NovelToon NovelToon
SUSUK JALATUNDA

SUSUK JALATUNDA

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Horor / Duniahiburan
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Naim Nurbanah

Misda terpaksa harus bekerja di kota untuk mencukupi kebutuhan keluarga nya. Saat Dikota, mau tidak mau Misda menjadi LC di sebuah kafe. Singkat cerita karena godaan dari teman LC nya, Misda diajak ke orang pintar untuk memasang susuk untuk daya tarik dan pikat supaya Misda.

Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti cerita novelnya di SUSUK JALATUNDA

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Aku siap melakukan apa pun, Ki. Ini satu-satunya cara bagiku. Maafkan, aku hanya bisa membayar mahar satu juta, itupun semua yang kumiliki."

Ki Jombrang tertawa pelan, suara itu bergaung seperti gerimis di malam kelam. Perlahan ia menyiapkan segala sesuatunya, ritual kuno yang penuh misteri dan bahaya segera dimulai. Di bawah cahaya remang, udara seakan berubah pekat, dan jantung Misda berdebar tak menentu, pertempuran tak kasat mata antara jiwa dan keabadian akan segera dimulai.

"Berbaringlah! Lepaskan semua pakaianmu tanpa jeda!" perintah Ki Jombrang dengan suara tegas yang bergetar penuh otoritas.

"Dengarlah, aku akan memberikanmu susuk Jalatunda, susuk pusaka peninggalan sinden legendaris yang dulu menghipnotis banyak orang. Ini bukan sembarang susuk. Emas dan berlian itu menyimpan kekuatan yang telah teruji oleh waktu. Semoga tubuhmu dapat menyatu dengan energi gelapnya, dan keberuntungan akhirnya berpihak padamu," katanya sambil membuka kotak kecil berisi susuk berkilauan, matanya menyimpan harapan sekaligus misteri yang dalam.

Misda menatap Ki Jombrang dengan mata penuh ketakutan, tubuhnya gemetar seolah berperang melawan bayang-bayang gelap yang merayapi jiwanya. 

“Cepat! Aku tak mau menunggu lebih lama!” 

Suara Ki Jombrang menggelegar, menusuk telinga dan membuat bulu kuduknya berdiri. Misda menelan ludah, jari-jarinya menggeliat gugup saat ia mulai membuka pakaiannya, satu persatu, seolah melepas lapisan terakhir dari keberaniannya yang tersisa.

Dipan kayu di depannya seperti sebuah panggung nasib, dingin dan menunggu pengorbanannya. Dengan napas tersengal, ia merebahkan diri, tubuhnya rapuh namun tekadnya masih membara. 

Di tengah lantunan mantra Ki Jombrang yang kian berat dan berwibawa, dunia Misda menjadi sunyi. Matanya terpejam, menahan ketakutan yang menjalar, menanti ritual yang akan menggulungnya ke dalam lorong takdir yang belum pasti.

"Tubuhmu adalah kanvas sempurna untuk susuk kuno ini."

"Kamu akan jadi primadona, jadi kaya raya," kata dukun tua itu dengan suara yang menggema, matanya meneliti setiap lekuk tubuh Misda seolah sedang mengukir takdirnya sendiri. 

Ki Jombrang menahan napas, hasrat gelap tiba-tiba membakar dalam dada melihat kepolosan sang gadis LC, membuat ludahnya nyaris tercekat. 

Dengan tangan bergetar namun pasti, ia menyisipkan susuk emas berbentuk jarum kecil di antara kedua alis Misda, menancapkan takdir yang tak bisa dibatalkan. Misda, dengan mata tertutup rapat, hanya bisa pasrah, terperangkap antara ketakutan dan harapan dalam bisu yang menusuk jiwa.

Susuk emas kedua dan ketiga dipasang dengan cermat di kedua sisi dada Misda, tepat di ujung tonjolan coklat tua yang menandai keunikan tubuhnya. Getaran geli merayap di kulitnya saat Ki Jombrang menyentuhnya, namun Misda menahan napas, mencoba menyembunyikan rasa canggung demi melanjutkan ritual yang sakral itu. 

 Saat susuk keempat ditempatkan di atas pusarnya, kehangatan tangan dukun menyebar seperti arus listrik halus yang membuat darahnya berdesir. 

Di balik ketenangannya, Misda bisa merasakan pergolakan dalam diri Ki Jombrang, bibirnya mengatup rapat, hampir meneteskan air liur karena gejolak yang menyesakkan. Detik-detik itu bagaikan ujian kesabaran, antara suci dan duniawi, di mana rahasia terdalam pun berusaha menembus batas kesadaran..

"Tinggal satu susuk lagi, gadis! Kamu harus bisa tahan," ucap Ki Jombrang sambil komat-kamit membaca mantra. 

Pria tua itu memasukkan satu susuk berlian bekas sinden tersebut ke dalam bagian bawah perut milik Misda. Misda sempat meringis merasakan nyeri bercampur aduk menjadi satu. Walaupun Misda sendiri telah sudah tidak perawan karena telah dijual malam pertama nya oleh seorang pria hidung belang di kafe tempat nya bekerja.

Ki Jombrang mengayunkan tangannya dengan penuh percaya diri, memasang susuk satu per satu ke wajah dan tubuh Misda. Pria tua itu tak sedikit pun menunjukkan ragu, seolah sudah menangkap takdir yang menanti gadis malang ini. Setelah selesai, ia memerintah dengan suara berat, 

"Berendamlah di kolam kecil itu. Satu jam penuh. Jangan bergerak atau berhenti sampai aku bilang." 

 Misda hanya diam, tubuhnya yang masih polos tanpa sehelai benang pun berani terpampang di hadapan Ki Jombrang, tapi hatinya sudah mati rasa. Tak ada lagi rasa malu atau takut; semua batas telah hilang karena ia yakin, semua pengorbanan ini adalah jalan satu-satunya menuju impian yang sudah lama dia genggam erat, kekayaan dan kemewahan yang selama ini cuma bisa dia saksikan dari kejauhan. 

 Di sana, dalam diam dan basahnya air kolam kecil itu, Misda menunggu, membiarkan setiap susuk menyelinap ke dalam tubuhnya, berharap keajaiban menyambutnya meski ia tahu, jalan ini sarat risiko dan penderitaan. Namun, apapun yang terjadi, dia rela menukarnya demi masa depan yang ia dambakan.

Satu jam berlalu setelah Misda berendam di kolam kecil yang berisi air dengan taburan bunga tujuh rupa. Pada akhirnya Ki Jombrang menyuruh Misda keluar dari dalam kolam itu. 

"Bagus! Sekarang berbaring lah kamu di dipan kayu itu!" Ki Jombrang tersenyum seringai melihat Misda begitu patuh dengan apa yang diucapkan.

Saat Misda kembali berbaring di dipan itu, Ki Jombrang memperhatikan setiap lekukan tubuh gadis itu. Tangan pria itu mengulur, meraba-raba setiap lekukan tubuh milik Misda. Misda masih memejamkan matanya walaupun jantung nya semakin berdebar-debar kencang. Apalagi tangan pria itu nekat meremas bagian dada Misda tanpa ampun. Misda menggigit bibir bawahnya sendiri menahan sensasi aneh yang dilakukan oleh sang dukun.

"Patuh dan jangan memberontak. Tetap pejamkan mata seolah-olah kamu sedang melayani pelanggan mu." ucap Ki Jombrang dengan suara serak. Pria itu nekat menciumi bibir dan setiap lekukan tubuh Misda tanpa ragu setelah celana hitam yang dia kenakan tadi telah ia tanggalkan. 

"Aough," desahan Misda yang tertahan membuat sang dukun membungkam bibir gadis itu dengan telapak tangannya. Pria tua itu sudah memasukkan senjata miliknya yang cukup perkasa ke sarang milik Misda. Tubuh Misda bergetar dan bergoyang hebat ketika ternyata sang dukun telah mengukung nya.

Kedua sudut Misda menitikkan air mata karena harus melalui ritual aneh dan gila seperti ini. Kenapa harus melakukannya dengan pria tua yang sudah berkulit keriput. Namun sumpah demi apapun, Ki Jombrang benar-benar sangat perkasa. Senjata kepunyaan Ki Jombrang benar-benar sangat perkasa dan tahan lama. Misda terlihat berkeringat dan kelelahan karena harus merasakan kegiatan intens tersebut cukup lama. Hampir satu jam pria tua itu masih belum menyelesaikan pekerjaan nya dan mendapati puncak klimaksnya. Padahal Misda sudah kelelahan karena harus merasakan getaran di tubuhnya.

Sampai akhirnya pria itu memekik keras setelah mendapatkan apa yang dia inginkan setelah kegiatannya intens yang menguras tenaga pria tua itu.

"Bagus! Setelah ini, kekayaan akan mengalir deras ke dalam genggamanmu. Setiap pria yang mendekat, tanpa sadar akan terjerat oleh Jala mautmu, susuk Jalatunda yang kau tanamkan begitu dalam. Lubang inti itu bukan sekadar tanda, tapi perangkap menggoda yang akan menjerat dan membuat pelangganmu terus kembali, merasakan kenikmatan tubuh yang hanya kau miliki," kata Ki Jombrang sambil terkekeh, matanya menyipit penuh arti, tapi buru-buru mengenakan celananya kembali. 

 Dengan nada berat, pria itu menyuruh Misda untuk segera berdandan lagi. Misda menyerahkan uang mahar sesuai kesepakatan. 

"Sisa maharku akan kubayar ketika aku mendapatkan keuntungan," gumamnya, napasnya bergetar, menahan harap dan cemas yang bercampur aduk di dadanya.

Dunia baru sedang terbentang di depan langkahnya antara godaan dan jebakan yang menanti di balik bayang-bayang susuk itu.

"Bagus! Jangan lupa setiap bulan purnama, datanglah ke sini." sahut Ki Jombrang sambil tersenyum seringai. Sementara itu Misda mengerut keningnya.

"Untuk apa?" tanya Misda.

"Bodoh! Tentu saja kamu harus selalu melakukan ritual-ritual lagi supaya susuk Jalatunda tetap memiliki kekuatan magis," sahut Ki Jombrang yang membuat Misda seperti benar-benar terkena jala oleh sang dukun itu.

1
NAIM NURBANAH
Semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!