semoga suka ya novel yang aku tulis
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arvilia Agustin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. Perasaan
Malam yang sunyi menyelinap sepi, Alia termenung sendiri dengan penuh lamunan, memikirkan tentang kehidupan nya, yang sekarang Ibunya sudah mulai sakit-sakitan karena usia dan juga cape mengurus cucunya yang nakalnya minta ampun. Sewajarnya Alia membantu Ibu, Bapaknya karena mereka ikut cape mengasuh anak-anak nya. Dan sewajarnya juga aku memberikan upah sisa gaji aku berikan pada mereka yang sudah ikut andil dalam mengurus keluarga ku. sebenarnya tidak akan pernah bisa membalas jasa kedua orang tua. Tapi kenapa suaminya selalu tidak suka dengan ku kalau aku kasih uang pada Ibu ku. Perasaan tidak ada salahnya kalau aku memberikan sedikit uang gajiku pada Ibu, anggap saja itu jasa mengasuh. Sedangkan dia sendiri tanpa sepengetahuan ku memberikan uang pada Ibu nya tiap bulan yang padahal uang itu ada hak aku. Irwan tidak pernah mengerti dan merasakan perasaan nya yang setiap hari tidak ia cukupi, jadi Alia sekarang harus menanggung beban tiga keluarga sekaligus, "apakah aku mampu ya Allah di berikan ujian yang seberat ini?" gumamnya pelan dalam hati. Kemudian Alia merebahkan badannya ke kasur untuk menenangkan suasana hati yang sedang galau yang tak tau arah harus bagaimana dengan keadaan hidupnya, yang banyak sekali kebutuhan dan kepentingan harus di cukupi. Apalagi sebentar lagi dia harus mengurus pemberkasan PPPK yang membutuhkan uang. Sedangkan Irwan cuek bodo amat.
Kemudian Alia bangun dari tempat pembaringan nya untuk mengambil air minum karena haus.
Lek..lek..
Alhamdulillah rasanya segar, nikmat dan kenyang, rasa lapar ingin makan pun hilang. Ia hanya mengambil cemilan yang ada di dalam toples. Rasa cape nya membuat ia kenyang sehingga tidak mau makan.
"Kali ini aku akan diam saja ketika mas Irwan pulang meskipun aku merasa kesal dan geram. Mas Irwan sekarang semakin cuek, mungkin dia sudah tidak ada cinta lagi untuk ku. Ya sudahlah aku pasrah sama yang maha kuasa gimana yang terbaik saja. Kalau emang harus berpisah semoga aku bisa ikhlas lagian aku sudah merasa cape dengan semua nya." ungkap Alia dalam hati dan bertanya-tanya
"kenapa ya semakin kesini aku selalu merasa tidak enak hati dan ada yang aneh dengan diri mas Irwan"
"Aaaahh...aku tidak boleh berpikiran seperti itu. semua nya akan baik-baik saja." Ucapnya berusaha untuk menenangkan hati..
Di saat Alia sedang santai dan becanda gurau dengan anak-anaknya tiba-tiba suara pintu terbuka tanpa ada yang mengucap salam
Ceklek...
Suara pintu ke buka, tapi "siapa yang datang ya, apa mas Irwan? Ko nggak ada yang ucap salam bahkan tidak ada suara motor yang datang." tanya Alia heran sambil mengernyitkan keningnya dan mengangkat bahu yang penuh tanda tanya, ada suara tapi tidak ada orang.?🤔
Di saat Alia menuju ruang tengah tiba-tiba Irwan muncul dari belakang
"Mah.. istriku..
Ada suara memanggil dari belakang.
"Mas Irwan,..bikin kaget saja" ucap Alia
"Kenapa kamu kaget?"
"Ia lah, lagian kenapa kamu datang ke rumah menyelinap kaya maling saja? Bawa motor tanpa suara.,"
"Sengaja, biar kamu banyak tanda tanya" nyinyir Irwan
"Keterlaluan kamu. Ko jam segini baru pulang?" tanya Alia heran
"Tadi aku mampir dulu ada urusan." Jawab Irwan sambil duduk di sofa.
"Mas, Mana aku minta uang!" Pinta Alia yang seperti rentenir saja setiap hari Alia harus menagih nya.
"Aku tidak punya uang"
"Nggak bisa ya mas ngasih uang tanpa harus di tagih terus?"
"Mas kita itu sudah tidak punya beras, gas, air minum, dan bahan makanan, belum lagi jajan anak-anak." Tegas Alia
"Ya gimana lagi, apa yang harus aku kasih" jawab Irwan
"Dasar pelit." lanjut Alia
Jawaban Irwan sedikit menjengkelkan, setiap Alia minta jatah nafkah dia selalu begini.
"Di sini aku bukan kepala rumah tangga mas? Yang semuanya harus aku tanggung." tukasnya dengan tegas
Sejak tadi putri terlihat diam walaupun dia sedikit becanda dengan Gilang tapi ia selalu memperhatikan mamahnya, sedikit kepikiran pada mamahnya yang kadang terlihat marah tanpa sebab, sedih, melamun, kadang berusaha untuk ceria. Kemudian di tengah perbincangan antara Alia dan Irwan, putri datang menghampiri nya.
"Bapak aku kasian sama mamah. Kenapa Bapak selalu acuhkan mamah?" tanya Putri sedikit Irwan terkejut tiba-tiba menanyakan hal seperti ini.
"Maksud kamu apa teh Putri?"
"Bapak tidak kasian sama mamah, perasaan Putri Bapak seperti sudah tidak cinta sama mamah, bapak selalu sibuk di luar, kenapa sih pa?" tangkas putri
"Bapak tidak seperti yang Teh Putri pikirkan Bapak sayang dan cinta sama mamah dan anak-anak Bapak. Itu hanya perasaan teh Putri saja." Ucap Irwan
"Bapak bohong...bapak tidak mau bantu mamah. Mamah selalu sendirian mengerjakan apapun tanpa di bantu Bapak."
Irwan hanya bisa menundukkan kepala dan terdiam sejenak. lalu ia menyuruh Putri untuk pergi tidur
"Udah Putri sekarang tidur ya, jangan mikirin Bapak sama mamah, mendingan fokus mikirin belajar. Sudah belajar belum?"
"Sudah tadi.." jawab Putri dengan ketus
"Terus kenapa bapak jalan-jalan saja sama teman-teman bapak, bapak tidak pernah ngajak kami refreshing. Apalagi mamah kasian kerja saja tidak pernah jalan-jalan. Sedangkan Bapak enak Santai, bensin minta sama mamah, ini itu minta sama mamah." ucap putri yang ikut merasakan jengkel dengan ulah Bapaknya."
Irwan tidak bisa menjawab pertanyaan Putri. Putri kini sudah mulai dewasa dan bisa memahami keadaan orang tua nya. Yang semakin hari semakin tidak harmonis. Padahal sekarang Alia sudah di angkat ASN tapi itu tidak membuat Irwan berubah dan malah seenaknya seperti tak punya tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga.
~
Malam semakin larut tapi Alia tidak bisa memejamkan mata, Alia takut saat memejamkan mata dan terlelap tidur Irwan akan merayunya, "lebih baik aku menyelesaikan pekerjaan membuat proposal. Ini harus aku kerjakan sendiri tanpa bantuan suami." Gumam nya. Kemudian dengan jemari yang lincah ia mengetik di laptop sampai proposal pun selesai demi untuk mendapatkan uang tambahan. Waktu malam pun semakin larut, akhirnya tak terasa Alia tertidur lelap di mejanya tanpa ia sadari.
****Bersambung..