Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sepertinya itulah pribahasa yang cocok menggambarkan seorang gadis cantik bernama Emila. Setelah hubungannya kandas karena kehadiran orang kedua, kini ia harus merasakan menjadi yang kedua pula untuk seorang pria yang sudah beristri karena mengandung anak dari pria itu setelah melewati malam panas dan ia dinyatakan mengandung.
Penawaran pernikahan sebagai bentuk tanggung jawab dari pria yang sudah menanamkan benih di rahimnya membuat Emila tak bisa menolak karena tidak ingin membuat ibunya malu dan akhirnya mendapatkan perlakuan buruk dari orang sekitarnya.
Bagaimana nasib Emila selanjutnya setelah menikah menjadi yang kedua sedangkan istri pertama pria tersebut tidak mengetahui pernikahan diam-diam mereka? Apakah istri pertama pria itu akan bersikap baik pada Emila atau justru sebaliknya setelah kebenaran itu terungkap mengingat istri pertama dari pria itu dinyatakan sulit memiliki seorang anak?
Yuk ikuti kisah Emila dan Arkana di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak ingin memberitahunya
Emila terus memperhatikan gerak-gerik Lady dari tempat ia berada. Lady dan pria tersebut terus bercerita dengan bertingkah mesra hingga membuat Emila menaruh rasa curiga kepada mereka. Emila yang tidak ingin ketahuan pun berpura-pura memilih kue basah yang ada di depannya.
Tak lama setelah mencuri dengar pembicaraan keduanya, mereka pun pergi meninggalkan Emila menuju ruangan yang tidak Emila ketahui ruangan apa itu.
"Tadi itu benar Nona Lady bukan?" Gumam Emila. Tak ingin terlalu larut memikirkan Lady dan pria yang bersama dengan Lady, Emila pun pergi ke arah kasir untuk membayar kue yang sudah ia pilih. Dan kali ini tentu saja Emila membayar tagihan kuenya menggunakan kartu yang diberikan Arkana kepadanya.
"Jika wanita tadi benar Nona Lady, kenapa dia terlihat akrab dan mesra dengan pria bernama Dandi itu?" gumam Emila sambil melangkah keluar dari dalam toko.
"Sudah beli kuenya?" Tanya Arkana setelah Emila masuk ke dalam mobilnya.
"Sudah." Jawab Emila singkat.
"Kenapa tidak diletakkan di kursi belakang saja kuenya. Jadi repot begitu kan jadinya." Protes Arkana melihat Emila yang menjadi kesusahan memangku plastik berisi kue yang ia beli.
"Kau benar. Kenapa tidak aku letakkan di belakang saja." Jawab Emila lalu memberikan plastik berisi kotak kue tersebut pada Arkana.
Arkana menerimanya lalu meletakkannya ke kursi belakang tanpa rasa berat hati.
"Apa tadi di dalam kau bertemu dengan Lady?" Tanya Arkana sambil melajukan mobilnya meninggalkan area toko yang menjadi tempat parkir mobilnya.
Emila diam dan berpikir apakah ia harus menjawab pertanyaan Arkana atau tidak. Emila pun memilih menggeleng karena jika ia menjawab pasti Arkana mempertanyakan sedang apa istrinya itu di dalam toko. Dan tidak mungkin Emila menjawab jika istrinya itu sedang berbicara dengan mesra dengan pria lain bukan?
Arkana pun hanya diam setelah Emila menjawab pertanyaannya. Mobil Arkana melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan yang cukup macet sore itu.
"Apa ada yang ingin dibeli lagi?" Tawar Arkana saat mobilnya kembali melewati deretan toko yang menjual makanan.
Tidak terdengar sahutan dari kursi sampingnya.
"Emil—" Arkana yang hendak kembali mempertanyakan hal yang sama pada Emila mengurungkan niatnya saat melihat Emila sedang tertidur.
"Astaga... mudah sekali wanita ini tidur." Gumam Arkana sambil menggelengkan kepalanya.
Tak ingin membuat Emila terganggu dalam tidurnya, Arkana memilih diam dan membiarkan wanita itu tidur hingga mobil miliknya sampai di kediaman Emila dan Bu Asma.
Arkana segera turun dari dalam mobilnya dan mengetuk pintu rumah Bu Asma. Tak lama Bu Asma nampak membukakan pintu untuk Arkana.
"Loh, Emilanya mana?" Tanya Bu Asma karena tidak melihat keberadaan putrinya.
"Emila tertidur di dalam mobil, Ma. Sepertinya dia kelelahan setelah seharian bekerja." Jawab Arkana.
"Lalu kenapa tidak dibangunkan saja?" Tanya Bu Asma bingung.
"Biarkan saja dia tertidur, Ma. Saya berniat menggendongnya masuk ke dalam kamar saja." Jawab Arkana.
Bu Asma mengangguk paham. "Baiklah, Mama akan membukakan pintu kamarnya." Ucap Bu Asma lalu masuk kembali ke dalam rumah untuk membuka pintu kamar Emila.
Arkana pun segera kembali ke arah mobilnya dan menggendong tubuh Emila dengan hati-hati keluar dari dalam mobil.
Seolah tidak merasa terganggu dengan pergerakannya, Emila tak terjaga dari tidurnya dan hanya menggeliat saja di dalam gendongan Arkana.
***