elara adalah seorang "pengganggu" yang tiba-tiba terlempar ke dalam dunia novel fantasi dan dipaksa oleh sebuah entitas kejam bernama Sistem 'Eros' untuk menyelesaikan Misi Utama: Merebut hati Pangeran Rayden, Pemeran Utama Pria yang terkenal dingin dan misterius. Kegagalan berarti kehancuran total.
Berbekal panduan misi yang kaku dan serangkaian taktik romantis klise, Elara memulai penyerbuannya. Namun, sejak pertemuan pertama, System 'Eros' mengalami bug besar: Pangeran Rayden kini dapat mendengar setiap pikiran, komentar sinis, rencana kotor, dan bahkan sumpah serapah Elara yang tersembunyi jauh di dalam hatinya.
Tiba-tiba, setiap pujian yang Elara lontarkan terdengar palsu karena Rayden mendengarnya menambahkan, "Semoga dia tersedak tehnya," dalam hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14: Dua Ancaman di Bawah Kastil
Rasa panik dan adrenalin membanjiri Elara. Peringatan penghapusan dari Sistem 'Eros' berdengung keras di telinganya, seolah-olah waktu Elara sedang dihitung mundur.
"Rayden, cepat! Inti Sistem, Kristal Ilusi, dan rute kudeta—semuanya ada di area yang sama, di bawah kastil. Area Terlarang level tiga," seru Elara, menarik lengan Rayden menuju pintu tersembunyi di balik rak buku.
"Aku tahu pintu ini," kata Rayden, wajahnya tegang, tetapi matanya tetap fokus. "Kita tidak punya waktu untuk memanggil pengawal. Ini terlalu berbahaya. Kita harus menghadapinya sendiri."
[Sistem 'Eros': Penghapusan Dimulai. Deteksi Ketidaksesuaian Alur Cerita dengan Rasio 100%. Pengeksekusian...]
"Rayden, aku merasa... dingin. Aku mulai merasa tipis. Cepat!" Elara mengirimkan pikiran itu, suaranya terdengar gemetar bahkan dalam hati.
Rayden merasakan getaran ketakutan Elara. Dia membuka pintu tersembunyi dan mereka terjun ke tangga batu yang gelap dan sempit. Rayden menyalakan bola cahaya kecil di tangannya.
"Bertahanlah, Elara. Jangan pikirkan penghapusan. Pikirkan Nasi Hangat! Pikirkan... kita akan berhasil!" perintah Rayden, mempercepat langkah.
Elara memaksakan firewall mentalnya. "Nasi hangat... hangat... Aku stabil... Rayden ada di sini..."
[Sistem 'Eros': Pengeksekusian Tertunda. Deteksi 'Pikiran Stabil'. Memproses Ulang.]
"Berhasil," bisik Rayden, lega. "Pikiran stabil Anda menunda prosesnya. Kita harus terus maju. Tunjukkan jalannya!"
Mereka menuruni tangga hingga mencapai koridor bawah tanah yang luas. Aroma batu tua dan kelembapan bercampur dengan bau asap dan sihir. Mereka berada di area terlarang.
"Jalur ini menuju gudang amunisi," bisik Rayden, siap dengan pedang di tangannya.
"Tidak!" Elara mengirimkan pikiran mendesak. "Jalur kudeta Duke Veridian ada di sebelah kiri! Mereka akan muncul di ruang Kristal Ilusi lebih dulu. Inti Sistem juga ada di sana! Kita harus mendahului mereka!"
Rayden segera berbelok ke kiri, meninggalkan rute militernya sendiri. Kepercayaan Rayden pada pikiran Elara kini mutlak.
Mereka berlari melintasi koridor sempit. Di depan, mereka melihat cahaya sihir hijau yang berdenyut—Kristal Ilusi. Dan di sekitarnya, siluet bersenjata.
"Duke Veridian," geram Rayden.
Tiba-tiba, seorang pria tinggi dengan zirah gelap melompat dari kegelapan—mata-mata Duke Veridian yang Elara sebutkan.
"Pangeran Rayden! Sungguh kejutan!" seru mata-mata itu, mengangkat pedangnya.
Rayden mendorong Elara ke belakang, pedangnya beradu dengan musuh. Sementara mereka bertarung, Elara fokus pada ruangan kristal.
"Inti Sistem! Rayden, inti Sistem itu berbentuk prisma gelap yang menyatu dengan alas kristal ilusi. Kau harus memukulnya dengan sihir pemblokir mana yang bisa kau panggil!"
Rayden berhasil melumpuhkan mata-mata itu dengan satu tendangan, lalu bergegas menuju Elara, pandangannya tertuju pada Kristal Ilusi yang memancarkan cahaya hijau. Rayden melihat prisma gelap kecil yang berdenyut di alasnya.
"Aku mengerti! Kristal Ilusi adalah output dari Sistem!" seru Rayden. Dia mengangkat tangannya, memanggil mantra pemblokir mana yang ia ketahui.
Tepat saat Rayden bersiap menyerang, Duke Veridian dan beberapa prajuritnya muncul dari pintu tersembunyi.
"Rayden! Terlalu terlambat! Pasukanku sudah mengepung kastil!" teriak Duke Veridian, matanya menyeringai jahat.
"Tentara ilusi, Rayden! Ingat! Jangan panik! Gunakan 'Echoing Silence' sekarang! Itu akan melumpuhkan Kristal dan inti Sistem sekaligus!" Elara mengirimkan perintah mental.
Rayden mengalihkan mantranya, mengucapkan kata-kata kuno dari mantra 'Echoing Silence' yang hampir punah. Gelombang suara tak terdengar namun kuat menyebar dari tangan Rayden.
Kristal Ilusi bergetar hebat. Cahaya hijaunya meredup, dan seketika, ilusi tentara ganda Duke Veridian menghilang. Hanya tersisa sedikit prajurit yang nyata.
Pada saat yang sama, prisma gelap yang merupakan inti Sistem 'Eros' melepaskan denyutan terakhirnya dan terdiam.
[Sistem 'Eros': Kesalahan Fatal. Inti Utama Nonaktif Sementara. Proses Penghapusan: DIBEKUKAN. Status Misi: 100%.]
Elara merasakan dinginnya menghilang. Dia kembali merasa utuh dan kokoh.
"Tentara ilusi!" teriak Duke Veridian dengan panik. "Tentara ilusi saya ke mana?"
Rayden tersenyum, pedangnya sudah terangkat. "Mereka tidak pernah ada, Duke. Sekarang, mari kita urus tentara nyata Anda."
Pertarungan pun pecah. Rayden melawan Duke Veridian dengan sengit, sementara prajurit Duke dikalahkan oleh Elara yang menggunakan keberanian barunya dan beberapa batu dari lantai untuk mengalihkan perhatian mereka.
Akhirnya, Rayden berhasil melumpuhkan Duke Veridian. Mereka aman. Kudeta gagal.
Elara menatap Inti Sistem yang kini gelap dan diam. Rayden berjalan ke sisinya, memegang tangannya.
"Selesai?" tanya Rayden, napasnya terengah-engah.
"Ya," kata Elara, merasakan kehangatan di tangannya. "Sistemnya tidak hilang, hanya dibekukan. Bug itu... seharusnya masih ada. Tapi penghapusan sudah berhenti."
Rayden tersenyum, senyum tulus yang membuat Elara merasa bahwa semua kekacauan ini sepadan. "Aku bisa mendengarmu, Elara. Kau berpikir bug itu masih ada, dan kau senang karena aku selamat. Kita berhasil, Elara. Kita menyelamatkan kerajaan dan kau."
Elara membalas senyumnya. Mereka telah memenangkan pertarungan melawan takdir dan musuh politik. Sisanya, adalah untuk menghadapi konsekuensi dari kisah cinta yang jujur namun konyol ini.