NovelToon NovelToon
Obsessed With My Handsome Duke

Obsessed With My Handsome Duke

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:15k
Nilai: 5
Nama Author: Melsbay

Emily terkejut saat menyadari bahwa dia telah transmigrasi ke dalam sebuah novel yang dia baca sebelumnya. Lebih mengejutkan lagi, dia menyadari bahwa dia tidak menjadi tokoh utama seperti yang dia harapkan, melainkan menjadi seorang putri pendukung yang sombong, bernama Adeline. Adeline dikenal sebagai seorang putri sombong dan arogan yang akhirnya mati keracunan karena perselisihan cinta antara protagonis wanita, yang disebabkan oleh ulah antagonis wanita.

"Kenapa aku harus mati konyol?" batin Emily. "Dari pada hanya menjadi pemeran pendukung, sekalian saja aku yang jadi protagonis! Hey, aku seorang putri raja!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melsbay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semua nya Akan Baik-Baik Saja, Sayang

Dua minggu berlalu di Villa, suasana bulan madu Duke Emeric dan Adeline penuh dengan kehangatan pantai. Mereka duduk di bawah pohon besar, menikmati suasana yang tenang sambil merasakan hembusan angin laut yang segar.

Adeline, dengan topi besar yang menambah pesona, tersenyum lembut sambil menggenggam cemilan di tangannya, matanya bersinar ketika melihat laut yang biru membentang di kejauhan.

Duke Emeric, duduk di sampingnya dengan wajah yang penuh kebahagiaan, memandang ke arah lautan yang tenang.

"Sungguh hari yang indah, bukan?" seru Adeline dengan riang.

"Ya, sayang. Pemandangan yang sangat indah. Tapi... tidak ada yang bisa menggantikan keindahan mu, Adeline, sayang ku." kata Duke Emeric kemudian mengusap lembut bibir Adeline yang ternoda oleh remah cemilan yang sedang di nikmati nya.

"Ahaha... Kau bisa saja, Emeric. Jangan terlalu sering menggodaku."

Dengan suara lembut, Duke Emeric bertanya tentang rasa cemilan yang sedang dinikmati Adeline. "Bagaimana rasa cemilan itu, sayang?"

"Cemilannya ini luar biasa. Coba saja, rasanya begitu manis." Adeline berkata sembari menggenggam cemilan di tangannya.

"Aku harus mencobanya sendiri untuk memastikannya."

Adeline menawarkan cemilan pada Duke Emeric. "Tentu saja, silakan dicoba."

Duke Emeric tidak langsung mengambil cemilan, tetapi meraih dagu Adeline dengan lembut dan mencium bibirnya dengan penuh kasih sayang. Adeline terkejut, tetapi kemudian menikmati ciuman itu dengan senyum di wajahnya.

Namun, tanpa ragu, dia mmenekan tengkuk Adeline dengan lembut, menariknya ke arahnya, Lidahnya mengeksplorasi rongga mulut Adeline dengan lembut, menciptakan sensasi yang menggetar kan tubuh Adeline sehingga membuat Adeline tak bisa menahan senyumnya.

Setelah beberapa saat, Duke Emeric melepaskan wajah Adeline.

"Wow, cemilan nya benar-benar manis!" senyum puas terukir di bibirnya.

"Emeriiic... "Suara Adeline bergetar, seluruh tubuh nya seperti tersengat terik matahari dalam waktu yang lama, saking merahnya.

"Tapi, tidak seberapa dibandingkan dengan manisnya ciumanmu, sayang." katanya dengan senyuman yang lebar, Adeline kemudian memberi pukulan kecil di bahu bidangnya.

"Dasar Emeric... bagiaman jika di lihat orang lain?" katanya dengan malu.

"Biar saja. Mereka sendiri yang akan menyesali nya."

"Huh..."

Adeline tersipu malu, namun senyuman di wajahnya tak bisa disembunyikan. Mereka berdua tertawa, menikmati momen intim mereka di pinggir pantai yang tenang.

Sinar mentari senja meluncur perlahan di atas cakrawala, memberikan nuansa keemasan yang mempesona di tepi pantai.

Adeline dan Duke Emeric duduk bersama di bawah pohon rindang, menyaksikan ombak yang tenang membelai pantai dengan lembut.

Suasana tenang mereka tiba-tiba terganggu oleh kehadiran seorang pelayan yang berlari mendekati mereka dengan napas tersengal-sengal.

Kepala Pelayan berlari ke arah mereka dengan napas terengah-engah.

"Mohon maaf, Tuan dan Nyonya. Ada utusan dari Kerajaan, membawa surat dari Raja."

Wajah Adeline dan Duke Emeric langsung berubah serius, kekhawatiran mencuat di matanya. Tanpa kata, mereka beranjak dari tempat duduk mereka dan segera menuju Villa.

Di ruang tamu Villa, Ajudan Raja sudah menanti dengan serius, membawa surat perintah dari Raja sendiri. Melihat kedatangan Duke Emeric, Ajudan itu segera memberi hormat dengan penuh penghormatan.

"Permisi, Tuan dan Nyonya. Saya datang membawa pesan dari Raja."

"Apa isi surat itu, Ajudan?"

Ajudan membuka surat perintah dengan hati-hati, membaca isinya dengan serius'

"Aku, Albert Windsor, Raja Splendora memerintahkan Duke Emeric Bethel untuk segera kembali ke Splendora. Hal ini terkait kemunculan monster yang tiba-tiba di wilayah istana Splendora."

"Monster? Oh tidak, Emeric!" Adeline menjerit dengan ngeri, seluruh tubuh nya gemetaran.

Duke Emeric segera memeluk Adeline dengan penuh kehangatan, mencoba menenangkan istrinya yang gemetar.

"Tenanglah, sayang. Kita akan menghadapinya bersama-sama. Ajudan, dimana lokasi kemunculan monster tersebut?"

"Di hutan dekat Istana Splendora, Tuan."

"Bagaimana keadaan Raja, Ratu, dan Nathaniel?" seru Adeline dengan suara bergetar dan wajah yang pucat.

"Mereka semua dalam keadaan baik-baik saja, Nyonya. Putra Mahkota telah berhasil mengalahkan monster tersebut, dengan bantuan kekuatan suci Putri Mahkota, Saintess Elisa." Ajudan mengambil napas lega setelah menjawab pertanyaan Adeline.

Wajah Adeline masih terlihat cemas, tetapi sedikit lega mendengar kabar tentang keselamatan keluarga nya.

"Emeric! Kita harus segera kembali ke Splendora."

Duke Emeric memandang Adeline dengan penuh kekhawatiran, namun tetap mengangguk, menyetujui perkataan Adeline seolah itu adalah perintah mutlak.

"Kami akan berangkat besok pagi. Terima kasih, Ajudan, atas pemberitahuannya."

Ajudan memberi hormat dan meninggalkan Villa, meninggalkan Duke Emeric dan Adeline dengan pikiran yang kini dipenuhi dengan kesiapan untuk menghadapi tantangan yang menunggu mereka di Splendora.

Adeline duduk di ujung sofa ruang tamu Villa, tubuhnya sedikit terduduk dengan terkulai lemas, dan wajahnya mencerminkan kekhawatiran yang mendalam.

Cahaya senja yang memancar dari jendela yang terbuka menyoroti raut muka pucatnya, menambah kesan kelelahan dan ketegangan yang terpancar dari dirinya.

Kepala pelayan mendekati dengan langkah-halangannya yang terburu-buru, membawa sebuah gelas air dingin dengan tangan gemetar.

Duke Emeric, dengan cepat namun penuh perhatian, mengambil gelas tersebut dari pelayan dan menyerahkannya kepada Adeline dengan lembut.

"Minumlah, sayang. Air ini akan membantu meringankan perasaanmu."

Adeline menerima gelas itu dengan gemetar, tangannya sedikit bergetar saat dia meneguk air minum untuk meredakan kerongkongan yang kering akibat keterkejutannya.

"Aku... aku tidak pernah mengira kita akan dihadapkan pada situasi seperti ini, Emeric."

Duke Emeric memeluk Adeline erat, merangkulnya dengan penuh kelembutan. Suara lembutnya bergema di telinga Adeline, menawarkan kata-kata penghiburan dan perlindungan dalam saat-saat yang sulit.

"Kita akan melaluinya bersama, Sayang. Aku akan selalu ada di sampingmu, menjagamu dengan sepenuh hati."

Adeline merasakan ketenangan di dalam pelukan Duke Emeric, merasa dilindungi dan dicintai.

"Terima kasih, Emeric. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpamu." Adeline menanggapi dengan mengangguk lemah, membiarkan dirinya merasakan kehangatan dan kekuatan yang datang dari pelukan Duke Emeric.

Dengan perlahan, dia merebahkan tubuhnya dalam pelukan suaminya, mencari ketenangan dan kekuatan di dalam perlindungannya yang hangat.

Duke Emeric mengalihkan pandangannya ke arah kepala pelayan, dengan suara tegas dia berkata, "Kepala pelayan, tolong pastikan segala kebutuhan kami untuk kepulangan besok sudah disiapkan dengan baik."

"Tentu saja, Yang Mulia. Saya akan segera menyiapkan semuanya."

Duke Emeric mengangguk sebagai tanda persetujuan, sementara kepala pelayan segera berbalik untuk melaksanakan perintahnya.

Dengan langkah yang lincah, dia melangkah keluar dari ruangan, meninggalkan mereka berdua dalam suasana tegang.

Adeline menatap Duke Emeric dengan wajah yang penuh kekhawatiran, mencermati setiap ekspresi yang terpancar dari suaminya yang tercinta. Dalam tatapannya yang lembut, terpancar kepercayaan penuh pada keputusan Duke Emeric.

"Apakah semuanya akan baik-baik saja, Emeric?"

"Ya, Sayang. Aku akan memastikan semuanya akan baik-baik saja." Suara Duke Emeric penuh keyakinan, mencoba menenangkan hati yang gelisah dari istrinya. Namun, wajahnya tidak bisa sepenuhnya menyembunyikan kekhawatiran.

Adeline, yang semakin merasa hangat dalam dekapan Duke Emeric, perlahan-lahan merasa kelelahan yang mendalam mulai memenuhi dirinya.

Matanya yang lelah mulai terpejam dengan sendirinya, dan perlahan-lahan dia terlelap dalam pelukan suaminya yang hangat.

Duke Emeric dengan lembut memindahkan tubuh Adeline dari sofa ke pelukannya, memastikan dia tetap merasa nyaman dan aman.

Dia membawanya perlahan ke kamar tidur mereka, hatinya dipenuhi dengan kekhawatiran yang dalam melihat keadaan istrinya yang terlihat lemah dan pucat.

Saat meletakkan Adeline di atas kasur, Duke Emeric membelai lembut wajahnya yang pucat, ekspresinya mencerminkan kekhawatiran terhadap keadaan Adeline.

"Aku akan melindungimu, sayangku. Tidak ada yang akan menyakitimu selama aku masih bernafas." bisik nya dengan lembut sembari terus membelai wajah Adeline.

Yang ada dalam pikirannya adalah tekad untuk menjaga keselamatan dan kebahagiaan istrinya, tidak peduli apa pun yang mungkin terjadi di masa depan.

1
salwi
/Chuckle/
Melsbay
Halo... terima kasih sudah menjadi pembaca setia. Untuk mendukung author, mohon di like, subscribe, komentar, kasih bintanng dan di vote ya... terima kasih banyak...
Melsbay
mohon di like, subscribe, bintang dan follow akun ya gaess ya...😇 biar authir lebih semangat up karya dan jangan lupa di komen juga ya😇😇😇 Sankyuuu...
Olive
/CoolGuy//CoolGuy/
Niaa🥰🥰
Luar biasa
Niaa🥰🥰
😁😁🥰🥰
Melsbay
mohon bantu support author dengan like, subscribe, follow dan bintang ya... jangan lupa dikomen ya, teman2... sankyu😇😇😇
Bird
👣👣👣
Keyzie
👣👣👣👣
Pembaca Setia
update terus ya thor👍👍
Pembaca Setia
gentle👍👍
Pembaca Setia
/Hey//Facepalm/
Ryfca
🥰🥰🥰
Vallleri Abel
up up up
Suryavajra
Saintes itu apa kak?
Melsbay: sama sama😄
Suryavajra: wah keren.. insight baru.. thanks kak
total 3 replies
Suryavajra
buat aku, author yang bisa bikin cerita kerajaan itu sesuatu banget.. keren ah kak.. baca pelan2 ah 👍👍👍
Suryavajra
wow.. produktif sekali kak.. udah keluar karya baru lagi 👍👍👍👍👍
Ryfca
🥰🥰🥰🥰
Keyzie
keren👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!