inilah kisah cinta perjalanan rumah tanggaku. yang awalnya begitu sangat indah dan sempurna di mataku kini berubah menjadi malapetaka. kehadiran mertuaku yang mendambakan sosok seorang cucu membuatku harus menerima cacian dan makian tiap harinya.
Hingga pada saat titik di mana mertuaku terus mendesak suamiku harus menikah lagi demi mendapatkan seorang keturunan. Hancur sudah hati yang selama ini aku jaga, hancur sudah rumah tangga yang di bangun kokoh dengan cinta karena kehadiran seorang wanita yang akan menjadi istri dari suamiku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Setelah di nyatakan sembuh. Kini Ramayani bisa di bolehkan pulang oleh dokter. Dan permintaan Ramayani kali ini, tidak untuk membawanya pulang ke rumah di mana Arini saat ini berada. Justru, Ramayani meminta kepada Agam agar mengantarnya untuk pulang ke kota halaman Maharani yang terbilang sangat jauh. Agam sudah memperingatkan, namun tetap saja Ramayani beralasan jika dirinya sudah sepenuhnya pulih dan ingin bertemu secara langsung dengan Maharani. Banyak kata yang ingin Ramayani sampaikan pada Maharani perihal sikap dirinya yang selama pada Maharani. Dan dengan keadaan terpaksa, Agam pun menyetujui permintaan ibunya dan membawa Ramayani ke kota tempat tinggal Maharani.
Agam terus saja melirik ponselnya. Pesan yang di kirim kepadan Maharani hanya di baca namun tidak ada balasan sama sekali. Dan juga, setiap Agam menghubungi Maharani tidak ada jawaban sama sekali. Dan mungkin ini sudah waktu yang tepat bagi Agam bertemu secara langsung kepada Maharani dan meminta maaf perihal sikapnya kepada Maharani. Perihal kesalahan-kesalahan yang telah ia perbuat kepada wanita yang berhasil membawanya sampai kepada titik tertinggi. Namun, kerena keserakahan dan butanya hati nurani sehingga Agam memilih jalan lain yang membawanya kembali ke titik dasar terendah.
"Bagaimana kabar Agra?" tanya Ramayani sambil melirik Agam yang saat ini tengah mengendarai mobil. Tatapan Agam tetap fokus menatap jalan raya.
"Dia baik-baik saja bu. Aku menyewa babysitter untuk mengasuhnya."
"Apa? Lalu apa yang Arini kerjakan? Kenapa dia sama sekali tidak menjaga Agam?"
"Dia sibuk bekerja bu."
"Sibuk? Alasan!" Cercah Ramayani lalu kembali manatap ke arah jalan. Kini hanya ada keheningan di antara anak dan juga ibunya. Jujur Arini sangat geram kepada sikap Arini yang terlihat manis di awal namun nyatanya semua hanya kebohongan semata. Ramayani sampai di buat terpukau dengan kebaikan Arini dengan loyalnya Arini yang selalu memberikan barang-barang padanya dahulu. Yang sangat berbeda jauh dengan Maharani. Namun ternyata semua hanya tipu daya sesaat yang di tunjukkan oleh Arini agar bisa merebut hatinya. Agar bisa menyetujui keinginan Arini untuk bisa memiliki Agam sepenuhnya. "Maafkan ibu nak." Lirih Ramayani yang sangat menyesali perbuatannya. Yang membawa anaknya pada kehancuran. Padahal dulu kehidupan anaknya begitu sangat bahagia dengan Maharani walau tanpa ada anak di antara mereka. Agam hanya tersenyum menanggapi ucapan ibunya. Mau marah untuk saat ini semua percuma. Karena nasi sudah terlanjur jadi bubur. Semua tidak akan bisa kembali pada hari kemarin. Dan juga sudah ada Agra yang telah hadir di dalam hidupnya.
Namun, jika masih di beri kesempatan. Agam ingin berharap lebih. Agar Maharani mau memaafkan dirinya dan kembali mau menerima dirinya menjadi pasangan. Agam ingin sekali rumah tangganya yang dulu bisa kembali seperti semula.
•••••
Maharani saat ini sedang duduk di kursi dan menatap pantulan banyanganya di cermin. Sungguh cantik. Riasan wajah yang tipis membuat aurah kecantikan Maharani keluar. Sehingga siapa saja yang melihatnya pasti langsung menatap takjub pada kecantikan Majarani.
Maharani tersenyum sambil mengusap perutnya. "Sayang, semoga ini awal yang indah bagi kita bersama." Gumam Maharani. Lalu kemudian Halisah masuk ke dalam kamar dan duduk tepat di samping Maharani. Halisah pun langsung menatap ke arah cermin. Halisah tersenyum.
"Kau sangat cantik nak." Kata Halisah sambil menggenggam kedua tangan Maharani. "Ibu harap kau akan hidup bahagia dengan Bastian, dan juga degan calon anak kalian."
"Ibu.." Lirih Maharani
"Jangan menangis. Sudah cukup air matamu selama ini sayang. Ingat, kau berhak hidup bahagia." Kata Halisah lalu memeluk tubuh Maharani dan mengusap pundak belakang Maharani. "Bastian, ibu yakin dia pria yang baik dan bertanggung jawab. Dan juga, dia memiliki ibu yang sangat luar biasa bijaksana." Halisah pun menitihkan air matanya tak kuasa menahan tangis. Dia yang justru melarang Maharani menangis, namun dia pula yang menangis. Sungguh Halisah berharap sang anak dapat bahagia dengan pilihannya saat ini.
"Ibu, kenapa menangis?" Tanya Maharani sambil melerai pelukan sang ibu dan menatap wajah ibunya. Jari jemari Maharani mengusap lembut air mata di pipi Halisah. "Maharani janji, akan hidup bahagia dengan pilihan Maharani kali ini."
••••
Agam menepikan mobilnya di pinggir jalan. Lalu keluar dari mobil memutari mobil dan membuka pintu mobil untuk sang ibu. Perjalanan yang cukup panjang membuatnya tiba tepat di sore hari. Saat Agam dan Ramayani berjalan memasuki blok rumah Maharani. Mereka berdua mengentikan langkahnya kala melihat dokorasi halaman rumah Maharani yang begitu cantik. Di penuhi oleh hiasan bunga putih.
"Apa ada acara?" tanya Ramayani.
"Mungkin pesta tentangga bu." Jawab Agam dan langsung melanjutkan langkahnya.
Tepat di depan pagar Maharani. Agam sontak berdiri mematung kala mendengar seorang lelaki yang dengan lantangnya mengucapkan janji suci pernikahan.
"Saya terima nikah dan kawinnya Maharani Putri dengan mas kawin tersebut di bayar tunai."
"Sah.." Serentak para tamu mengucapkan kata sah.
Kaki Agam seperti kehilangan kekuatan. Tubuhnya tiba-tiba bergetar. Harapan yang ia harapkan hanya tinggal harapan semata. Kini dirinya tidak bisa lagi hidup bersama dengan wanita yang ia cintai.
"Tidak! Tidak mungkin." Kata Agam. Sedangkan Ramayani langsung terjatuh pingsang saat mengetahui jika Maharani telah resmi menjadi istri dari seseorang.
..."Tamat"...
aduh...
tolong perbaiki lagi dan cari info lagi jangan asal nulis GK tau hukum bisa juga ntar orang pada meniru saat hamil di nikahi
kecuali author GK usah pakai ijab Kabul
mungkin beda tanggapan ku