Sinopsis:
Putri dan Yogantara, pasangan muda yang sukses dan bahagia. Mereka bekerja keras untuk memajukan bisnis mereka, Putri dengan supermarket pribadinya dan Yogantara sebagai fotografer profesional. Namun, di balik kesuksesan mereka, terdapat kekuatan yang dapat menghancurkan kebahagiaan mereka.
Brian, karyawan Putri yang terlihat baik dan setia, ternyata menyembunyikan niat jahat. Ia bermain api dengan Putri secara diam-diam, memanfaatkan kepercayaan Putri. Sementara itu, Putri mulai merasa tidak puas dengan Yogantara dan mencoba menuduhnya dengan membabi buta.
Keretakan dalam rumah tangga mereka mulai terjadi. Yogantara yang merasa tidak bersalah, menjadi bingung dan sakit hati. Ia berusaha untuk memahami apa yang terjadi, namun Putri semakin menjauhkan diri.
Apakah cinta mereka dapat bertahan dari ujian ini? Ataukah keretakan dalam rumah tangga mereka akan menjadi awal dari akhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thukul/maryoto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluh Kesah dan Semangat istri Prayogo
Prayogo memang memiliki jiwa mafia yang tidak bisa lepas dari kehidupan malam. Meskipun sudah memiliki istri di rumah, ia tidak bisa menahan diri untuk terus keluar malam dan mencari kesenangan.
Hal ini tentu saja membuat hati istrinya terluka. Apalagi ketika istrinya sedang sakit-sakitan dan membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari suaminya. Namun, Prayogo tidak peduli dengan hal tersebut dan lebih memilih untuk memuaskan keinginannya sendiri.
Kondisi ini membuat mood Prayogo menjadi kurang baik. Ia merasa tidak tenang dan tidak puas dengan kehidupannya. Namun, ia tidak menyadari bahwa hal ini disebabkan oleh perilakunya sendiri yang tidak bertanggung jawab.
Jiwa mafia seperti Prayogo memang sulit untuk berubah. Mereka terbiasa hidup dengan aturan mereka sendiri dan tidak peduli dengan perasaan orang lain. Dalam kasus Prayogo, ia lebih memilih untuk memuaskan keinginannya sendiri daripada memperhatikan kebutuhan dan perasaan istrinya. Hal ini tentu saja membuat hubungan mereka menjadi tegang dan tidak harmonis.
Sementara itu Bu Marni memang orangnya cantik dan masih terlihat sangat muda meskipun sudah berusia 43 tahun. Wajahnya masih mulus dan belum ada tanda-tanda kerutan, membuatnya terlihat seperti wanita yang jauh lebih muda.
Namun, kecantikan Bu Marni tidak hanya terletak pada penampilan fisiknya saja. Ia juga memiliki hati yang baik dan selalu mencoba untuk memahami dan mendukung suaminya, Prayogo, meskipun ia sering kali bersikap tidak bertanggung jawab.
Prayogo memang memberikan kebutuhan materi kepada keluarganya, termasuk Bu Parni dan anak-anaknya. Namun, ia tidak memperhatikan kebutuhan emosional dan spiritual Bu Parni.
Bu Parni merasa kesepian dan terluka karena Prayogo sering meninggalkannya untuk pergi dugem dan melakukan aktivitas lainnya. Ia merasa tidak diprioritaskan dan tidak dihargai sebagai istri.
Namun, Bu Parni memilih untuk diam dan pasrah karena ia tidak ingin mengganggu keharmonisan keluarga dan memikirkan kepentingan anak-anaknya. Ia merelakan kebahagiaan pribadinya demi kebahagiaan keluarganya.
Bu Marni memiliki inisiatif yang baik untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapinya. Ia memutuskan untuk mendatangi Mbah Bong, guru spiritual suaminya, dengan harapan dapat mendapatkan pencerahan dan bimbingan.
Mbah Bong dia kenal sebagai seorang yang bijak dan memiliki kemampuan spiritual yang tinggi. Bu Marni berharap bahwa dengan bertemu Mbah Bong, ia dapat memperoleh pandangan baru dan solusi atas masalah yang dihadapinya dalam menjaga hubungan rumah tangganya dengan Prayogo.
"Iya, sudah lama sekali aku dan mas prayogo tak berkunjung ke sana, aku merasa kangen sekali berjumpa mbah bong" Batin Bu marni dalam hati.
"Aku harus kesana, semoga di sana aku dapat apa yang ku harapakan."gumamnya.
Bu Marni melangkah ke kamarnya dan mengambil tas branded yang sudah dipersiapkannya sebelumnya. Ia kemudian memanggil Pak Markus, sopir atau driver pribadinya.
"Pak Markus, tolong antarkan saya ke Gunung ya, seperti biasa," kata Bu Marni dengan nada yang santai.
"Siap, Ibu!" jawab Pak Markus sambil berlalu ke garasi untuk mengambil mobil Alpard dengan nomor polisi P 3 LI. Mobil itu sudah siap untuk membawa Bu Marni ke tempat tujuannya, yaitu ke Gunung untuk bertemu dengan Mbah Bong.
Bu Marni keluar dari rumahnya dengan percaya diri, menampilkan pesonanya yang memikat. Tubuhnya yang tinggi dan semok terlihat sangat proporsional, dan pakaian yang dikenakannya sangat pas dan menghiasi kecantikannya.
Dengan langkah yang anggun, Bu Marni memasuki mobil Alpard hitam dengan nomor polisi P 3 LI yang sudah menunggunya. Pak Markus, sopirnya, memberikan senyum ramah dan mengucapkan salam sebelum memulai perjalanan.
"Sudah siap Ibu,! kita Berangkat" kata pak Markus
"Iya pak, Ayo jalan." Jawab Bu Marni Sambil matanya terfokus pada layar ponselnya.
Mobil pun perlahan-lahan meninggalkan rumah Bu Marni dan memasuki jalan raya, siap untuk membawanya ke tujuan akhir, yaitu ke Gunung untuk bertemu dengan Mbah Bong.
Perjalanan Bu Marni ke Gunung berjalan dengan lancar, tanpa ada kendala apa pun. Mobil Alpard hitam dengan nomor polisi P 3 LI melaju dengan stabil di jalan raya, membawa Bu Marni semakin dekat dengan tujuan akhir.
Di dalam mobil, alunan audio music Campursari Modern mengalun merdu, menemani perjalanan Bu Marni. Musik yang harmonis dan menyenangkan itu membuat Bu Marni merasa lebih santai dan nyaman selama perjalanan.
Pak Markus, sopirnya, juga terlihat sangat profesional dan berpengalaman, memastikan bahwa perjalanan Bu Marni berjalan dengan aman dan nyaman. Dengan demikian, Bu Marni dapat menikmati perjalanan dan mempersiapkan diri untuk pertemuan dengan Mbah Bong di Gunung.
Di Perjalanan yang Masih Jauh,Bu marni pun Menatap ke depan arah Supir.
Bu Marni merasa lapar saat tiba di pertigaan, maka ia bertanya kepada Pak Markus, "Saya lapar nih Pak, istirahat dulu, enaknya makan apa ya?"
Pak Markus menjawab dengan senyum, "Enaknya makan Bakso Rudal Super, Bu. Besar dan enak kenyal, harganya murah pas di kantong."
"Dimana itu pak, Oke juga itu !" Bu Marni Penasaran.
" Wah kalau ibu sudah tau rasanya pasti ketagihan, pinginya makan Bakso kesitu terus hehehe" Canda Pak markus sambil tangannya fokus pegang stang kemudi.
"Coba pak,.. ayo kita Kesana, jadi penasaran deh aku hehehe" jawab bu Marni Antusias
"Siap Juragan Cantik "
Bu Marni tertarik dengan rekomendasi Pak Markus, maka ia meminta Pak Markus untuk mengantarnya ke tempat makan Bakso Rudal Super.
Mobil Alpard hitam dengan nomor polisi P 3 LI melaju kencang, tak lama kemudian tiba di depan warung Bakso Besar dengan konsep Jawa yang tradisional. Mobil pun diparkir di halaman yang luas dan rapi, yang dapat menampung banyak kendaraan.
Bu Marni keluar dari mobilnya dan memandang sekeliling halaman yang asri. Ia kemudian memasuki joglo yang menjadi bagian dari warung Bakso Besar. Joglo tersebut memiliki arsitektur khas Jawa yang indah dan elegan, dengan tiang-tiang kayu yang kokoh dan atap yang berbentuk limas.
"Wah bagus Banget bangunanya, Natural, klasik, Aku suka banget." Bu marni terheran.
"Iya, bagus kan Bu, ?" sahut Pak markus.
"Iya Bagus Banget ini tempat, Adem pula." jawab Bu marni Sambil memilih Tempat Duduk di paling pojok.
Bu Marni merasa nyaman dan santai saat memasuki joglo tersebut, Tak Lama kemudian.
Pelayan yang ramah dan sopan datang menghampiri Bu Marni dan Pak Markus, lalu bertanya, "Selamat siang, Bu. Mau pesan apa?"
Bu Marni memandang menu yang terpampang di dinding, lalu menjawab, "Saya mau pesan bakso super, plus gorengan dan usus. Minumnya jeruk anget, ya."
"Iya, Lantas Bapak mau pesen apa.?" kata pelayan sambil mencatat pesanan
Sementara itu, Pak Markus juga memesan, "Saya mau pesan mie ayam super, minumnya es teh, ya."
Pelayan yang ceria mencatat pesanan mereka, lalu berkata, "Baik, Bu. Saya akan segera memasaknya. Mohon menunggu sebentar."
Lalu Pelayan pun Balik Arah pergi meninggalkan Mereka berdua.
tak Butuh waktu Lama Pesanan pun Datang Dan Di Sajikan di meja.
"Mari Bu, Mari Pak, Selamat menikmati sajian Dari kami, " Kata pelayan.
"Trimakasih Mas" Jawab Bu Marni.
Lalu Setelah Pelayan Pergi Makanan pun Mulai Di Cicipi dan di nikmati.
"Ayo kita Makan pak!" Ajak Bu marni.
"Iya Bu..!".
Bu marni selalu begitu, ketika di jalan tak jarang mengajak makan bersama satu meja dengan Sopirnya, bu Marni tak membedakan antara bos dan kariawan. Bu Marni anggap Pak Markus itu teman dekatnya yang setiap saat menemaninya kemana pun pergi.
Setelah menikmati hidangan yang lezat, Bu Marni dan Pak Markus selesai makan dan siap untuk melanjutkan perjalanan mereka.
Mereka pun membayar biaya makanan dan minuman yang telah mereka pesan, lalu berterima kasih kepada pelayan yang telah melayani mereka dengan baik.
Setelah itu, mereka keluar dari warung bakso tersebut dan kembali ke mobil mereka. Pak Markus kemudian memulai mesin mobil dan mereka pun melanjutkan perjalanan.
Di perjalanan, Bu Marni tidak bisa menahan diri untuk curhat kepada Pak Markus tentang masalah rumah tangganya. Ia menceritakan tentang bagaimana suaminya, Prayogo, sering meninggalkannya untuk pergi dugem dan tidak memperhatikan kebutuhan emosionalnya.
"Pak, Bolehkah saya Bercerita,? rasanya saya Sudah gak Kuat lagi pak." Bu marni mulai membuka suara
"Boleh bu, Boleh mau cerita apa?" Jawab pak Markus.
"Itu, Tentang Bapak pak, Apa hanya aku sendiri atau kah banyak orang Lain yang ngalami seperti aku.!"
"Maksut ibu Apa, saya tak faham maksut ibu." Jawab Pak markus.
"Gini lho pak, Kenapa bapak sekarang berubah, sering keluar malam, bermain Perempuan, Hura hura, mabok" jawab Bu marni.
"Oh itu to.! Gini ya Bu.. " kata Pak markus lalu Berhenti sejenak.
Pak Markus, yang telah berpengalaman dalam menghadapi masalah rumah tangga yang serupa, mendengarkan dengan sabar dan empati. Ia kemudian memberikan saran dan nasihat kepada Bu Marni dengan hati-hati dan bijak.
"Cobaan Manusia berbeda beda ya bu, Kalau Saya bisa setia sama istri tak neko neko, tetapi penghasilan saya pas pasan. sedangkan Bapak hasilnya milyaran tapi kelakuanya kaya gitu, itu mungkin Sudah garis dari Tuhan kaya gitu. Seandainya Aku jadi Bapak tak mungkin aku akan berpaling dari ibu. Ibu Sudah Cantik seksi dan proposional banget." Jawab Pak Markus.
"Saya Jadi Heran Pak, Semenjak Bapak itu Kenal sama orang orang penting, sikapnya Berubah. Aku merasa Gimana gitu.!"
"Lantas Dengan Keadaan kayak gini, langkah apa yang ibu akan tempuh untuk mengatasi ini Semua.?" Tanya pak Markus Serius.
"Pak Markus, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan lagi. Saya merasa seperti tidak dicintai dan dihargai oleh suami saya," kata Bu Marni dengan air mata.
Pak Markus menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Bu, saya paham betapa sulitnya situasi Anda. Tapi, saya ingin Anda tahu bahwa Anda tidak sendirian. Banyak orang yang mengalami masalah serupa dan berhasil melewatinya."
Pak Markus kemudian memberikan beberapa saran praktis kepada Bu Marni tentang bagaimana menghadapi situasi tersebut dan mempertahankan keutuhan rumah tangganya.
Bu Marni mendengarkan dengan saksama dan merasa terbantu oleh saran dan nasihat Pak Markus. Ia merasa lebih siap untuk menghadapi situasi tersebut dan mencari solusi yang tepat.
Karna Asyik mengobrol tak terasa
Mobil Alpard hitam dengan nomor polisi P 3 LI akhirnya menepi di pinggir jalan, menandai akhir dari perjalanan mereka. Bu Marni keluar dari mobilnya dan memandang sekeliling, melihat bahwa tempat tersebut merupakan awal dari jalur pendakian menuju ke tempat Mbah Bong.
"Sudah Sampai Bu.! " Kata Pak Markus
"Ini Pak tempatnya.?'' tanya Bu marni.
"Belum Masih Jauh, Ibu harus ikuti jalan Setapak,kurang Lebih 2KM dari Sini baru sampai ke tempat mbah bong." Jawab Pak markus.
"Jalan kaki ?" Tanya Bu marni Serius.
"Iya Bu.!" jawabnya.
Tempat Mbah Bong terletak di atas bukit, dan tidak bisa dijangkau oleh kendaraan baik motor maupun mobil. Bu Marni harus berjalan kaki untuk mencapai tempat tersebut.
"Ya Sudahlah pak markus, kita Jalan, Gak papa jalan kaki." Ajak Bu marni
"Maaf Bu...! Tidak bisa, saya tunggu di sini saja bu. Saya takut ada apa apa dengan mobil kita nanti, di sini rawan Maling Bu. Ini saya kasih gambaran Peta, ibu Nurut ini Saja, tidak akan tersesat." Jawab Pak Markus.
"Waduh....! Ya udah lah pak, tekat ku sudah bulat, aku tak kesana sendiri saja. do'akan saja yang terbaik." jawab Bu marni dengan senyum.
Bu marni pun Keluar Dari mobilnya Sambil menenteng sebuah plastik kresek berisi Gula,kopi,teh dan Rokok kobot beserta makanan ringan buat oleh oleh mbah bong. Bu marni mulai melangkah menjauh dari pandangan mata pak Markus.
Sementara itu, Pak Markus memilih untuk menunggu di dalam mobil, takut ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Ia memandang Bu Marni yang berjalan kaki menuju ke tempat Mbah Bong, dan berharap bahwa Bu Marni akan mendapatkan apa yang ia cari.
"Maafkan Saya tak bisa mengantarmu kesana ya Bu, semoga Ibu baik baik saja. Kasihan orang Secantik ibu kok di sia siakan sama pak prayogo."
Batin Pak Markus sambil memandang dari kejauhan Langkah Bu marni yang lama kelamaan tak kelihatan lagi termakan oleh balik pepohonan dan semak semak belukar.
Bu Marni berjalan kaki dengan mantap, melewati jalur pendakian yang berliku-liku dan menanjak. Ia tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan, dan terus melangkah maju dengan penuh harapan.
Dengan Bantuan Peta Dan Sesekali Tanya warga yang ada di ladangnya, Bu Marni pun Bersemangat Berjumpa Dengan Sang guru Spiritualnya.