NovelToon NovelToon
Istri Siri Om Majikan

Istri Siri Om Majikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Nikah Kontrak / Tamat
Popularitas:16.7k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Tanpa gaun putih, tanpa restu keluarga, hanya akad sunyi di balik pintu tertutup.
Aku menjalani hari sebagai pelayan di siang hari… dan istri yang tersembunyi di malam hari.

Tak ada yang tahu, Bahkan istri sahnya yang anggun dan berkelas.

Tapi apa jadinya jika rahasia itu terbongkar?
Saat hati mulai berharap lebih, dan dunia mulai mempertanyakan tempatku…

Istri Siri Om Majikan adalah kisah tentang cinta yang lahir dari keterpaksaan, tumbuh di balik status yang tak diakui, dan perjuangan seorang perempuan untuk tetap bernapas dalam cinta yang ia tahu tak pernah boleh ada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Sebulan yang lalu, tepat setelah ritual sunyi yang biasa mereka jalani sebagai sepasang suami istri, Jordan tiba-tiba bicara.

Nada suaranya datar, tanpa emosi, seperti sedang membaca laporan keuangan, bukan mengucapkan kalimat yang akan mengubah hidup seseorang.

“Aku tidak ingin punya anak... baik dari istri siriku, maupun dari istri sahku, Casandra.”

Syifa yang masih terbaring di sampingnya menoleh perlahan, mencoba mencari tanda bahwa itu hanya candaan, atau setidaknya sebuah ujian emosi. Tapi tidak ada. Sorot mata Jordan kosong, tajam, dan benar-benar serius.

Sejak malam itu, dunia Syifa hancur diam-diam. Ia tak pernah mengira, setelah semua pengorbanan, keikhlasan, dan ketundukannya sebagai istri dalam bayang-bayang, Jordan akan menolak bahkan kemungkinan darah dagingnya sendiri.

Dan ketika dua garis merah muncul di alat tes sederhana itu, Syifa tak menangis.

Ia hanya diam. Lama. Lalu malamnya ia berkemas.

Bukan karena benci. Tapi karena cinta yang terlalu dalam bisa membunuh—dan dia tidak ingin menjadi pembunuh bagi janin tak berdosa yang tumbuh di dalam rahimnya.

Dia pergi. Tanpa pesan. Tanpa jejak. Hanya satu alasan yang membawanya jauh dari rumah megah itu:

Karena anak ini tumbuh dari ikatan yang sah di mata Tuhan, walau tidak diakui oleh dunia.

Dan Jordan... Presiden Direktur dingin yang terkenal tegas, garang, dan memikat itu... mungkin bisa mengendalikan seluruh perusahaan multinasional, tapi tidak pernah bisa mengendalikan kepergian seorang perempuan yang terluka dan memilih melindungi nyawa kecil dalam diam.

Sejak kepergian Syifa yang mendadak, suasana rumah besar itu sedikit berubah. Ada ruang yang terasa kosong, terutama di sisi barat rumah tempat kamar Syifa dulu berada.

Namun setiap kali ada staf yang bertanya entah satpam, koki dapur, atau bahkan Casandra yang pura-pura tak peduli tapi sesekali bertanya dengan nada sinis—Erna selalu menjawab dengan wajah tenang, seolah semuanya baik-baik saja.

“Syifa pulang ke Makassar. Ibu tirinya sakit,” jawab Erna dengan suara ringan.

“Tumben nggak pamit sama kita?”

Pertanyaan itu sering muncul, tapi Erna hanya tersenyum, menunduk sedikit sambil merapikan nampan atau menyiapkan minuman. “Syifa nggak mau ribet. Perginya buru-buru karena katanya ibunya masuk rumah sakit mendadak.”

Tak seorang pun tahu bahwa alasan sebenarnya jauh lebih rumit daripada sekadar urusan keluarga.

Erna menyimpan semua itu sendiri. Ia tahu betul Syifa tidak akan kembali, setidaknya tidak dalam waktu dekat. Bahkan dirinya pun tak diberi tahu ke mana tepatnya perempuan itu pergi. Hanya satu pesan singkat dari Syifa malam sebelum menghilang:

"Jangan khawatirkan aku, Erna. Jaga dirimu. Jangan bilang siapa pun. Aku harus pergi… demi anakku."

Dan sejak saat itu, Erna menjadi benteng yang menutupi kepergian Syifa. Dengan kebohongan kecil yang terpaksa, ia lindungi satu-satunya sepupunya itu dari dunia yang terlalu kejam untuk seorang istri yang tak pernah dianggap.

Sejak kepergian Syifa yang mendadak, suasana rumah besar itu sedikit berubah. Ada ruang yang terasa kosong, terutama di sisi barat rumah tempat kamar Syifa dulu berada.

Namun setiap kali ada staf yang bertanya—entah satpam, koki dapur, atau bahkan Casandra yang pura-pura tak peduli tapi sesekali bertanya dengan nada sinis—Erna selalu menjawab dengan wajah tenang, seolah semuanya baik-baik saja.

“Syifa pulang ke Makassar. Ibu tirinya sakit,” jawab Erna dengan suara ringan.

“Tumben nggak pamit sama kita?”

Pertanyaan itu sering muncul, tapi Erna hanya tersenyum, menunduk sedikit sambil merapikan nampan atau menyiapkan minuman. “Syifa nggak mau ribet. Perginya buru-buru karena katanya ibunya masuk rumah sakit mendadak.”

Tak seorang pun tahu bahwa alasan sebenarnya jauh lebih rumit daripada sekadar urusan keluarga.

Erna menyimpan semua itu sendiri. Ia tahu betul Syifa tidak akan kembali, setidaknya tidak dalam waktu dekat. Bahkan dirinya pun tak diberi tahu ke mana tepatnya perempuan itu pergi. Hanya satu pesan singkat dari Syifa malam sebelum menghilang:

"Jangan khawatirkan aku, Erna. Jaga dirimu. Jangan bilang siapa pun. Aku harus pergi… demi anakku."

Dan sejak saat itu, Erna menjadi benteng yang menutupi kepergian Syifa. Dengan kebohongan kecil yang terpaksa, ia lindungi satu-satunya sepupunya itu dari dunia yang terlalu kejam untuk seorang istri yang tak pernah dianggap.

Sudah sebulan sejak Syifa pergi, tapi bayangnya masih terasa di setiap sudut rumah itu. Casandra duduk sendiri di bangku taman belakang, tempat yang dulu sering mereka pakai untuk ngobrol sore-sore. Angin pagi membelai rambutnya yang tak lagi disisir rapi. Tatapannya kosong menembus langit yang mulai memudar warnanya.

"Syifa... kamu di mana, sih..." bisiknya pelan, seakan suara itu bisa menembus waktu.

Tangannya mengelus perut yang belum tampak membesar, tapi setiap pagi selalu terasa mual, lemas, dan takut.

"Asyifa... aku hamil," lirihnya nyaris tak terdengar. "Aku nggak tau ini anak siapa... karena nggak mungkin dari Abang Jordan, dia... dia belum pernah nyentuh aku, bahkan tidur di ranjang yang sama aja nggak pernah."

Matanya mulai berkaca, suara serak menahan ribuan tanya yang terus berputar di kepalanya.

"Aku harus gimana, Fa... aku takut banget... aku malu... dan yang paling nyakitin... aku nggak punya siapa-siapa buat cerita."

Daun-daun berjatuhan di sekitar taman, seolah ikut menunduk bersama beban yang dipikul Casandra. Sepi makin menebal. Tak ada yang menjawab. Hanya udara pagi dan kenangan tentang Syifa yang masih terasa hangat, walau sosoknya tak pernah kembali.

Sudah genap sebulan Jordan tak menginjakkan kaki di rumah itu. Katanya pergi ke Amerika Serikat, urusan bisnis. Semua staf percaya, termasuk Casandra yang mencoba mengerti walau hatinya mulai menjerit diam-diam.

Tapi yang tak banyak tahu, kepergian itu bukan murni urusan pekerjaan. Itu bukan perjalanan bisnis seperti yang diumumkan lewat rapat dan dikabarkan lewat pesan singkat dari asisten Jordan.

Itu rencana, Skenario rapi yang disusun diam-diam oleh Papi Tuan Julian dan istrinya, Nyonya Laura dua orang paling berpengaruh di keluarga itu.

Mereka tahu dan sudah lama mencium aroma tak wajar dari hubungan majikan dan pelayan. Terlalu dekat. Terlalu sering menghilang berdua. Terlalu banyak mata yang tak sengaja melihat tatapan yang tak seharusnya.

Lalu kabar tentang kepergian Syifa menyusul begitu cepat. Terlalu cepat. Terlalu rapi. Seperti sudah diatur supaya semuanya menghilang dalam waktu bersamaan.

Dan Jordan? Ia hanya menurut. Seolah diasingkan sementara ke negeri orang dengan alasan rapat penting, presentasi, dan kerja sama perusahaan global, padahal kenyataannya... dia sedang diasingkan dari urusan rumah sendiri.

"Agar kamu mikir... biar kamu sadar batas," begitu kata Papi Julian saat bicara dengan nada dingin.

"Kamu itu pewaris, bukan pria lugu yang bisa jatuh cinta ke siapa pun. Apalagi ke pembantu!" tegas Nyonya Laura yang selalu menjaga citra keluarga di mata orang luar.

Mereka tidak marah karena Jordan mencintai. Mereka marah karena Jordan mencintai orang yang salah.

Dan mereka pikir, dengan menjauhkan Jordan dari Syifa, semuanya bisa beres. Hilang. Lenyap. Seolah cinta itu bisa dibekukan seperti dokumen kerja sama yang dibawa ke luar negeri.

Tapi mereka lupa. Bahwa Syifa tak sekadar wanita biasa. Dan bahwa dalam rahimnya kini tumbuh warisan keluarga yang selama ini mereka banggakan.

1
Retno Harningsih
lanjut
Reni Anjarwani
lanjut doubel up
Retno Harningsih
up
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sambil nunggu bab selanjutnya kakak bisa mampir baca novel aku yang baru ceritanya lebih seru judulnya:

Dihina Camer Dirajakan Kekasih
Istri Badas Ustad Tampan
total 1 replies
Adinda
ayo fathan rebut hati naurah cocok kok kamu sama Naurah
Retno Harningsih
lanjut
sunshine wings
♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
😍😍😍😍😍
sunshine wings
🥰🥰🥰🥰🥰
sunshine wings
🥹🥹🥹🥹🥹
sunshine wings
♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Aamiin.. 🤲🤲🤲🤲🤲
sunshine wings
Alhamdulillah.. Semoga papa Jordan terus istiqomah di jalan-Nya ya Rabb.. Lindungilah ia dan keluarga kecilnya.. 🥹🥹🥹🥹🥹🤲🤲🤲🤲🤲
sunshine wings
Sedihnya punya saudara kandung yg begini kelakuannya.. Kebahagiaan gak akan menghampiri mereka yg sombong dan bongkan apalagi iri dan dengki karma Allah akan membuat mereka hancur atas perbuatan sendiri..
sunshine wings
Aamiin ya Rabbal Alaamiinn.. 🤲🤲🤲🤲🤲♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Yeah akhirnya 🥰🥰🥰🥰🥰
sunshine wings
🥹🥹🥹🥹🥹♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Aduh.. Capek daa.. 😁😁😁😁😁
sunshine wings
🙈🙈🙈🙈🙈
sunshine wings
Ahhh!!! Jordaaannn..
sunshine wings
Waduh kok makin parah bunyinya author.. Jordan!!!!
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: typo kakak 😭😭☺️🙏🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!