Mempunyai paras cantik dambaan semua wanita tak membuat kisah percintaan Rania mulus.
Rania mendapati sebuah penghianatan besar dalam hidupnya, yang dilakukan oleh calon suaminya sendiri.
Terlebih lagi Rania juga harus menerima kenyataan jika dirinya disebut - sebut sebagai perawan tua oleh sebagian masyarakat yang masih mempercayai mitos.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiyarakey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Linda masuk rumah sakit
Selama beberapa hari Pak Usman menimbang keputusan apa yang akan dia ambil untuk Rania, dia masih ragu dengan pemuda kota tersebut.
Pak Usman sebenarnya sudah cocok dengan Rizal yang anak seorang ustad di kampungnya.
"tolong Pak,,,,Buk,,,," suara Rudi memecahkan heningnya malam semua orang tengah tertidur lelap.
"ada apa???" tanya ibu yang mendatangi sumber suara.
"Linda kepleset bu di kamar mandi, ini gimana buk ???" tanya Rudi yang kebinggungan melihat istrinya mengeluarkan banyak darah dari jalan lahirnya.
"kita harus ke bidan sekarang Rud" ucap Bapak.
"bidan desa bilang kalau dia akan ada pelatihan di kota sampai minggu depan pak,,, bagaimana ini,,,"
"ada apa pak???" tanya Rania yang terbangun saat mendengar keramaian.
"kita harus kerumah sakit sekarang,,, " ucap Rania
"sebentar bapak ke rumah Pak Eko minta tolong yang punya mobil" ucap Pak Usman.
"Pak Eko ke Jakarta pak, ke rumah anaknya,,," ucap Bu Ningrum.
"bagaimana ini pak,,, Linda semakin pucat,,," ucap Rudi yang melihat Linda mulai pucat.
Rania pun dengan cepat menelpon Kevin dan meminta bantuan, karena tidak mungkin membawa Linda dengan sepeda motor dengan kondisinya yang seperti itu.
Tak menunggu lama Kevin pun sampai ke rumah Rania, Rudi pun langsung mengendong Linda masuk ke dalam mobil Kevin dan akan segera menuju rumah sakit.
"Bapak sama ibu memyusul dengan motor saja,,," ucap Pak Usman.
"Biar Pak Hamid yang akan mengantar bapak dengan ibu, ini sudah lewat tengah malam, tidak baik jika kalian menggunakan sepeda motor"
Dengan cepat Kevin menjauh dari keluarga Rania untuk meminta Pak Hamid untuk mengantar kedua orang tua Rania menyusul ke rumah sakit.
"ayo cepat,,, kasian Linda,,," ucap Kevin meminta Rania cepat masuk ke mobilnya.
"baik mas"
"bapak sama ibu tunggu sebentar ya,,, Pak Hamid segera datang,,," ucap Kevin sambil memasuki pintu bagian kemudi.
Mereka pun melaju dengan kecepatan tinggi, agar cepat sampai ke rumah sakit, karena kondisi Linda sudah sangat memprihatinkan.
Di saat malam hari jalanan sangat sepi hingga saat Kevin memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi pun tak begitu berbahaya.
Jarak rumah hingga ke rumah sakit daerah cukup jauh memakan waktu 30 menit itu pun karena Kevin seperti seorang pembalap. Jika berkendara dengan kecepatan normal hampir satu jam lamanya.
Setelah sampai di rumah sakit, Kevin pun langsung memanggil petugas jaga, agar langsung membawa Linda kedalam IGD.
Mereka menunggu di luar ruangan cukup lama, sampai kedua orang tua Rania sampai disana.
"Bagaimana keadaan Linda???" tanya Bu Ningrum.
"belum ada kabar bu,,, masih di tangani dokter,, " jawab Rania.
"semoga mereka berdua baik - baik saja, kandungannya baru mau 7 bulan" ucap Bu Ningrum.
Setelah menunggu cukup lama dokter pun keluar dari ruangan IG,
"beruntung pasien cepat dibawa kemari, jadi ibu dan janinnya bisa kami selamatkan,,," ucap dokter saat mereka semua mendekat.Semuanya mengucap syukur saat mendengar penuturan dokter.
"pasien akan kami pindahkan ke ruang perawatan, jadi silahkan di urus dulu administrasinya,,," ucap dokter setelah itu ia pun berlalu meninggalkan mereka semua.
"pak aku lupa bawa dompet,,," ucap Rudi sambil mengecek kantong di celananya.
"kamu itu bagaimana,,," ucap bapak.
"tadi aku panik pak, dan tidak kepikiran apa - apa"
"Biar saya yang urus semuanya, kalian tunggu saja disini,,," ucap Kevin saar Rudi kebinggungan.
"tapi mas,,,,"
"tidak apa - apa, ayo ikut aku,,,,
Aku tidak tahu nanti kalau ditanya data- data pasien,,," ucap Kevin, Rania pun mengikuti langkah Kevin, sedangkan yang lainnya menemui Linda yang sudah sadar.
"mas,,,, maaf aku sangat merepotkanmu,,, nanti biar uangmu aku ganti kalau Rudi sudah ambil dompet,,," ucap Rania.
"kamu itu ngomong apa sih,,, aku ikhlas nolong kalian,,, ya kalau kamu mau ganti boleh saja, tapi akan berbunga,,,"
"jadi selama ini mas itu supir merangkap rentenir??" tanya Rania
"iya,,, Rentenir cinta,,, karena gantinya kamu harus menemaniku sepanjang sisa umurmu,,," ucap Kevin sambil terkekeh.
"gombal kamu mas,," ucap Rania sambil mencubit pinggang Kevin.
"aduh,,,,,aduh,,,,,aduh,,,,ampun Rania,,,,ampun" ucap Kevin sambil meringgis.
"kdrt kamu,,,,"
Kevin pun tersenyum melihat senyum Rania yang sangat manis, walaupun hanya memakai pakaian tidur dan tanpa polesan makeup sama sekali.
Kevin pun memilih kamar VIP dan telah mendepositkan 10 juta untuk perawatan Linda.
"mas,,, kamu berlebihan, pindah ke kelas 3 saja,," ucap Rania berbisik di telinga Kevin.
"tidak masalah,, kamu santai saja" balas Kevin sambil mengeluarkan kartu kredit unliminted-nya itu.
"bagaiamana kami akan membayarnya jika kamu keluarkan uang sebanyak itu,,," ucap Rania kala mereka sudah menjauh dari loket pembayaran.
"tidak usah diganti, cukup kamu jadi istriku" kekeh Kevin.
"aku bicara serius mas,,, kamu cari uang kan siang malam masak kamu habiskan untuk keluargaku,,,"
"keluargamu sudah kuanggap keluargaku juga,,," ucap Kevin.
"cari kopi yuk,, aku ngantuk nih,," ucap Kevin sambil mengandeng tangan Rania, dan di sambut pula gengaman tangan itu oleh Rania.
Tak lupa mereka juga membeli kopi untuk Bapak dan Rudi, sedangkan Rania sendiri memilih teh manis juga untuk Bu Ningrum. Tak lupa Kevin memasukkan beberapa bungkus roti dan juga camilan untuk menemani minum kopi mereka.
"Mas kamu lupa belum beli minuman untuk Pak Hamid???" tanya Rania.
"aku suruh Pak Hamid langsung pulang tadi,,," jawab Kevin sambil terus berjalan menuju kamar Linda yang tadi sudah ia tanyakan pada perawat.
***
"Pak,,, ini kamarnya ngak salah,,, bagaimana kita nanti bayarnya,,," ucap Bu Ningrum saat mengikuti para suster yang mendorong brangkar Linda ke kamar VIP.
"bapak tidak tahu bu,,,, bapak kira kita ke kelas 3 yang murah,,,"
Setelah memindahkan tubuh Linda ke ranjang pasien semua perawat itu pun keluar dari kamar yang luas itu.
"kamar mandinya saja bagus pak,,," ucap Rudi.
"kamar ini sama rumah kita aja bagusan kamar ini ya Rud,,," imbuh Bu Ningrum.
Sesaat kemudian Rania dan Kevin pun memasuki kamar dengan membawa beberapa gelas minuman panas.
"minum dulu pak,,, " ucap Rania sambil menyerahkan satu gelas kopi panas untuknya.
Pak Usman menerimanya dan meminumnya untuk mengusir kantuknya.
Begitu juga yang lainnya mereka juga menerima dan langsung meminumnya, apalagi udara malam sangatlah dingin di wilayah tersebut.
"apa tidak berlebihan kamu memilih kamar semahal ini untuk Linda??" tanya Pak Usman memecahkan keheningan.
"yang penting kenyamanan Linda Pak,,, dan Rudi akan nyaman saat menemani Linda jika harus menginap disini,,," jawab Kevin dengan tenang.
"tapi bagaimana kami akan mengembalikan uangmu,,," ucap Pak Usman langsung pada intinya.
"bapak tidak usah memikirkan semua itu,,, saya tidak bermaksud apapun pak, saya ikhlas menolong Linda dan calon anaknya, yang penting mereka mendapat perawatan yang terbaik,,," balas Kevin.
"tidak,,,, kami akan mencicil semua biaya rumah sakit yang telah kamu keluarkan, setelah panen kami akan mulai mencicilnya,,,,"
"terserah bapak saja, tapi saya tidak pernah memintanya,,,"
Setelah percakapan mengenai uang pembayaran biaya rumah sakit Linda, semua orang hening, tak ada kata yang bisa mereka katakan lagi.
"kalian pulang saja, aku yang akan jaga Linda disini, sebentar lagi orang tua Linda juga akan menemaniku menjaga Linda,,, bapak sama ibu istirahat dulu di rumah,,,"ucap Rudi.
"iya,,, aku juga harus kerja,,," ucap Rania
Sementaran Kevin telah siap untuk mengantarkan mereka semua.
Orang tua Rania pun mulai bersiap untuk pulang.
"Aku ambil mobil dulu di parkiran, kalian tunggu di lobi saja ya,,," ucap Kevin seraya meninggalkan Rania dan orang tuanya.
Rania pun menganggukkan kepalanya, mengiyakan perintah Kevin.
"yuk buk,,,, kita tunggu di lobi,,," ajak Rania sambil mengandeng tangan ibundanya.
"kamu terlihat sangat bahagia nduk,,," ucap Bu Ningrum pelan.
Rania pun tak menjawab, ia hanya terus berjalan sambil terus mengandeng lengan Bu Ningrum.
Saat mereka sudah menunggu di lobi, terdengar bunyi klakson dari mobil berwarna putih milik Kevin.
Rania dan kedua orang tuannya pun bergegas mendekati mobil Kevin, Rania pun membukakan pintu bagian mobil untuk Pak Usman, sedangkan dia sendiri dan Bu Ningrum duduk di bangku penumpang bagian belakang.