Dia adalah seorang pria yang sangat tampan dan kaya raya, hidupnya merasa lebih sempurna setelah kehadiran seorang istri yang sangat cantik.
Tapi dengan teganya sang istri berselingkuh dengan kakak tirinya, kemudian mereka membunuh Bryan secara sadis demi mendapatkan seluruh kekayaan yang Bryan miliki.
Bryan diberikan kesempatan untuk hidup kembali oleh sistem, tapi dia harus menyelesaikan misi dari sistem, yaitu dia harus bisa membuat banyak wanita takluk kepadanya, dengan syarat dia harus menyembunyikan identitas aslinya dan menyamar menjadi seorang ojek online.
Apakah Bryan sanggup menaklukkan hati para wanita target sistem dalam waktu satu bulan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Bahaya kenapa?" tanya Bryan kepada Kokom, ketika Kokom memperingatkan Bryan untuk tidak dekat-dekat dengan seorang wanita bernama Lilis, Kokom bilang berbahaya.
Perkataan Kokom malah membuat Bryan sangat penasaran kepada Lilis, apa yang membuatnya berbahaya sehingga tidak boleh dekat-dekat dengan Lilis, seorang wanita cantik yang berhasil mencuri perhatiannya Bryan.
Saat itu Bryan sedang duduk di sebuah saung, menikmati keindahan pemandangan di desa sana, desa tersebut masih dikelilingi pegunungan, sehingga udara disana masih menyegarkan. Sayangnya dia harus terganggu oleh tiga orang wanita yang sedang berusaha memperebutkan perhatian darinya. Ketiga wanita itu bernama Kokom, Popong, dan Ningsih. Mereka sama sekali tidak bisa membuat Bryan tertarik, malahan Bryan merasa mereka sangat menganggu ketenangannya.
Kokom pun menjawab pertanyaan dari Bryan. "Lilis itu sudah ditandai sama ketua preman di kampung ini, namanya Deden. Kalau ada ada pria yang berani dekat-dekat dengannya, jangan harap mau hidup lagi." Dia mengatakannya dengan suara yang pelan, mungkin takut terdengar oleh orang lain.
Ningsih ikut berbicara, dengan suara yang pelan juga. "Deden itu sangat tergila-gila pada Lilis, padahal Lilis sudah beberapa kali menolaknya dengan tegas, tapi Deden tidak mau menyerah, dia masih terus mengejar Lilis. Padahal dia sudah punya istri tiga. Parahnya setiap Lilis dekat dengan seorang pria, pria itu hilang tak ada kabar. Makanya jangan berani deketin Lilis, kang. Mending sama aku aja." Ningsih tersenyum genit kepada Bryan. Tapi tak bisa membuat Bryan tertarik kepada wanita itu.
Lilis adalah seorang kembang desa di kampung M, banyak pria yang menyukainya, sehingga membuat para gadis disana iri pada kecantikan Lilis. Padahal selama ini Lilis selalu bersikap rendah hati kepada siapapun, tak pernah merasa dirinya paling cantik di kampung itu.
Mungkin bagi mereka, dia terlihat sempurna, hanya karena dia memiliki paras yang cantik, padahal dia hidupnya begitu tertekan, hanya karena ayahnya memiliki hutang pada Deden, sehingga Deden memanfaatkan situasi menjadikan Lilis sebagai penebus hutang. Dia ingin Lilis menjadi istri keempatnya.
Ibunya Lilis sudah meninggal, sementara Lilis hanya tinggal bersama ayah dan adiknya, ayahnya sudah tua sehingga tak mampu bekerja, dan adiknya masih sekolah SMA. Lilis rela berhenti kuliah, mengubur mimpinya untuk menjadi seorang dokter, demi menafkahi ayah dan adiknya, termasuk membiayai sekolah sang adik.
Lilis sehari-hari bekerja sebagai seorang pedagang sayuran di pasar, dari hasil berkebun. Setiap hari dia pergi ke pasar dengan menggunakan jasa ojek online.
"Mending anterin aku ke pasar yuk kang, secara offline aja. Akang Juan ojol ini kan?" kata Popong, agar bisa lebih dekat dengan Bryan. Karena Bryan kesana memang menyebutkan bahwa profesinya sebagai seorang ojek online.
"Kang ojol yang paling ganteng." celetuk Kokom.
"Kenapa tidak menjadi model aja sih, kang? Akang padahal ganteng banget lho, pantas jadi model atau aktor di tivi-tivi itu lho." Ningsih memuji ketampanan Bryan.
Menjadi seorang ojek online saja sudah digandrungi seperti ini, apalagi kalau mereka tahu siapa jati diri seorang Bryan Juan Pratama. Pesona seorang Bryan memang tak ada habisnya.
"Sayang sekali gak bisa mbak, kebetulan aku lagi ada keperluan hari ini." Bryan menolak ajakan Popong secara halus ketika Popong meminta diantarkan oleh Bryan ke pasar.
Popong sangat merasa kecewa, gagal sudah rencana untuk meluluhkan kang ojek online tampan itu. Padahal dia ingin sekali semakin dekat dengan Bryan. "Hmm... ya udah, gak apa-apa atuh, kang. Moga lain kali bisa ya, sekalian kita jalan-jalan bareng."
Bryan tak merespon perkataan Popong, dia hanya tersenyum. Dia pun segera pergi meninggalkan ketiga wanita itu, yang terus saja bersikap genit padanya, membuatnya sangat merasa risih.
Bryan memacu motornya dengan kecepatan sedang, baru beberapa hari tinggal disana tapi dia merasa nyaman dengan suasana di kampung itu. Beruntung masih ada sinyal disana, sehingga internet masih tetap lancar, jadi kampung itu sudah banyak yang berprofesi sebagai ojek online.
Ding!
[Target ketiga telah memesan layanan ojek online.]
Bryan langsung menghentikan motornya begitu mendengar notifikasi dari sistem. Dia terlihat sangat bersemangat sekali.
Akhirnya target yang dinantikan telah muncul juga. Dia pun bergegas mengecek data targetnya.
[Nama: Lilis
Usia: 22 tahun
Pekerjaan: Pedagang sayuran
Tinggi Badan: 168
Berat Badan: 47
Kecantikan: 84
Ukuran dada: 34B
Status: Single.]
Bryan mengerutkan keningnya, "Lilis? Lilis wanita yang aku lihat tadi bukan?"
[Benar, Tuan.]
[Jika Tuna berhasil menaklukkannya, bonus 100.000.000.000 akan segera Tuan dapatkan.]
Sebuah penawaran yang menarik. Bryan rasa tak mempermasalahkannya, toh walaupun hanya melihatnya dengan sekilas, wanita itu terlihat sangat cantik dan menarik. Kemudian Bryan pun tersenyum, dia segera memacu motornya ke lokasi titik penjemputan.
Target kali ini sangat sesuai dengan tipenya dan sudah menarik perhatian Bryan. Siapa yang tidak tertarik kepada seorang kembang desa, wanita tercantik di desa tersebut, kini telah menjadi target ketiganya. Ingin sekali dia memeluk sistem seandainya sistem bisa memperlihatkan wujudnya.
Bryan nampak grogi ketika bertemu dengan target ketiganya, dia harus bersikap seolah-olah bahwa dia memang seorang ojek online. "Mbak Lilis ya?"
Lilis menganggukkan kepalanya. "Sesuai aplikasi, Mas." jawabnya, sepertinya wanita tersebut tidak suka basa basi.
Lilis ingin naik ke atas motor, tapi tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti di depan mereka.
Orang tersebut adalah Deden, pria berusia 35 tahun itu tak pernah menyerah untuk mendekati Lilis.
Deden keluar dari mobilnya, dia menatap tajam kepada Bryan, "Wanita ini biar berangkat bareng aku aja, mas boleh pergi." Deden mengusir Bryan.
Deden menarik tangan Lilis, "Biar aku aja yang antar kamu ke pasar, Lis!"
Lilis melepaskan genggaman tangan Deden, "Gak mau, aku mau pergi bareng Mas ojol ini."
Deden tidak terima dengan keputusan Lilis, "Jangan menolak aku, Lis. Kamu harus paham, ayahmu punya hutang besar padaku." ancamnya pada Lilis.
Bryan menghela nafas, dia paling tidak suka jika ada seseorang yang mengintimidasi orang lain karena sebuah hutang. "Memangnya berapa hutangnya?"
Deden malah marah, "Gak usah ikut campur, kamu cuma ojol, buat beli bensin aja susah, ngapain ikut campur urusan orang."
Lilis segera naik ke atas motor matic milik Bryan, dia duduk dibelakang pria itu. "Ayo jalan, Mas."
"Lilis..." Deden tidak terima karena Lilis malah memilih untuk pergi bersama ojek online tersebut.
Bryan segera memacu motornya, meninggalkan Deden. Hal tersebut membuat sang preman kampung mengamuk, "Tukang ojek sialan, berani sekali dia ikut campur ke dalam urusanku!"
Seorang kaki tangannya Deden, dia segera turun dari mobil, menghampiri Deden. "Kalau tidak salah dia itu namanya Juan, baru dua hari dia tinggal di kampung ini." ucap pria bernama Udin itu.
"Juan?" Deden mengerutkan keningnya.
"Iya gara-gara dia si Kokom menolak cinta saya, dan dia memang suka tebar pesona sama gadis-gadis di desa ini." Udin merasa kalah saing dari Bryan.
Hal tersebut membuat Deden semakin geram, "Kita habisi saja nyawa si ojol itu, dia salah telah menginjakan kaki di kampung ini. Tapi sebelum itu kamu suruh anak buahku untuk menghancurkan pasar, agar Lilis tak jualan lagi disana dan menjadi ketergantungan padaku."
"Baik, bos." ucap Udin dengan patuh.