NovelToon NovelToon
Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romantis / Epik Petualangan / Reinkarnasi / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nugraha

Cerita ini adalah kelanjutan dari Reinkarnasi Dewa Pedang Abadi.

Perjalanan seorang dewa pedang untuk mengembalikan kekuatannya yang telah mengguncang dua benua.

Di tengah upaya itu, Cang Yan juga memikul satu tujuan besar: menghentikan era kekacauan yang telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, sebuah era gelap yang pada awalnya diciptakan oleh perang besar yang menghancurkan keseimbangan dunia. Demi menebus kesalahan masa lalu dan mengubah nasib umat manusia, ia kembali melangkah ke medan takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 : Menunggu Kehadirannya

Wilayah Bintang Timur mulai dipenuhi ketegangan. Kompetisi antar sekte yang akan diadakan di Kekaisaran Bintang Tengah tinggal satu bulan lagi. Sekte Pedang Langit, salah satu sekte terkuat di wilayah Bintang Timu sudah mulai mempersiapkan murid-murid terbaiknya.

Di berbagai puncak sekte, para murid berlatih tanpa henti. Mereka yang terpilih untuk bertanding menjalani pelatihan ketat di bawah pengawasan para tetua. Namun, meskipun persiapan berjalan dengan baik, ada satu hal yang masih menggantung di hati banyak orang yaitu keberadaan Li Wei yang tidak diketahui.

Di sebelah utara Aula Utama, seorang wanita berdiri sendirian, ia sedang menatap langit yang luas dengan mata kosong. Angin pagi menerpa rambut panjangnya yang sehalus sutra, membuatnya terlihat seperti dewi yang turun dari langit.

Dia adalah Tian Qing, Putri Sekte Pedang Langit. Aura yang dipancarkannya luar biasa. Keanggunannya tak tertandingi, namun ada kesedihan yang samar di matanya.

Tiba tiba suara langkah kaki mendekat.

Seorang pria paruh baya dengan wajah berwibawa berjalan perlahan ke arahnya. Dia adalah Tian Ling, Pemimpin Sekte Pedang Langit sekaligus ayahnya.

"Qing'er," suara Tian Ling terdengar lembut namun penuh ketegasan,

"Sudah beberapa bulan sejak Li Wei menghilang. Kau seharusnya tidak boleh seperti ini terus."

Tian Qing masih tetap diam, matanya masih menatap langit.

"Sekte Pedang Langit menaruh harapan besar padamu untuk kompetisi ini. Kau adalah murid terkuat kita. Jangan biarkan emosimu menghalangi takdirmu."

Keheningan terjadi sesaat.

Akhirnya, Tian Qing menjawab dengan suara pelan, "Baiklah Ayah."

Tian Ling menatapnya sejenak sebelum menghela napas. Ia tahu putrinya masih belum bisa melepaskan perasaan terhadap Li Wei.

Jauh di puncak lain, seorang wanita berdiri di atas sebuah bukit yang menghadap ke gubuk kecil. Mei Lan, seorang murid berbakat dengan kecantikan yang tidak kalah dari Tian Qing.

Namun, selama beberapa bulan terakhir, semangatnya dalam berlatih menurun drastis.

Hatinya benar benar gelisah.

Ia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali bertemu Li Wei.

"Kenapa kau meninggalkanku?" Mei Lan menggigit bibirnya, rasa frustasi menyelimuti dirinya.

Tangan kanannya menggenggam pedang, namun pedang itu terasa lebih berat dari biasanya. Semangat bertarung yang dulu menyala-nyala dalam dirinya kini meredup.

Angin sepoi-sepoi berhembus melewati bukit, membawa kenangan yang semakin sulit untuk ia lupakan.

"Li Wei... Dimana kau sekarang?"

Di sisi lain Puncak Air Jernih, Yue Ling duduk termenung di tepi sebuah kolam jernih. Cahaya bulan memantul di permukaan air, menciptakan pemandangan yang tenang namun memilukan.

Di sampingnya, seorang wanita cantik dengan aura anggun berdiri.

"Junior Yue, kau masih memikirkan Junior Li?" suara lembut wanita itu terdengar.

Yue Ling menghela napas panjang. "Aku... Aku bahkan masih tidak percaya dengan berita itu."

Wanita di sampingnya menatap Yue Ling dengan mata penuh simpati.

Yue Ling mengepalkan tangannya. "Jika saja aku bisa melakukan sesuatu..."

Kesunyian menyelimuti mereka.

Li Wei telah menghilang, tapi kenangan tentangnya masih tertinggal di hati banyak orang.

Di luar Hutan Kalajengking Hitam, dua sosok berdiri dengan ekspresi penuh keraguan.

Xue Er dan Mu Hongjun telah menunggu selama berhari-hari. Mereka tidak berani memasuki hutan yang terkenal dengan bahaya mematikan itu. Xue Er sudah melihat sendiri betapa mengerikannya makhluk-makhluk di dalam sana, dan dia tahu bahwa masuk kembali ke dalamnya adalah hal yang mustahil.

Namun, penantian yang panjang tanpa hasil mulai membuat mereka putus asa.

Mu Hongjun menghela napas panjang, lalu menoleh ke putrinya.

“Putriku, aku rasa orang yang kau tunggu benar-benar tidak akan kembali...”

Suara ayahnya terdengar berat, tetapi juga penuh kepastian.

Xue Er menggigit bibirnya, matanya yang indah menatap hutan lebat di hadapannya. Dia tidak ingin menyerah, tetapi kenyataan perlahan-lahan mulai mengikis harapannya.

Tanpa berkata apa pun, dia akhirnya menghela napas pelan, berbalik dan melangkah mengikuti ayahnya.

Satu langkah…

Dua langkah…

Begitu dia hendak mengambil langkah ketiga...

BOOM...

Fluktuasi energi yang luar biasa meledak dari dalam hutan.

Angin kencang berhembus deras, menekan dedaunan dan mengguncang pepohonan. Aura kuat yang hampir menyesakkan menyelimuti seluruh area.

Xue Er dan Mu Hongjun terkejut.

Mereka berdua spontan berhenti dan menoleh ke arah hutan dengan mata melebar.

Dari dalam kabut tebal, sesosok perlahan muncul.

Sosok itu berjalan santai, rambut putihnya berkibar di bawah sinar matahari. Pakaian putih kebiruannya memancarkan kesan elegan sekaligus penuh kewibawaan. Namun yang paling mencolok adalah pedang yang tergantung di punggungnya, memancarkan cahaya samar seolah memiliki kekuatan yang luar biasa.

Xue Er membelalakkan matanya. Hatinya berdegup dengan kencang.

“Ayah… itu… itu Senior Li Wei!”

Tangannya sedikit gemetar saat menunjuk ke arah sosok tersebut.

Mu Hongjun juga melihatnya, wajahnya berubah penuh keterkejutan.

“Benarkah itu dia…?” gumamnya tak percaya.

Di kejauhan, sosok yang baru keluar dari hutan itu berdiri tegap, lalu merenggangkan otot-ototnya. Ekspresi wajahnya santai seolah baru bangkit dari kematian.

Dia memejamkan mata sejenak lalu menarik napas panjang.

“Akhirnya aku bisa menghirup udara segar lagi!”

Tiba-tiba, dia tertawa keras.

“Hahaha!”

Suaranya bergema di sekitar hutan.

Namun, tawa itu terhenti saat dua orang mendekatinya dengan cepat.

Xue Er dan Mu Hongjun langsung melesat ke arahnya.

Xue Er hampir tidak bisa menahan emosinya. Dadanya naik turun, dan hatinya masih berdebar kencang.

Cang Yan, yang baru saja menikmati kebebasannya setelah satu bulan berada dalam Hutan Kalajengking Hitam, terkejut ketika melihat dua sosok mendekatinya.

Matanya menyipit sedikit, mengamati dengan saksama sebelum akhirnya menyadari siapa mereka.

"Xue Er...?" suaranya terdengar ragu. "Sejak kapan kamu ada di sini?"

Dia kemudian menoleh ke samping dan melihat pria paruh baya yang berdiri di sebelah Xue Er. Wajahnya yang penuh wibawa dan tubuhnya yang tampak lebih sehat dari sebelumnya langsung membuatnya bertanya,

"Paman... Apa Paman sudah berhasil menghilangkan racun di tubuh Paman?"

Mu Hongjun tersenyum tipis, tetapi sebelum dia menjawab, Xue Er sudah lebih dulu berbicara.

"Senior, aku sudah berhari-hari menunggu di sini... Bahkan hampir satu bulan, dan senior tidak juga keluar dari hutan ini."

Suaranya terdengar sedikit bergetar, seolah masih tidak percaya bahwa pria di depannya ini benar-benar selamat.

"Setelah ayah pulih dari racun, aku dan ayah berencana mengunjungi hutan ini lagi. Tapi, karena kami tidak berani memasukinya, kami hanya bisa menunggu di luar."

Dia berhenti sejenak, menatap wajah Li Wei yang tampak berbeda namun tetap memiliki aura yang sama.

Cang Yan terdiam.

Meskipun ekspresinya tetap tenang, ada sedikit kehangatan yang melintas di matanya. Dia tidak menyangka mereka benar-benar menunggunya selama ini.

Sementara itu, Mu Hongjun menatap pria muda di hadapannya dengan penuh rasa hormat.

Di dalam hatinya, dia sangat berterima kasih kepada Cang Yan. Jika bukan karena pemuda ini, dia mungkin tidak akan pernah terbebas dari racun yang telah menyiksanya selama bertahun-tahun.

Senyum kecil akhirnya terukir di wajahnya.

Cang Yan menarik napas dalam dalam, lalu berbicara dengan nada yang lebih santai.

"Paman, Xue Er...Apakah lebih baik kita berbicara di tempat yang lebih aman. Tidak baik berlama-lama di sini."

Xue Er yang sebelumnya masih tegang, akhirnya tersenyum lembut. Ada kegembiraan dalam hatinya melihat pria di depannya ini masih hidup dan selamat dari bahaya Hutan Kalajengking Hitam.

"Baiklah!" katanya dengan penuh semangat.

Dengan cepat, ketiga sosok itu langsung melesat ke udara, terbang dengan kecepatan tinggi menuju tempat tinggal Xue Er dan Mu Hongjun.

Angin bertiup kencang membawa ketiganya menjauh dari hutan berbahaya itu.

Sementara di kota kekaisaran mulai ramai, para tamu dari sekte besar dan klan besar sudah mulai berdatangan.

1
Nanik S
bukankah Li Wei ada ditempat yang sama... kenapa tak ada yuh menyadari
Celestial Quill: harus di baca dulu bagian terakhir dari reinkarnasi dewa pedang abadi🤭
total 1 replies
Nanik S
Li Wei ternyata banyak gadis yang menunggu... gawat
Nanik S
lanjutkan Tor dan makin bagus
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Dominan Pedang
Nanik S
Laaaanhut
Nanik S
Teman makan teman
Nanik S
Good Joob
Nanik S
Beri saja Teknik dari langit
Nanik S
Siapa suruh mau membantu
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Cuuuuuus
Nanik S
Teruskan Tor
Nanik S
Mcnya kenapa begitu saja mau
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya menarik sekali
Nanik S
Lanjut terus
Nanik S
Ceritanya Bagus Tor
Green Boy
Seru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!