Namaku Inaya, aku baru lulus di sekolah menengah atas. Keseharianku membersihkan rumah, memasak, dan memberi makan ayam. Suatu hari, aku bertemu dengan seorang nenek yang kebingungan mencari kendaraan. Dia meminta bantuanku. Awalnya aku menolak, namun karena kasihan, akupun membantunya. Setelah itu, dia memberiku sebuah gelang. Aku sudah menolak, namun dia kekeh memaksaku menerimanya. Semenjak memakai gelang, kejadian aneh mulai bermunculan.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya Hari ini ialah hari idul fitri. Aku dan keluargaku biasanya ziarah kemakam sang kakek dan nenek. Setelah itu kami pergi berkunjung kerumah nenek atau ibu dari ayahku. Diperjalanan, kecelakaan tak terelakkan terjadi. Aku terbang melayang dan jatuh keaspal. Tubuhku terguling-guling hingga memasuki sebuah empang atau biasa disebut kolam ikan. Aku sempat menatap gelang pemberian nenek tak kukenal, hingga kesadaranku pun hilang. Lalu setelah aku membuka mata kembali, aku berada ditempat asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zakina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 KAU MENCINTAIKU?
Keesokan harinya, aku dan Putri Irha serta Putri Andini menghadap ke Raja.
"Salam, Ayahanda," Ucapku memberi salam.
"Ada apa kalian kemari?" Tanya Raja Dayat.
"Kedatangan kami kesini, ingin agar kami memiliki guru pelatih. Kami ingin belajar Memanah, berpedang dan berkuda. Apakah kami diizinkan untuk berlatih?" Ucapku.
"Tidak," Ucap Putra Mahkota Ilyas.
"Kenapa?" Tanyaku. 'Ini orang maunya apa sih? Kami izin ke Raja Dayat, malah dia yang melarang.'
"Kau wanita...," Ucapan Putra Mahkota terhenti.
"Kami memang wanita, namun bukan berarti kami lemah," Ucap Putri Andini.
"Kami juga bisa berpedang jika ada yang melatih kami, bukan hanya para Pria saja yang bisa berpedang," Ucap Putri Irha.
"Ayolah, kami bosan makan, tidur dan jalan-jalan kepasar melulu. Kami pengen berlatih. Kami ingin kuat, biar tidak merepotkan kerajaan ini. Itu juga bisa kami gunakan untuk melindungi diri kami sendiri, jika ada para bandit yang menyerang," Ucapku.
"Baiklah...," Ucapan Raja terpotong.
"Tidak boleh. Kau tidak perlu berlatih, ada aku yang akan menjagamu," Ucap Putra Mahkota Ilyas.
"Iya kalau Putra Mahkota berada didekat kami dua puluh empat jam, jika tidak, bagaimana?" Ucapku.
"Putra Mahkota pasti sibuk, bangak urusan. Jadi mana bisa Putra Mahkota menjaga kami," Ucap Putri Andini.
"Ada pengawal...," Ucapan Putra Mahkota Ilyas.
"Tidak semua pengawal bisa mendungi kami. Nanti jika penjahatnya lebih kuat dari para pengawal, bagaimana? Kamu bisa-bisa dicelakai oleh para penjahat itu," Ucapku.
"Benar tuh, kamk juga pengen belajar bela diri. Kami tidak ingin bergantung pada orang lain," Ucap Putri Irha.
"Besok lusa kalian akan berlatih. Nanti saya mengirim surat lebih dulu kepada guru yang akan mengajar kalian," Ucap Raja Dayat.
"Hore, Hore," Ucap Putri Andini jingkrat-jingkrat saking senangnya.
"Yes, yes," Ucap Putri Irha berjoget-joget senang.
Ku senggol Putri Irha dan Putri Andini.
"Apa yang kalian lakukan? Apa kalian ini tidak malu bertingkah kayak anak kecil dihadapan Raja dan Putra Mahkota? Malu-maluin aja tau gak," Bisikku pada Putri Irha.
"Hehe, maaf, saking senangnya sampai lupa kalau ini zaman kerajaan," Ucap Putri Irha.
"Kalau begitu, kami pamit undur diri, Yang Mulia, Putra Mahkota," Ucap Putri Andini yang menyadari tingkahnya yang kekana-kanakan. Dia sedikit berlari keluar pintu, namun keningnya terbentur pintu akibat Panglima Ans tanpa sengaja menutupnya dari luar.
Panglima Ans ingin memberi informasi ke Raja dan Ilyas, namun terhenti saat melihat Kami berada didalam. Dia Pun kembali menutup pintu, bertepatan dengan Putri Andini yang akan keluar.
"Bruk!"
"Aww...sakit 4nj1r," Ringis sakit Putri Andini.
"Maaf, maafkan saya, Putri," Ucap Panglima Ans.
"Maaf, maaf. Emang kata maaf bisa mengembalikan nih keningku yang benjol, hah!" Kesal Putri Andini.
"Hahaha," Tawaku dan Putri Irha tanpa sadar.
"Makanya kalau mau keluar itu, liat-liat dulu," Ucapku.
"Pufftt, hahaha," Tawa Putra Mahkota.
"Deg.....senyumnya mengingatkanku pada Ilham," Gumamku.
"Hah? kau bilang apa barusan? Ilham? Siapa dia? Gebetanmu ya?" Tanya Putri Irha.
"Mantan," Ucapku.
"Acieee, lagi ingat mantan pacar rupanya," Ejek Putri Irha.
"Apa itu pa..car?" Tanya Raja Dayat.
"Pacar itu artinya Kekasih, Yang Mulia," Ucap Putri Irha.
"Kekasih? Apa Putri Khina memiliki kekasih lain, selain Pangeran Arjuna?" Tanya Raja Dayat. Pasalnya Putri Khina hanya memiliki satu mantan kekasih dan itu hanya Pangeran Arjuna seorang.
'Maksud Raja ini apa? Apa iya, Pangeran Arjuna mantan kekasihku..eh ralat, mantan kekasih pemilik tubuh ini? Pantas saja waktu itu Pangeran Arjuna berada dalam mimpiku,' Batinku.
"Siapa Ilham?" Tanya Putra Mahkota. Kini raut wajahnya berubah jadi dingin.
"Eh." Aku tersadar dari lamuanku.
'Wajahnya kok kayak mau marah gitu? Apa dia cemburu? Ah mana mungkin. Tapi bisa jadi juga. Apa aku tes aja kali ya?' Batinku.
"Itu...itu..," Ucap Putri Irha bingung mau menjawab apa. Pasalnya dia tau jika mantan yang dimaksud Khina itu berasal dari dunia moderen.
"Mantan pacarku," Ucapku.
"Dimana dia tinggal! Dan dari keluarga mana!" Ucap Putra Mahkota terlihat marah.
"Kalau aku tidak mau mengatakannya, gimana?" Ucapku mulai memancing emosinya.
"Aku akan mencari dan menemukannya, lalu ku bunuh dia dan ku beri makan buaya!" Ucap Putra Mahkota.
"Kenapa? Apa kau cemburu?" Tanyaku.
"Ya, aku cemburu melihatmu bersama pria lain. Apalagi kau tertawa bahagia bersama mereka. Aku tidak suka melihatmu dengan pria lain selain aku. Dan aku tak akan membiarkan siapapun merebutmu dariku, termasuk Ilham," Ucap Putra Mahkota Ilyas tanpa sadar.
"Kau mencintaiku?" Ucapku.
"Ya, aku sangat mencintaimu...," Ucapan Putra Mahkota Ilyas terhenti saat menyadari yang dia katakan barusan.
"Khem. Kalian sebaiknya bicara dikamar, disini masih banyak tugas yang harus kuselesaikan," Ucap Raja Dayat.
Putra Mahkota merasa malu karena tanpa sadar mengungkapkan perasaannya.
"Saya pamit, Yang Mulia. Salam," Ucap Putra Mahkota bergegas pergi.
"Cie, yang lagi bucin nie," Ucap Putri Andini menatap Putra Mahkota.
Putra Mahkota meninggalkan ruangan dan menuju ke arah kamarnya berada. Setelah memasuki kamarnya, aku pun ikut masuk.
"Tunggu! Kau bilang cinta padaku? Apakah kau bersungguh-sungguh? Dan bagaimana dengan perasaanmu terhadap Putri Irha?" Tanyaku. 'Aku harus tau isi hatinya. Karena jika dia mencintaiku..eh ralat maksudnya pemilik tubuh ini, berarti aku tak perlu khawatir soal kematian tragis yang menimpa pemilik tubuh ini. Kalau bisa, aku mau merubah seluruh isi cerita dalam novel yang kubaca itu,' Batinku
"Aku..aku, aku sibuk," Ucapnya hendak pergi, namun kembali ku tahan.
"Jawab dulu. Kalau tidak, lebih baik kita berpisah. Aku tidak mau tetap bertahan demi orang yang sama sekali tidak mencintaiku. Kau bisa melepaskanku. Aku dengan senang hati...," Ucapanku terhenti.
"Cukup! Jangan pernah mengatakan pisah! Sampai kapanpun, kita tidak akan pisah. Dan aku tidak akan membiarkanmu pergi meninggalkanku," Ucap Putra Mahkota Ilyas.
"Kenapa?" Tanyaku.
"Karena aku mencintaimu," Ucap Putra Mahkota.
"Lalu bagaimana dengan Putri Irha?" Tanyaku.
"Aku baru menyadari jika selama ini aku hanya menganggapnya sebagai sahabat sekaligus adik. Aku tidak merasa sakit saat melihatnya bersama pria lain. Sedangkan padamu, aku merasa marah dan tidak rela melihatmu bersama pria lain," Ucap Putra Mahkota.
"Lalu kenapa kau sampai hampir membunuhku dengan hukuman gantung saat itu? Jika bukan karena kau mencintainya, kenapa kau dengan tega ingin membunuhku!" Ucapku.
"Dulu waktu kecil, aku pernah berjanji pada Putri Irha untuk selalu melindunginya dari orang-orang yang berniat jahat padanya. Aku berhutang nyawa padanya. Dia pernah mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkanku dari para bandit. Sejak saat itu aku berjanji untuk mejaganya walaupun nyawaku sebagai taruhan," Ucap Putra Mahkota Ilyas.
"Bukankah itu cinta?" Ucapku.
"Aku tidak mencintainya. Aku hanya merasa berutang budi padanya. Dan itu bukan cinta. Aku hanya mencintaimu!" Ucap Putra Mahkota.
"Benarkah? Apa buktinya?" Tanyaku.
Putra Mahkota mengampiriku dan lansung menciumku. Aku terkejut dengan aksi tiba-tiba yang dilakukannya.
"Aku mencintaimu, Putri Khina," Bisiknya tepat ditelingaku. Aku bergidik ngeri mendengar suara Putra Mahkota yang terkesan menggoda.
Dia menagngkatku dan membaringkanku diatas ranjang. Dan saat dia mendekatkan wajahnya padaku, tiba-tiba Zahra berteriak memanggil kami.
"AYAH, BUNDA," Ucap Zahra.
Spontan aku mendorong Putra Mahkota untuk menjauh dariku.
"Zahra?" Ucapku.
"Kalian tadi mau melakukan apa? Apa Ayah mau mencium, Bunda?" Tanya Zahra.
"Tadi...tadi," Ucapku gugup.
...¤BERSAMBUNG¤...