Perbedaan kasta yang terlalu jauh membuat Dina hanya bisa menjadi wanita simpanan seorang CEO muda dan kaya, dapatkah ia hidup bahagia bersama irang yang ia cintai dan harapkan, meski semua menentang dan memisahkan Dina dan kekasihnya ?
Update seminggu 5x ya kalau lebih berarti aq lagi baik dan ada waktu lebih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cahaya_bintang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tepat Waktu
"kamu.......kenapa ada disini ?". Dina begitu terkejut kala melihat seorang lelaki berada di depan pintu apartemennya, dan kedua tangan lelaki iyu langsung memegang kedua lengan Dina.
" kau mau kemana membawa koper ini sudah sangat larut, ayo kita masuk". Lelaki itu mengarahkan Dina agar masuk namun Dina menghempaskan pegangan tangannya dan mengambil koper untuk pergi.
"Minggir aku mau pergi". Dina menarik kopernya namun tangan lelaki itu menarik Dina hingga berbalik.
" aku tidak akan membiarkanmu pergi". Mata mereka berdua saling bertatapan apalagi mata Dina yang kini sayu terlihat jelas.
"kumohon kumohon Rey biarkan aku pergi, aku sudah tak tahan rasanya sangat sakit". Dina memohon lalu tak sengaja ia melihat jari Rey yang kini terdapat cincin dan seketika air mata Dina mengalir.
Rey mengetahui arah tatapan Dina dan seketika cincin yang melingkar di jarinya di lepas dan ia buang ke sembarang tempat.
" apa yang kau lakukan, itu cincin tunanganmu". Dina terkejut dengan tindakan Rey.
"cincin itu tak lebih berharga dari dirimu". Ucap Rey membuat air mata Dina semakin deras dan kini Rey mengeluarkan sebuah kotak kecil dari balik jas-nya.
" lihatlah ini, ini adalah tanda cintaku untukmu". Rey menyematkan cincin yang ia beli ke jari manis Dina dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya.
"kau jahat kau bilang kau mencintaiku tapi kau malah bertunangan dengannya, semiu ini sangat sakit Rey". Dina masih menangis dan memukul dada Rey dalam dekapannya.
" aku minta maaf, maafkan aku kumohon jangan pergi jangan tinggalkan aku aku tak bisa hidup tanpamu". ucap Rey kala masih terus memeluk Dina dan dijawab dengan anggukan gadis itu.
Rey membawa Dina dan kopernya masuk ke apartemen, kini Dina sudah tenang dan terlelap dalam mimpi. Untung saja sebelum pergi ke acara pertunangan dia memerintahkan anak buahnya untuk mengawasi Dina lewat CCTV.
Mengingat dulu Dina pernah nekat kabur dan ternyata benar lagi-lagi Dina berusaha kabur dan anak buahnya sesegera mungkin mengabarinya. Syukurlah ia tepat waktu dan membuat Dina tak jadi pergi. Acara pertunangan tadi sudah usai jadi tak membuat papanya curiga kala ia pergi.
Ia sungguh tak menyangka kalau selama ini papanya tau mengenai Dina, maka dari itu ia harus cepat membatalkan perjodohan ini sebelum papanya bertindak dan sebelum Dina benar-benar pergi, walau ia tau jika itu bukanlah hal yang mudah.
Rey berjalan menuju ruang kerja dan mengambil sebotol vodka untu menenangkan fikirannya yang kacau walau ia tau jika minuman itu tak bisa menghilangkan masalahnya.
Semua masalah yang ada baik dari paksaan papanya juga cintanya dengan Dina membuatnya pusing, alangkah bagus jika yang di jodohkan dengannya adalah Dina saja jadi ia tak perlu pusing seperti ini namun bagaimana lagi realita berbanding terbalik dengan keinginan.
Rey menenggak isi botol itu hingga habis dan melemparkan ke sembarang tempat hingga botol itu pecah. Minum terlalu banyak membuatnya mabuk.
Rey berjalan dengan gontai menuju kamar Dina dan dilihatnya gadis itu masih terlelap. Rey ikut merebahkan dirinya di samping Dina dan membuat tangannya menjadi bantal gadis itu.
Dilihatnya jari Dina dimana tersemat cincin yang ia berikan, cincin itu terlihat cantik dan pas di jari Dina, dikecupnya jari itu dan di genggamnya tangan Dina.
Ia ikut terlelap sambil memeluk Dina dan sesekali mengecup pucuk kepalanya juva mengusap lengan gadis itu, memberikan kenyamanan dalam tidurnya.
********
Dina mengerjap kala sinar mentari menembus ke mata dan membangunkannya dari alam mimpi, ia merasa pinggangnya berat kala tangan besar melingkar dan mendongak melihat Rey yang masih tertidur.
Dibangunkannya Rey dan tetlihat lelaki itu mengerjapkan mata menyesuaikan dengan cahaya yang ada. Ia beranjak menuju kamar mandi tapi langkahnya terhenti kala tangan Dina memegang tangannya.
"ada apa ?" tanya Rey namun Dina masih diam saja seolah ragu untuk berucap.
"a aku ingin bekerja aku bosan di rumah aku berjanji tidak akan kabur". ucap Dina seraya memperlihatkan wajah memohon dan menunjukkan dua jarinya sedangkan Rey masih diam dan berfikir sembari menimang permohonan Dina.
" kumohon please". kini kedua ya ia tangkupkan seraya memejemkan mata.
"baiklah tapi kau langsung pulang dan tidak boleh pergi kemanapun ". ucap Rey yang langsung membuat bibir Dina melengkung memperlihatkan senyuman.
" terima kasih". Ucap Dina yang di angguki oleh Rey.
Rey bukan menyetujui begitu saja permintaan Dina karena ia akan tetap menyuruh anak buahnya mengawasi tanpa sepetahuan gadis itu tentu saja.
Dina terlebih dulu berangkat ke kantor seperti biasa, ia merindukan meja resepsionis juga Ikha sahabatnya sesama karyawan resepsionis.
"kamu selama ini kemana sih Din sampai gak masuk beberapa hari, aku sampai cemas". Ucap Ikha seraya memeluk Dina.
" aku gak apa-apa kau jangan khawatir". Ikha tanpa sengaja melihat cincin di jari Dina.
"wah ada yang baru tunangan juga kayak pak bos pantes gak masuk beberapa hari, wih tuh cincin kayaknya mahal Din". ucap Ikha seraya menaik tutunkan alisnya dan tersenyum menggoda sedangkan Dina menutupi jarinya.
" ini bukan cincin tunangan kok kamu salah paham". Dina menutupi jarinya dan terlihat Rey memasuki pintu. Seketika mereka langsung menunduk kala Rey lewat dan kembali menegakkan tubuh saat Rey sudah jauh.
"Eh Dina aku tadi kok gak lihat cincin tunangannya pak Reymond ya, apa ditangannya yang lain atau emang di lepas ya?". ucap Ikha sambil berfikir.
" emang gk ada kan cincinnya udah dibuang". ucap Dina pelan
"kamu tadi bilang apa ?"
"enggak aku nggak bilang apa-apa kamu salah dengar kali". Dina gugup karena ia kira Ikha tak mendengar yang dikatakannya.
" kayaknya tadi aku denger cincinnya di buang atau apa gitu". Ikha masih berusaha berfikir namun Dina berusaha mengalihkan topik.
"udah kita lanjut kerja aja". ucap Dina yang diangguki Ikha.
Sementara di dalam ruangan Rey terlihat banyak fokumen yang menumpuk minta di selesaikan namun fikirannya tidak bisa fokus, jangankan menegerjakan pekerjaannya mungkin hanya untuk sekedar sarapan saja ia tak berselera.
Diambilnya hp dan mencari kolom kontak, ia menghubungi kontak tersebut dan tak lama tersambung.
" Hallo". ucap seseorang di seberang sana.
"Hallo besok temui aku di green light restoran jam 12 siang". Rey langsung memutuskan teleponnya .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hai guys aku kembali karena kemarin aku lagi gak enak badan/meriang (bukan merindukan kasih sayang lho ya), mungkin dari kalian ada yang menunggu ni novel kapan up-nya.
Jadi sebenernya ini novel up seminggu 5x harinya suka-suka tapi kalau aku lagi baik dan gak ada hambatan aku usahain up tiap hari, dari pada kalian merasa aku gantung mending klik subsribe biar dapat notif kalau update.
Bagi yang sedih dan pengin nangis pas baca novel ini monggo menamgislah karena emang ini novel aku taburin bawang, dan bagi yang kesel sama Rey karena bikin Dina nangis mulu tenang aja semuanya akan aku buat nangis pada waktunya.
Dan untuk alurnya aku harap kalian menghargai jalan cerita ini walaupun isinya sangat berbeda dari imajinasi kalian.
Oke sampai disini dulu penjelasan panjang lebarku, jangan lupa jaga kesehatan biar gak kayak aku.
Happy Reading
Salam
Cahaya_bintang
sehingga membuat dadakuu sakit.