirinya

" Siapa...?" tanya Miko.

" Temen lah..." jawabnya enteng.

Dan Dewa pun kemudian menghubungi Rio. Jika ia membutuhkan motor untuk kendaraan Tito. Beruntung di tempat Rio masih ada beberapa motor yg tidak terpakai. Dan semua itu milik Dewa. Bahkan dewa sendiri belum memakainya. Karena rencana motor tersebut untuk aktivitas pekerjaan bengkel miliknya.

" Ini ada motor. Tapi gw pingin tahu sesuatu tentang mantan suami Mak Ijah. Boleh kan Tito...?" kata Dewa.

" Sesuatu apa...?" tanya Tito.

" Gw pingin tahu aja. Mantan suami Mak Ijah bernama siapa , kerjaannya apa. Dan sekarang dimana...?. Karena gw lihat, elu begitu mengkhawatirkan Mak Ijah dan yg lainnya..." tanya Dewa to the poin.

Tito pun akhirnya menceritakan siapa sebenarnya mantan suami Mak Ijah itu. Pekerjaannya dan juga saat ini berada. Karena Tito sudah mulai percaya kepada sahabat barunya ini. Bahkan Tito menceritakan bagaimana awal mula dirinya diangkat anak oleh Mak Ijah. Yg kemudian dijadikan budak pencari uang oleh mantan suami Mak Ijah. Namun berkat Mak Ijah, akhirnya Tito berhasil keluar dari Kungkungan mantan suami Mak Ijah tersebut dengan bercerai.

" Oh, jadi nama mantan suami Mak Ijah itu Darso..." kata Dewa sambil manggut manggut. Karena memang tidak mengenal sama sekali.