NovelToon NovelToon
DENDAM KESUMAT

DENDAM KESUMAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Balas Dendam / Iblis / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat
Popularitas:195.2k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Aku mohon! Tolong lepaskan!”
Seorang wanita muda tengah berbadan dua, memohon kepada para preman yang sedang menyiksa serta melecehkannya.

Dia begitu menyesal melewati jalanan sepi demi mengabari kehamilannya kepada sang suami.

Setelah puas menikmati hingga korban pingsan dengan kondisi mengenaskan, para pria biadab itu pergi meninggalkannya.

Beberapa jam kemudian, betapa terkejutnya mereka ketika kembali ke lokasi dan ingin melanjutkan lagi menikmati tubuh si korban, wanita itu hilang bak ditelan bumi.

Kemana perginya dia?
Benarkah ada yang menolong, lalu siapa sosoknya?
Sebenarnya siapa dan apa motif para preman tersebut...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dendam : 26

Bak bola api di kegelapan malam, sorot mata ketiga balita terlihat membara mengawasi Farida yang tengah terlelap.

Salah satu dari mereka melompat turun, dua lainnya masih berguling-guling di kelambu tempat tidur.

Baru saja balita berjenis kelamin laki-laki itu mau mencakar lengan sang ibu, tubuhnya terpental hingga terjatuh dari ranjang. "Hiks hiks hiks ... Ibu jahat, tak mau dekat-dekat!"

Kunti, sedari tadi diam mengawasi, duduk di tiang melintang penyangga kayu atap, berseru memberikan solusi. "Ambil tombak untuk menangkap ikan di dapur. Tombak saja perutnya sampai ususnya terburai!”

“Tak mau, nanti ibu mati,” jawab balita yang wajahnya terdapat garis halilintar berwarna hitam.

Perkataannya tak selaras dengan tindakan, dia melompat turun, kuku pendeknya mulai memanjang dan runcing. Menyibak baju kaos Farida, sampai dimana terlihat benang tujuh warna yang dijalin menjadi satu dan mengikat sesuatu, jimat buatan ki Jaya.

Balita itu menggeram, gigi bagian atas menembus rahang bawah, darah hitam bercucuran. Mata semerah darah dan menyala itu menatap sekeliling, dengan sekali kedipan, gunting diatas meja rias berpindah ke tangannya.

Dia memotong benang, sosoknya kebal dari jimat ki Jaya, dikarenakan hari kematiannya pada malam Jumat Kliwon, bertepatan dengan malam ini.

“Hore ….” Kedua saudaranya bertepuk tangan, ikut bergabung dengan si sakti.

Kunti melompat turun, jari telunjuknya menunjuk jendela, masuklah ratusan Kunang-kunang mengelilingi Farida.

Wanita itu terduduk dengan mata tertutup, lalu bangkit, berjalan keluar kamar.

Ketiga balita tadi tertawa menggetarkan bulu kuduk, berjalan paling depan memimpin jalan, satu diantara mereka membuka pintu, dua lainnya menembus dinding.

Farida melangkah dengan mata tertutup, kedua tangan berada di sisi tubuh, dia tidak mengenakan alas kaki. Rasa nyeri dikarenakan menginjak batu kerikil kecil, tak terasa sama sekali.

Bu Mina dan Lastri, membuka sedikit jendela samping rumah, tersenyum puas melihat orang tidur berjalan.

Bagi mata orang awam, Farida mengalami tidur berjalan, tetapi Lastri melihat dengan jelas, kedua tangan tetangganya itu dituntun oleh dua sosok bayi Bajang, satunya lagi bergelantungan di paha ibunya.

“Aku pergi dulu, Mak.” Ia menutup lagi daun jendela, berpamitan kepada sang ibu. Dikarenakan dirinya pun ingin membalas seseorang yang sudah menyiksanya seharian.

Bu Mina mengangguk, mengikuti sang putri yang membuka pintu dapur.

Tanpa membawa obor, senter, ataupun lampu teplok, Lastri menembus kegelapan, bermodalkan cahaya bulan purnama, dan jutaan bintang, wilayah transmigrasi terlihat terang dimalam hari.

Sosoknya tidak kesulitan melewati jalan sempit berliku diapit pepohonan. Sangat hati-hati kala melintas di belakang rumah warga, sebisa mungkin tak menimbulkan suara.

Sawitri yang sekarang telah berganti nama menjadi Lastri, adalah sosok yang tak mengenal rasa takut, trauma. Dia telah mati rasa, hidup hanya untuk menuntaskan dendam kesumat nya.

Kala telah mendekati kandang ternak milik juragan Bahri, Lastri mengambil buntalan yang diikat pada kain jarik tersampir di pundaknya. Ia meremas tanah kuburan, yang sudah dibacakan mantra oleh Ni Dasah, berguna untuk membuat orang tertidur (Sirep).

Tak perlu melemparkan ke atap rumah, cukup taburkan di tanah seraya menyebut nama yang mendiami hunian.

“Tidurlah pulas Bahri, Samini, Hardi, dan seluruh penghuni rumah. Jangan hiraukan suara apapun!” Tanah dalam genggamannya berjatuhan.

“Mengapa aku mengantuk sekali, ya? Padahal tadi sudah minum dua gelas kopi pahit.” salah satu penjaga rumah Bahri, menguap, mengusap mata agar tetap terjaga, tetapi gagal. Akhirnya jatuh tertidur dengan kepala terkulai di bahu, posisinya duduk di atas tanah, bersandar pada dinding tembok.

Ketiga rekannya pun sama, seketika jatuh bergelimpangan, tertidur pulas.

Lastri tak perlu khawatir soal Iblis bertanduk Kerbau, sosoknya terus tertidur sampai meminum darah perawan baru terbangun, ataupun mencium darah manis tulang wangi. Selama Lastri tidak terluka, dia akan aman dari kejaran si Iblis.

“Keluarlah! Pergi sejauh mungkin!” Lastri menarik bambu palang yang melintang di setiap pintu kandang.

Satu persatu, Lembu, dan Kambing keluar dari kandang. Berjalan berbaris, sama sekali tidak bersuara.

Udara sejuk berubah pengap, burung hantu terbang dan hinggap di atas kandang, kawanan Gagak berkowak, Gareng berbunyi melengking, ternyata mereka menyambut kedatangan Kunti.

Hantu berambut panjang sampai ujungnya menyapu tanah itu, mendongak menatap bangunan bercat merah darah. “Tinggal lima puluh hari lagi, kau harus bergerak cepat, Lastri! Habisi para antek-anteknya Bahri, sebelum malam satu suro itu tiba.”

Lastri mengangguk paham, kurang dari dua bulan, sudah memasuki bulan suro. Yang dipercaya sebagai waktu ‘wingit’ atau keramat, di mana batas antara dunia manusia dan dunia gaib terasa lebih tipis.

Para dukun sakti yang memiliki benda keramat, akan memandikan pusaka mereka dengan melakukan ritual tertentu.

Setelah memastikan tidak ada satupun hewan peliharaan Bahri yang tersisa, Lastri kembali berjalan menuju suatu tempat.

.

.

Sementara itu di tempat lain.

Ketiga balita anaknya Farida, berhenti melangkah, melepaskan genggaman mereka dari tangan sang ibu.

“Ibu … Ibu … bukalah matamu, lihat ke sini. Ke rumah kami yang kau buatkan!”

Seperti tersadar dari hipnotis, Farida membuka matanya. Pertama yang ia lihat langit berbintang dan bulan purnama, lalu menunduk, matanya menyipit, pikirannya masih belum fokus, ia sangka sedang bermimpi.

“Di mana ini?!” Farida mulai histeris, mata dan kepalanya bergerak liar memindai sekitar. “Ini_ini, kan ku_buran!”

Rasa takut menyergap, ritme jantungnya menyerupai orang dikejar setan. Farida bersiap berlari, tetapi kakinya terasa berat sekali. Dia menunduk ….

“Ibu ….” Kedua balita yang diaborsi oleh Mak Indun, menyeringai. Rahang menganga, mata memerah.

Akh!

Kali ini Farida dalam keadaan sepenuhnya sadar, dia menjerit sekuat-kuatnya. Sayang, tak ada yang mendengar, selain batu nisan dan jangkrik mengerik.

Argghh!

Layaknya orang kesurupan, Farida berteriak, mengibaskan tangan, mencoba menggerakkan kaki yang dipeluk kuat.

“Ibu … ayo masuk kesini! Tidur dengan kami!”

“Tidak! Jangan!” Kakinya bergerak sendiri mendekati lubang galian. Tangan Farida berhasil menggapai pohon Kamboja yang dilewatinya.

“Ibu, kami anakmu. Jangan takut, di dalam sini banyak makanannya, ada Cacing, Ulat, Lipan, cuma sedikit gelap. Ini cobain Bu, rasanya lezat!” Balita berwajah garis hitam retak, melayang ke arah ibunya, ada seekor cacing dalam jepitan jari.

“Aku tak punya anak Setan seperti kalian! Pergi!” Farida tetap memeluk pohon, mulutnya terkatup rapat, menggelengkan kepala ke kanan-kiri.

“Kaulah yang menjadikan kami Setan. Wanita Sundal sepertimu juga harus merasakan hukum sebab dan akibat atas perbuatan tak bermoral!” Desisan itu bukan lagi suara anak kecil melainkan orang dewasa.

Kedua balita yang tadi bergelayut dikaki Farida, merangkak naik. Membuka mulut ibu mereka, langsung saja Cacing hidup dijejalkan ke mulut wanita yang wajahnya sepucat kapas, keringat dingin memenuhi pelipisnya.

Hi hi hi

“Dasar pembunuh! Kau layak mati!”

Bugh!

Badan Farida terpental, dia tersungkur. Melepeh Cacing tanah.

Hueg

Farida mengesot menjauhi ketiga sosok balita berwajah retak, robek. Matanya terbelalak nyaris keluar dari rongga nya kala satu persatu dari wujud mengerikan itu menarik lepas tangan, kepala.

“Huwwa … Akh! Tolong!” Ia berusaha bangkit, berlari sempoyongan, lalu menabrak sesuatu keras, tubuhnya terpental.

“Hai … Farida, apa kabar? Terima kasih atas informasimu kala itu yang membuat diri ini bertemu dengan Gandi, Herman, dan Pendi.”

Tubuh gemetaran, air mata bercucuran, keringat membasahi sekujur badan, suara bergetar itu mencoba mendongak, matanya melotot melihat penampilan wanita mengenaskan, tapi dia masih dapat mengenali.

“Sa_witri ….”

.

.

Bersambung.

1
Yulay Yuli
kaya dikasih bunga kecubung y thour,mabok pendi 😂
Yulay Yuli
visualnya thour lastri
Riris riris
akhhhhhh.....,., sebel,sebel, sebel kenapa harus bersambung? 😭😭😭, mau guling "malu, mau teriak takut di kira stres , lagi kak lagi.
kasih vote aja biar double up
Muhammad Arifin
ngintip,bekne ada kejutan....hufff...sabar nunggu esok pagi 💪💪💪
Ma'e Tinok
tungguin ah ini kan mlm jumat hihihi 😘😘😘🥰💪
Arryanti Ar
ka cublik ni tega nian menggantung cerita,kan makin penasaran jadi nya
Betri Betmawati
bikin dag dig dug aja Thor, untuk Yusuf dtang menolong, teryata Lastri tak sehebat apa yg ku pkir, gmn ya nasib nya
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒂𝒏𝒂 𝑵𝒊 𝑫𝒂𝒔𝒂𝒉 𝒏𝒊𝒉 𝒍𝒈 𝒈𝒆𝒏𝒕𝒊𝒏𝒈 𝒈𝒊𝒏𝒊 𝒈𝒂𝒌 𝒏𝒐𝒏𝒈𝒐𝒍 𝒋𝒅 𝒈𝒓𝒆𝒈𝒆𝒕 𝒕𝒉 😅😅
Salim ah
akhhh...kena prank author bersambung?..aduh bikin deg deg an wae Thor mbok kasih tambahan bab biar tau keadaan Lastri🙄
owh ya kok lurah Yusuf bisa ada disitu ya
apa karna dia punya indra ke6 tau Lastri ada masalah lgsg datang
semoga Lastri gak kenapa2 dan ni dasah DTG untuk membantu anaknya
sfd
oaaalahhh lagi seru seru nya malah tu be kontinyus
neni nuraeni
semoga Lastri dan Yusuf selamat thor...lnjut thor
Lisstia
kaaaaak
mana nih kelanjutannya
_yuniarti.sherli_
kaaaakkk kenapa bisamen bikin novel yang ngegantung pas lagi tegang gini, up lagi gak!!😂😂
Wahyu ningsing
akhh....piyee Thor terusan e...nanggung
Zahraputri Putri
kakkkkkkkkkkkkk..........cublikkkkkkk..........cepetan doubell upnyaaaaaaa....tegangggg niiiiiiiii...........
Popo Hanipo
nunggu dr pagi giliran updet menjelang mgrib malam jumat lagi eeehhh di gantung pula😩
umi nafisah
lastri jgn mati dl thor.. gk ikhlas aku😭😭 kn dendamnya blm trbalas 😖😖😖
vay73
❤❤❤sampai merinding bacanya....
YS,Pertiwi
semakin seru,,makin deg-degan
FiaNasa
lagi seru²nya kok malah digantung 😭😭😭 gimana nasib Lastri ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!