NovelToon NovelToon
World Without End. Final Re:Make

World Without End. Final Re:Make

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Isekai / Light Novel / Fantasi / Anime / Solo Leveling / Mengubah Takdir
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ady Irawan

Keyz berpetualang di Dunia yang sangat aneh. penuh monster dan iblis. bahaya selalu datang menghampirinya. apakah dia akan bisa bertahan?

Ini adalah remake dari novel yang berjudul sama. dengan penambahan alur cerita.

selamat membaca

kritik dan saran di tunggu ya. 😀

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The Beginning Of The Adventure

Keyz Resurrection: Fire, Amnesia, and the Water of Life

​Rasa sakit yang hebat membelenggu lehernya, sebuah penderitaan yang mematikan setiap kali ia mencoba mengeluarkan suara. Teriakan yang tertahan.

​Ketika matanya akhirnya terbuka, pemandangan pertama yang menyambutnya adalah teror dan kengerian: seekor naga raksasa.

​Makhluk itu berdiri menjulang, ditutupi sisik kuning kehijauan yang kusam. Sepasang sayap bersatu dengan kedua lengannya, dua tanduk tajam mencuat dari kepala, empat mata menyala dengan nyala merah darah, dan... dua mulut yang anehnya bergerak serentak. Ujung ekornya berkobar, api menari-nari liar di tengah udara gua yang terasa sangat panas.

​Naga. Sang mahluk mitologi.

​Makhluk itu mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, mengambil napas dalam-dalam, menahannya sesaat yang terasa abadi. Dari mulut gandanya, asap hitam pekat menyembur, tebal dan mematikan, berbau belerang.

​Detik berikutnya, bencana pun datang: naga itu menyemburkan nafas apinya ke arah Keyz.

​Ia mendengar teriakan, ada dua suara dengan nada panikan dari orang-orang di dekatnya. Namun pandangannya terkunci, terpusat pada sosok naga itu, pada cahaya api yang seolah mampu menelan segala eksistensi di sekitarnya.

​Panas menyelimuti tubuhnya. Kulitnya terasa terbakar, tetapi tubuhnya lumpuh, membeku di tempat. Bahkan ujung jarinya pun tak mampu ia gerakkan.

​“Keyz!!”

​Suara itu milik seorang perempuan, terdengar sangat panik, gemetar, namun bernada indah, sebuah melodi yang memecah kengerian. Ia menoleh perlahan ke arah sumber suara.

​Gadis itu sangat cantik. Rambutnya panjang, hampir menyentuh tanah. Dalam cahaya api yang memancar, ia tak mampu memastikan warnanya—perak? Emas? Tapi matanya... mata itu dipenuhi kesedihan yang mendalam.

​“Keyz!!! Heal!”

​Begitu kata itu diucapkan, tubuhnya diselimuti cahaya lembut berwarna hijau keemasan. Sebuah kehangatan yang menenangkan, seolah kehidupan perlahan mengalir kembali. Matanya terasa berat. Ia ingin menatap gadis itu lebih lama, namun pandangannya mulai kabur. Teriakan gadis itu melemah, berganti menjadi tangisan lirih yang memecah hati.

​“Keyz...” panggilnya lagi.

​Siapakah gadis cantik ini? Mengapa ia begitu cemas? Keyz... Mungkinkah itu namanya?

​“Keyz... jangan mati... aku tidak mau sendirian. Fat Cat juga sedang berusaha melindungi kita. Aku mohon, Keyz...”

​“Flip! Ayo, kita pergi!!”

​Suara lain menyusul—lebih berat, lebih tegas. Dialah Fat Cat? Ia hanya melihat siluet hitam di tengah kobaran api, tubuhnya berdiri tegak, memblokade serangan naga.

​Ia menutup mata, menyadari ia telah berhenti bernapas. Anehnya, tidak ada ketakutan, hanya kekosongan dan kehampaan.

​“Keyz... maaf... aku harus pergi dulu. Maaf...” Suara perempuan itu kembali, lembut, menenangkan. Flip. Fat Cat memanggilnya Flip.

​Ia tidak mengingat siapa pun di antara mereka. Namun, kata perpisahan Flip membuat hatinya terasa sakit dan terkoyak. Apakah ia mengenalnya? Apa hubungan mereka?

​Kesadarannya mulai memudar. Suara, panas, cahaya—semuanya perlahan lenyap. Apakah ini akhir? Kematian? Di mana ia berada? Siapa dirinya?

​Ia tidak ingat apa-apa.

​Keyz.

​Ya. Gadis itu memanggilnya Keyz. Itu adalah namanya.

​Ia adalah Keyz.

​Nex

​Ketika Keyz membuka matanya lagi, hal pertama yang ia sadari adalah kenyataan bahwa tubuhnya bergerak sendiri.

​Tanpa kendali, tanpa pemikiran sadar, tubuhnya melompat tinggi ke arah naga—seolah entitas lain telah mengambil alih seluruh kesadarannya. Di tangan kanannya, tergenggam sebilah pedang berwarna putih, berkilauan terang, menembus kegelapan gua bawah tanah. Cahaya pedang itu berdenyut, hidup, seperti makhluk yang bernapas.

​Ia menebas ke arah kepala naga, namun makhluk raksasa itu mengelak, tubuhnya berputar cepat, menciptakan getaran hebat di udara. Keyz mendarat di punggung naga, berpegangan pada sisik tebal yang panasnya hampir membakar telapak tangannya.

​Secara tidak sadar, mulutnya mengucapkan kata-kata yang tidak ia pahami—

​“Demon Glasial Sword!”

​Dalam sekejap, dari udara kosong di sampingnya, muncul sebilah pedang kedua. Bentuknya persis seperti pedang putih yang ia genggam, namun warnanya berlawanan: bilahnya merah menyala seperti api neraka, sedangkan bagian tengahnya hitam pekat seperti malam yang tak berujung.

​Pedang itu melayang ke arahnya, dan ia menangkapnya dengan tangan kiri.

​Tanpa sempat berpikir, tubuhnya melesat ke depan. Dengan Demon Glasial Sword, ia menancapkan pedang itu dalam-dalam ke punggung naga, menembus sisik kerasnya.

​Jeritan melengking mengerikan menggema di seluruh gua.

​Ia mencabut pedang itu, lalu berlari di sepanjang punggungnya menuju ekor naga yang kini terbakar api biru. Langkahnya memantul di sisik-sisik itu, setiap hentakan memicu percikan cahaya putih dan merah.

​“GRWAAAAAAWW!!!”

​Naga itu meraung, mengamuk hebat, mengibaskan ekornya dengan kekuatan luar biasa. Keyz tak sempat menghindar.

​Tubuhnya terpental jauh, terhempas keras membentur dinding batu. Benturan itu menyebabkan seluruh tubuhnya bergetar hebat. Ia merasakan tulang-tulangnya retak, bahkan mungkin remuk.

​Suara dentuman besar menggema dari kejauhan—diikuti oleh getaran tanah dan suara gemuruh yang menggelar.

​Ia yakin... itu adalah suara tubuh sang naga yang tumbang.

​Ia telah membunuh naga.

​Tetapi itu bukan dirinya. Bukan ia yang melakukannya.

​Tubuhnya bergerak sendiri. Ia tidak mungkin mampu melakukan hal sehebat itu.

​“Uehhh...”

​Ia muntah darah, rasa besi memenuhi mulutnya. Setiap napas terasa seperti disayat dari dalam. Sakit, begitu sakit. Tubuhnya terasa terbakar dan membeku di saat yang bersamaan.

​Ia berusaha berdiri, namun pandangannya mulai berputar, gelap, dan berat.

​Akhirnya ia jatuh.

​Dan perlahan—kesadarannya hilang lagi.

​Nex

​Saat Keyz tersadar, rasa sakit di seluruh tubuhnya lenyap. Sebuah keajaiban yang mengejutkan. Tubuhnya terasa sangat ringan, seolah semua beban yang pernah ia pikul menguap bersama napas pertamanya.

​Ia membuka mata perlahan. Ia berada di sebuah kamar kecil, sederhana namun hangat dan nyaman. Udara di dalamnya harum, seperti wangi dupa yang menenangkan jiwa.

​“Oh, kamu sudah sadar, nak?”

​Suara seorang kakek terdengar dari arah pintu. Pria tua itu masuk dengan langkah tenang. Rambutnya putih seputih salju, janggutnya panjang, dan wajahnya… seolah bercahaya lembut, damai. Ia mengenakan jubah putih bersih, tanpa noda sedikit pun.

​“Di mana ini?” tanya Keyz, mencoba duduk. Lehernya masih terasa kaku, namun rasa sakitnya telah hilang sepenuhnya.

​“Rumahku,” jawab kakek itu sambil tersenyum kecil. “Yah, anggap saja begitu. Siapa namamu, nak? Kamu datang dari mana? Aku sudah mengusirmu sebelumnya, tapi kenapa kamu kembali lagi? Mana temanmu? Mana Beasthlord?”

​Keyz terdiam. Nama itu—Beasthlord—terasa asing, namun di saat yang sama, akrab di telinganya.

​“Aku? Aku tidak tahu. Aku tidak ingat apa-apa,” jawabnya perlahan. “Tapi aku merasa tahu siapa namaku. Keyz. Ya… Keyz. Itu mungkin namaku. Apa yang sebenarnya terjadi? Dan kenapa… kamu mengusirku?”

​Kakek itu menatap Keyz lama, lalu berkata pelan, dengan nada yang memberatkan. “Kamu telah mencuri sesuatu yang sangat berharga. Sesuatu yang sangat-sangat berbahaya bila jatuh ke tangan yang salah.”

​Keyz membalas tatapannya, mencoba membaca maksud di baliknya. “Mencuri? Benda apa itu? Apakah kamu sudah memeriksanya di tubuhku? Dan kalau aku benar-benar mencurinya, kenapa kamu tidak mengambilnya kembali?”

​“Benda itu tidak bisa ditemukan,” jawabnya datar. “Karena memang mustahil untuk ditemukan lagi.”

​“Ayolah, Pak Tua… apa sebenarnya itu? Siapa tahu aku bisa mengembalikannya.”

​Kakek itu menarik napas panjang. Tatapannya menjadi sangat berat.

​“Air Kehidupan.”

​“A… apa?” Keyz terpaku. Kata itu menggema di benaknya.

​Air kehidupan? Apa maksudnya? Sebuah legenda? Sumber kekuatan? Atau… sebuah kutukan?

​Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di benaknya, membuat kepalanya kembali pusing hebat. Dunia berputar. Dan sebelum sempat bertanya lebih jauh, kesadarannya mulai menghilang lagi.

​Samar-samar, ia mendengar suara seseorang dalam pikirannya.

​“Kamu selalu pusing ya, Keyz? Apa aku panggil kamu ‘Tuan Pusing’ saja?”

​Suara itu lembut, bercampur tawa kecil. Siapa dia? Ia tidak ingat.

​Nex

​Ketika Keyz membuka mata lagi, ia tidak lagi berada di kamar itu.

​Ia kini berdiri di sebuah lorong gua yang gelap, lembab, dan sunyi. Ia tidak tahu bagaimana ia bisa sampai di sana.

​Ia menatap ke depan—ada cahaya samar di ujung lorong. Ia berjalan ke arahnya, berharap itu adalah jalan keluar.

​Dan benar saja, cahaya itu membawa Keyz ke luar.

​Udara segar langsung menyambut wajahnya. Hutan lebat membentang di depan, dan dari celah pepohonan ia bisa melihat jalan setapak kecil yang menanjak ke arah bukit.

​Ia berjalan perlahan, mengikuti jalannya. Setiap langkah yang ia ambil memicu rasa lapar yang menusuk perutnya.

​“Aku lapar…” gumamnya. “Tidak ada waktu untuk memikirkan hal-hal berat saat begini.”

​Beberapa menit kemudian, ia sampai di puncak tanjakan kecil. Dari sana, ia bisa melihat sebuah perkemahan besar di kejauhan—tiga tenda besar berdiri saling berhadapan. Di samping salah tenda ada seekor hewan berbulu biru muda, sebesar bison, diikat pada tiang kayu, punggungnya penuh tas besar, seperti binatang pengangkut kargo.

​Keyz melangkah ke tengah-tengah perkemahan itu dengan ragu.

​Di sebelah kiri, terbentang jurang dalam dengan pemandangan yang sangat menakjubkan. Barisan pegunungan meliuk seperti punggung naga yang tertidur, puncaknya diselimuti salju putih. Di bawahnya, hutan rimbun dan sungai besar mengalir berliku.

​“Hei kamu!”

​Suara berat memecah lamunannya. Seorang pria bertubuh besar berjalan mendekat, pedang raksasa tergantung di punggungnya. Baju besinya berderak tiap langkah, namun tatapannya ramah.

​“Apa yang kamu lakukan di sini? Kamu penjelajah?” tanyanya sambil menatap Keyz dari kepala sampai kaki.

​“Namaku Keyz,” jawabnya jujur. “Aku… tidak tahu aku sedang berada di mana.” Keyz menunduk sebentar. “Namamu siapa, Om?”

​“Bwahahaha! Baru kali ini ada yang berani memanggilku Om!” Pria itu tertawa keras. “Namaku Baf. Pemimpin karavan penjelajah yang kebetulan berkemah di sini.”

​Baf mengamati pakaian Keyz yang hanya selembar kain lusuh. “Dari mana asalmu, nak? Bajumu aneh sekali. Kamu yakin bukan orang hilang?”

​Keyz menjelaskan sejujur-jujurnya bahwa ia kehilangan ingatan dan hanya terbangun di gua gelap.

​Baf mengangguk pelan. “Ah, sepertinya kamu pernah mengalami kejadian besar. Kadang trauma bisa menghapus sebagian memori.”

​“Mungkin,” jawab Keyz singkat.

​“Kalau begitu, sebentar lagi kami akan berangkat ke kota terdekat. Kamu ikut saja,” katanya sambil menepuk bahu Keyz kuat-kuat. “Kebetulan kami butuh tenaga tambahan juga.”

​“Ti-tidak perlu repot, Om…”

​“Bwahaha! Ini tugas kami sebagai penjelajah. Kami membantu siapa pun yang membutuhkan.” Ia menarik tangan Keyz, menyeretnya ke area perkemahan. “Anggap saja ini takdir.”

​“Om, aduh! Sakit, Om!” seru Keyz sambil mencoba menahan pergelangan tangannya. Tapi Baf sama sekali tidak menggubris.

​Di tengah perkemahan, Keyz melihat beberapa orang lain.

​Ada dua pria kecil sedang memperbaiki peralatan, dan seorang wanita muda bertelinga runcing—seorang elf, mungkin, tapi Keyz tidak yakin—sedang memberi makan makhluk berbulu biru kecil, seukuran kucing dewasa.

​“Ayo, nak,” kata Baf. “Kuduga kamu butuh sedikit pelajaran bertahan hidup.”

​Wanita itu menoleh dan tersenyum ramah. “Oh, ada teman baru! Namaku Riss. Siapa namamu?”

​“Keyz.”

​“Nama yang aneh! Hahaha.”

​“Namamu juga aneh,” balas Keyz lirih, dan Riss tertawa lebih keras lagi.

​“Di sekitar sini banyak monster liar, nak,” kata Baf kemudian. “Apa kamu pernah bertarung sebelumnya?”

​Keyz terdiam sejenak, lalu berkata, “Belum pernah.”

​Ia berbohong. Mana mungkin mereka percaya kalau ia pernah menghadapi naga sendirian? Bahkan ia sendiri tidak yakin itu nyata.

​“Kalau begitu, biar kami ajarkan sedikit dasar bertarung,” kata Baf sambil tertawa. “Tapi lihat dirimu—apa kamu yakin itu baju, nak?”

​“A-anu...”

​“Jangan pikirkan kata-katanya,” sela Riss sambil tersenyum. “Kami akan memberimu beberapa perlengkapan.”

​“Terima kasih,” ucap Keyz pelan.

​“Baiklah,” kata Baf sambil menunjuk ke arah dua tenda. “Ambil barang yang kami siapkan, lalu berkumpul di jalan antara dua tenda itu. Kita akan mulai latihan kecil.”

​Keyz menuruti perintahnya.

​Orang pertama yang ia temui adalah pria berambut coklat dengan wajah serius. “Yo, Keyz. Aku Virgo,” katanya sambil melemparkan baju kulit ke arah Keyz. “Dari Baf. Cepat pakai. Itu lebih pantas daripada kain pelmu.”

​Dalam sekejap Keyz sudah mengenakan baju baru. “Terima kasih, Virgo.”

​“Temui yang lain. Masih ada perlengkapan buatmu.”

​Anggota kedua bernama Bid, pria berkacamata tipis dan tangan penuh tinta hitam bekas menulis. Ia memberinya tas penyimpanan besar.

​Yang ketiga, Nike, pria berotot dengan lengan penuh luka bakar, seorang pandai besi, memberinya sebilah pedang sederhana tapi tajam.

​“Gunakan dengan baik,” katanya singkat. Keyz mengangguk.

​Setelah itu Keyz mendengar Baf dan Riss memanggil dari kejauhan. Ia berlari menghampiri mereka di tempat yang ditunjuk tadi.

​“Baiklah,” kata Baf dengan suara lantang. “Di ujung jalan sana ada beberapa monster liar yang tidak terlalu berbahaya. Kami akan ajarkanmu cara bertarung, supaya nanti kamu bisa berkelana sendiri.”

​Riss mengangkat pedangnya. “Aku akan mengajarimu teknik dasar. Lihat, senjata kita sama.”

​Keyz mengangguk pelan.

​Baf tersenyum puas. “Baiklah, nak. Petualangan pertamamu.... Dimulai.”

1
Surya
keren ini transmigrasi ke dunia game kah?
PiaPia_PipiOlipia
woh ada cerita tambahannya 💪💪💪
PiaPia_PipiOlipia
wuih. puluhan bab sekaligus. ini mah setara dengan satu buku.😍😍😍😍
PiaPia_PipiOlipia
Bagus
Ady Irawan
Kritik dan saran di tunggu ya gess
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!