Xeena Restitalya, hidupnya selalu tidak menyenangkan setelah ibunya meningal. Ayahnya tak pernah peduli dengannya setelah memiliki istri dan juga anak lelaki.
Xeena harus berjuang sendiri untuk hidupnya. Diusianya yang sudah 25 tahun, dia bersyukur masih diberi kesempatan bekerja di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Tapi siapa sangka, bos di tempat kerjanya yang baru itu begitu terobsesi kepadanya.
"Tetaplah di sisiku, kemanapun kau pergi, aku tetap akan bisa menemukanmu, Xeena."
Jeremy Suryoprojo atau Jeremy Wang, dia merupakan bos Xeena.
Pria yang selalu acuh terhadap orang lain itu tiba-tiba tertarik kepada Xeena.
Xeena yang hanya ingin hidup dengan tenang kini malah berurusan dengan bos obsesif sekaligus ketua Geng Wang.
Lalu bagaimana kehidupan Xeena setelah bertemu dengan Jeremy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawanan Cinta 03
"Kamu tunggu di sini sebentar ya, aku akan belikan obatnya,"ucap Deny sambil keluar dari mobil.
Deny Setiabudi, pria berusia 27 tahun itu memiliki sifat yang tidak sesuai dengan namanya. Sebenarnya Xeena sudah tidak ingin berurusan dengan pria itu lagi. Tapi siapa sangka, Deny lah yang melihatnya tengah kesakitan di pinggir jalan.
Xeena dan Deny sebelumnya memiliki hubungan yang hanya bukan sekedar teman. Mereka dulu adalah sepasang kekasih, pastinya sebelum negara api menyerang atau bahasa halusnya sebelum pria itu berselingkuh dengan teman sepekerjaan Xeena.
Hubungan yang dibina selama hampir dua tahun itu kandas begitu saja. Tentu saja Xeena yang memilih untuk putus. Bahkan karena putusnya dia dengan Deny membuatnya mendapat omelan dan tamparan dari sang ibu tiri.
"Ini obatnya, minum pelan-pelan aja. Aku beliin yang suspensi biar cepet reaksinya," ucap Deny sembari memberikan obat kepada Xeena.
"Terimakasih,"jawab Xeena singkat. Asli, dia sangat enggan sekali melihat wajah pria ini. Kalau tidak terdesak, Xeena tidak akan mau dekat-dekat dengan Deny.
"Ini gara-gara sakit perut sialan ini,"gumam Xeena lirih. Dia merutuki dirinya yang tidak hati-hati saat sarapan tadi.
"Aku anterin kamu pulang ya, Xen."
"Ndak usah. Sampai sini aja. Kalau kamu nganterin aku pulang, nanti ibu ku mikirnya macem-macem. Ntar dikiranya aku balikan sama kamu. Jadi cukup di sini. Makasih buat bantuanmu, dan ini untuk uang obatnya tadi."
Xeena sungguh bicara dengan tegas. Dia tidak ingin memberi celah barang sedikit pun kepada Deny terkait hubungan mereka.
Deny, setelah mereka putus, pria itu berusaha meminta Xeena kembali. Berkali-kali meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan. Tapi bagi Xeena sekali berkhianat, maka itu adalah sebuah bibit yang akan terus bertunas. Jadi Xeena memilih untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dengan terus menolak upaya Deny untuk kembali bersama.
"Xeen, seendaknya kamu harus lebih baik dulu. Kalau aslam mu kumat kan sembuhnya butuh waktu," tukas Deny dengan wajah yang sendu.
"Ini udah jauh lebih baik. Sekali lagi makasih udah nolongin aku. Selamat tinggal."
Tanpa ragu, Xeena keluar dari mobil Deny. Meskipun mungkin dia akan pulang naik angkot dengan sisa rasa sakit pada perutnya, tapi Xeena memilih itu dari pada harus berada di satu mobil dengan Deny lebih lama.
Bagaimanapun rasa sakit hati karena dikhianati lebih sakit dan membekas ketimbang sakit asam lambung yang ia miliki.
"Xeen, tunggu!" panggil Deny.
"Ada apa, kan aku udah bilang makasih. Uang obatnya juga uda aku ganti," sahut Xeena ketus. Sungguh dia ingin segera pergi dari hadapan Deny.
"Xeen, aku sungguh minta maaf untuk waktu itu. A-aku nyesel, Xeen. Aku ingin kita kembali lagi kayak dulu. Xeen, aku masih cinta sama kamu. Aku ndak bisa kehilangan kamu kayak gini."
Wajah Deny memang terlihat sangat menyesal ketika bicara demikian. Tapi Xeena sama sekali tidak peduli. Wanita 25 tahun itu hanya menarik satu sudut bibirnya.
"Tapi aku ndak tuh. Aku sudah terlalu sangat nyaman dengan tidak adanya kamu. Sudahlah, percuma kamu ngomong kayak gini terus ke aku. Pendirian ku nggak akan goyah. Lebih baik kamu pacari aja wanita itu dengan serius. Bukannya kamu udah dapet semua dari dia yang nggak kamu dapet dari aku? Dah lah, aku harus cepet pulang, bye!"
Deny hanya terpaku mendengar setiap kata yang meluncur dari mulut mantan kekasihnya itu. Dia paham apa yang dilakukannya salah, tapi setelah Xeena pergi darinya, nyatanya dia merasa sangat menyesal dan juga kehilangan.
Drtzzzz
Fyuuuh
Deny membuang nafasnya kasar ketika mendengar ponselnya berdering dan melihat nama yang ada di layar ponsel itu. Dia sangat enggan menjawabnya, dan pada akhirnya Deny hanya membiarkan ponsel itu berdering tanpa mengangkatnya ataupun mematikannya.
"Xeen, aku ndak akan nyerah gitu aja," ucap Deny dengan mengepalkan kedua tangannya.
Sedangkan Xeena, dia bersyukur bahwa perutnya sudah menjadi lebih baik setelah meminum obat. Meski masih sedikit sakit dan terasa kaku, ia yakin tak lama lagi akan sembuh.
Perlahan Xeena masuk ke dalam rumah. Ketika di depan rumah tadi dia sudah sangat lega karena motor Aldo tidak ada. Itu berarti Aldo sudah pergi, entah kemana anak itu, Xeena tidak ambil pusing.
"Aku harus cepetan. Tapi kan aku belum dapat tempat kos. Gimana dong,"ujarnya bingung. Padahal tadi wanita itu sudah sangat bersemangat dalam membereskan baju-bajunya dan juga beberapa penting yang akan ia bawa pergi dari rumah.
" Melky, masa minta tolong lagi sih sama dia? Tapi cuman dia yang bisa nolong aku."
Xeena berpikir sedikit lebih lama tentang minta bantuan kepada temannya. Dan akhirnya memang dia harus meminta tolong kepada temannya itu.
Alhasil Xeena menghubungi Melky soal kost. "Aku boleh ngrepotin kamu ndak. Untuk beberapa hari ini aja sampe aku dapat kos."
"Ya elah, tenang aja kali, Xeen. Kayak sama siapa aja. Kamu mau tunggu sampai gajian juga ndak masalah kok. Ya udah kamu balik ke sini buat ambil kunci ya. Aku tunggu,"sahut Melky.
Xeena sungguh sangat bersyukur, setidaknya di hidupnya yang memang sedikit sulit ini dimana keluarga sudah tidak layak disebut keluarga, dia memiliki teman yang sangat baik dan rasanya melebihi keluarga itu sendiri.
Xeena kemudian bergegas. Dia harus cepat segera keluar dari rumah sebelum Wita kembali. Xeena yakin Wita akan kembali dari perginya sekitar nanti sore. Tapi tetap saja dia merasa was-was takut Wita pulang lebih awal.
Dan, rasa was-was itu ternyata terbukti. Ketika Xeena keluar dari kamar, dia melihat Wita yang baru saja masuk ke rumah.
"Heh, mau kemana kamu!" ucap Wita dengan nada ketusnya. Selama ini wanita itu memang tidak pernah berkata baik dan halus kepada anak tirinya.
"Aku mau kos. Lagian di rumah ini kan aku ndak pernah dianggap. Jadi buat apa akui terus-terusan bertahan di sini. Yang ada lama-lama aku sakit mental dan jadi gila,"sahut Xeena tegas. Dia tak harus lagi selalu tunduk di depan wanita itu.
"Heh jangan kurang ajar, anak ndak tahu terimakasih. Selama ini kamu udah tinggal dengan nyaman di rumah ini, terus sekarang kamu mau peri gitu aja. Ndak bisa, balik ke kamarmu sekarang!"
Xeena mengerutkan alisnya, dia sedikit heran dengan sikap Wita sekarang ini. Jika sesuai dengan kepribadian Wita, seharusnya wanita itu senang saat mengetahui bahwa Xeena akan pergi dari rumah.
Hal ini membuat Xeena menjadi curiga, mengapa seolah Wita tidak membiarkannya pergi.
"Ohooo, kenapa nih. Kok tiba-tiba nglarang aku pergi. Bukannya ibu tiriku ini sangat tidak suka dengan ku ya. Nanti usaha punya bapak dikasihkan ke aku lho bukanya ke Aldo."
Wita nampak geram saat Xeena bicara demikian. Tapi sepertinya wanita itu sangat menahannya, padahal Xeena memang sengaja memprovokasi Wita.
"Ada apa ini, kenapa kayaknya dia nggak makan umpan yang udah ku lempar,"ucap Xeena dalam hati. Dia menjadi sangat penasaran apa yang ada dalam pikiran Wita saat ini.
"Ck sudahlah, aku mau pergi jangan halangi aku,"ujar Xeena. Dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang ibu tirinya pikirkan.
"Ndak, kamu ndak boleh pergi dari rumah ini. Kamu harus tetap di sini karena Deny mau ke rumah buat nglamar kamu."
Apa???
TBC
santai wae