Maura Putri Wijaya, gadis cantik berusia 20 tahun. Putri tunggal dari pengusaha terkenal nan kaya raya, Elgar Wijaya dan Amira Talitha.
Namun, hidup Maura kesepian karena kedua orang tua nya sibuk dengan urusan masing-masing. Membuat Maura terbawa arus hingga memutuskan menjadi seorang sugar baby dari seorang pria tampan yang usia nya jauh di atasnya.
Daniash Anggara Kim, pria dewasa yang berhasil menjadikan Maura baby nya, bahkan mereka menghabiskan banyak malam bersama. Daniash pria beristrikan seorang artis bernama Herra Yuliana, mereka menikah karena perjodohan.
Apa yang terjadi ketika orang tua Daniash mengetahui kelakuan putra nya dengan gadis lain? Sedangkan mereka tau kalau hubungan rumah tangga keduanya baik-baik saja?
"Aku lelah dengan keadaan aku saat ini, bisakah aku menyerah, Dad?"
"Tidak, aku yang akan memberikan semua nya untukmu. Menjadikan mu gadis paling beruntung!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18 - Kegiatan Pagi Hari
Pagi harinya, Daniash merasakan sisi kasur sebelah nya sudah kosong. Pria itu membuka kedua mata nya, dia duduk dan perlahan mengedarkan pandangan nya, mencari sosok gadis yang semalaman dia peluk dalam dekapan nya.
"Selamat pagi, Daddy." Sapa Maura ramah, gadis itu sudah rapih dengan pakaian casual, khas anak kuliahan. Rambutnya di ikat kuda, membuat leher putih nya terekspos.
"Kenapa sudah rapi sepagi ini?"
"Maura ada kelas pagi, jam tujuh sih biasa." Jawab Maura sambil memasukan beberapa buku ke dalam tas kecilnya.
"Ohh, ya.." Hanya jawaban singkat yang di berikan Daniash.
"Daddy gak ngantor?"
"Ngantor, Bby."
"Kalo gitu, kenapa belum bersiap? Mandi sana, Maura siapin pakaian nya." Daniash hanya menjawab dengan anggukan pelan di kepala nya. Gadis itu tersenyum saat melihat pria itu berjalan gontai ke kamar mandi, dengan hanya menggunakan boxer.
Sudah dua kali tidur bersama, Maura seperti nya tau akan kebiasaan pria nya yang selalu tidur tanpa memakai pakaian, hanya boxer saja. Semalam, dia terbangun dan iseng merabaa roti sobek yang berjejer rapi di perut Daniash. Dia sangat senang saat bisa menyentuhnya secara langsung, hanya saja dia belum berani melakukan nya saat Daniash sedang terjaga.
Maura masuk ke dalam bilik walk in closet, dimana pakaian kerja milik Daniash tergantung rapi, berderet sesuai jenis, merk dan type. Ini mah bukan lemari walk in closet, tapi sudah seperti etalase pakaian di mall.
Pilihan Maura jatuh pada kemeja berwarna biru navy, setelan jas dengan aksen garis-garis berwarna senada, dasi juga bermotif sama.
Di sana, juga ada koleksi jam tangan berharga puluhan hingga ratusan juta, Maura memilih dengan cara mencocokan nya dengan jas yang dia pilih. Setelah merasa pas, barulah dia keluar dan sudah melihat Daniash duduk di meja rias sambil menyalakan hair dryer.
Maura meletakan pakaian itu dengan perlahan agar tak kusut, dia mengambil alih pengering rambut itu dari tangan Daniash, dia yang akan melakukan nya. Pria itu tersenyum kecil saat melihat gadis nya begitu peka, inilah yang dia inginkan dari seorang istri.
"Sudah Dad, ayo berpakaian dulu. Nanti Maura bantu pasang dasi nya."
"Huum.." Jawab nya, Maura kira Daniash akan masuk kembali ke ruang walk in closet, tapi tanpa di duga dia malah memakai pakaian nya di depan Maura. Membuat gadis itu refleks menutup mata nya dengan kedua tangan. Mau bagaimana pun, dia tetap gadis peerawan yang bila di suguhi pemandangan seperti ini, dia akan merasa malu sendiri.
"Buka matamu."
"Tidak, aku tak mau melihat milik Daddy, itu mengotori mataku." Jawab Maura.
"Lihat dulu!"
Maura membuka matanya, dia melihat Daniash sudah memakai celana nya, hanya saja kemeja nya belum.
"Kemarilah, bantu aku bersiap baby." Maura mengusap dadanya lega, setidaknya bukan pemandangan pisang tanduk yang dia lihat, hanya jejeran roti sobek.
Maura meraih kemeja dari atas kasur dan dengan detail memakaikan nya pada tubuh besar Daniash, mengancingkan setiap kancing yang ada dengan rapih dan membantu pria itu memasangkan dasi nya.
"Dad, jangan meledek ku!"
"Dari tadi aku diam lho."
"Menunduk dong, masa aku yang harus jinjit sih." Sewot Maura sambil mencebikkan bibirnya.
"Ohh, lupa kalau kamu kayak kurcaci."
"Diamlah, atau aku gak jadi masang dasi nya nih?"
"Iya iya, gadis kecil ini sudah pandai mengancam ternyata."
"Mengancam apa nya, aku gak ada ngancam Daddy tuh." Maura memutar mata nya jengah saat mendengar Daniash mengatakan hal yang tak dia lakukan.
Cupp..
Daniash mengecup singkat bibir mungil Maura, membuat sang empunya langsung terdiam seketika.
"Daddy lupa belum minta morning kiss."
"Nanti aja, keburu telat. Kita belum sarapan lho."
"Kamu yang masak?" Tanya Daniash, pria itu pikir gadis nya yang memasak.
"Nggak, aku gak bisa masak, hehe."
"Kirain, nanti kalau libur, kita belajar masak ya."
"Boleh Dad." Jawab Maura sambil tersenyum, dia tinggal memakaikan jas dan jam tangan, selesai. Penampilan pria itu sangat tampan, dengan rambut kelimis yang Daniash sisir ke belakang.
"Aahhh aku sesak nafas, Dad.." Maura memegangi dada nya.
"Lho kenapa? Padahal barusan kamu baik-baik saja."
"Aku sesak nafas melihat ketampanan Daddy." Jawab Maura sambil terkekeh, membuat Daniash kesal karena sudah di bohongi gadis kecil, tapi kenapa dia menyukai nya? Lebih tepatnya, semua yang ada pada diri Maura, dia menyukai semuanya.
"Udah pinter gombal ternyata."
"Hehe, ajaran Nayna, Dad." Jawab Maura, dia segera memeluk Daniash dengan erat. Pria itu juga membalas pelukan gadis nya, mengusap kepala gadis nya dengan lembut.
Gadis itu mendongak, Daniash langsung merampas bibir manis Maura, pria itu melumaat dan memagutt bibir mungil kemerahan itu dengan lembut, meraup nya dengan penuh perasaan.
Lidah mereka saling membelit satu sama lain, hingga menimbulkan bunyi decapan nikmat yang mewarnai ruangan yang cukup luas itu. Cukup lama pertautan bibir terjadi, akhirnya Daniash mengakhiri nya lebih dulu. Kalau saja tak ingat ada meeting penting pagi ini, dia ingin mencium gadisnya lebih lama lagi.
"Ayo sarapan, atau kita akan terlambat."
"Iya Daddy.." jawab Maura, dia mengambil tas nya lalu menggandeng tangan Daniash, keduanya pun sarapan dengan tenang.
Di apartemen ini, biasanya memang ada maid dari rumah utama yang Daniash tugaskan untuk membereskan apartemen setiap harinya. Tugasnya terbilang mudah, hanya datang pagi-pagi untuk menyiapkan sarapan, lalu beres-beres, mencuci pakaian, dan pulang sore hari setelah pekerjaan nya selesai.
Sejauh ini, Herra tak tau menahu apartemen ini. Karena dia pun tak peduli, Daniash tinggal di apartemen atau dimana pun, selalu dia tak mengganggu nya maka Herra takkan keberatan.
Setelah sarapan, mereka pun berangkat dengan mobil milik Daniash, plus pria itu sendiri yang mengendarai nya.
"Daddy, aku turun dulu ya. Semangat kerja nya, hati-hati di jalan nya."
"Iya, jangan nakal. Ingat, kamu hanya milik Daddy." Peringat Daniash.
"Iya iya, Daddy." Jawab Maura gemas, dia mengecup singkat bibir Daniash, lalu turun dari mobil dengan langkah riang nya.
"Oyy.." panggil Nayna pada Maura.
"Ehh, ada Nayna.."
"Gue dah disini sejak mobil Dady Lo berhenti." Cetus Nayna membuat Maura terkekeh, dia terlalu bahagia pagi ini hingga tak menyadari keberadaan sahabat nya.
"Hehe, iya maaf. Yuk masuk,"
"Ayoo.." jawab Nayna, dia menggandeng tangan Maura seperti biasanya.
"Eehh, Ra. Tau gak? Daddy gak ngedip lho pas liat gue pake lingerie yang kemaren kita beli."
"Seriusan? Daddy gue juga sama, dia langsung cium gue."
"Gak nyelup kan?" Tanya Nayna.
"Enggak dong, gue kan masih menstruasi." Jawab Maura, membuat Nayna cengengesan karena dia lupa kalau mereka berdua sedang datang bulan.
"Tapi, gak tau kalau udah selesai. Gue pasti langsung di terkam sama Daddy kalo pake baju gituan."
"Daddy Lo nuntut hubungan ranjang, Ra?" Tanya Nayna, Maura menghembuskan nafas nya dengan kasar lalu mengangguk.
"Iya, ada dalam surat perjanjian dan gue udah tandatangani."
"Terus?"
"Gak ada terusan nya, setelah selesai datang bulan, ya gue bakal ngasih itu ke Daddy. Gue gapapa, kok."
"Sabar ya, kata orang pecah perawaan itu sakit lho."
"Beneran?" Tanya Maura.
"Iya, tapi gue gak tau soalnya belum nyobain." Nayna terkekeh saat melihat wajah pucat sahabatnya.
"Udah, gak usah di pikirin. Yuk masuk kelas, bentar lagi dosen nya masuk." Maura mengangguk dan duduk di kursi masing-masing, benar saja hanya berselang lima menit kemudian, dosen datang dengan wajah datar nya. Satu lagi dosen killer.
.......
🌻🌻🌻🌻🌻
bikin karya bagus lainnya saja gak usah nambah.kl kepanjangen bikin males mengikuti.
ku kirim vote ya kak....
Ditunggu judul selanjutnya
rasanya gak rela cepat tamat...
terimakasih banyak Thor sdh menghibur kami pembaca 🙏🙏
semangat Thor dgn Karya selanjutnya 💪