Alexius tiba-tiba melamar seorang artis bernama Lily hanya untuk memiliki keturunan. Lily terpaksa menerima lamarannya demi sejumlah uang yang dia tawarkan. Namun siapa sangka dia terjebak dalam perasaan cinta pada laki-laki dingin dan angkuh itu. Meskipun Alexius hanya memanfaatkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andropist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
“Aku pulang.” Ucap Kai sambil membuka pintu.
Lily langsung menghampiri Kai.
“Astaga! Apa yang terjadi dengan wajahmu?” Tanya Lily dengan kaget melihat Kai yang keningnya berlumuran darah dan kemejanya yang kotor.
“Ceritanya panjang.” Jawab Kai.
“Yasudah, kalau begitu aku akan membersihkan dan mengobati lukamu.” Ucap Lily.
“Ya, terima kasih.” Mereka pun masuk ke dalam. Kai duduk di sofa depan tv sementara Lily tengah mengambil kotak obat. Tak lama kemudian Lily datang membawa kotak obat.
Lily kemudian mulai membersihkan luka Kai dengan pelan dan lembut. Kai terus mengeluh kesakitan.
“Auch! Pelan-pelan.” Ucap Kai sambil meringis.
“Iya, ini juga sudah pelan. Memang agak sakit sedikit tapi jika tidak dibersihkan akan lebih parah.” Jawab Lily sambil membersihkan luka Kai dengan kapas yang dilumuri antiseptik.
“Aku akan mengolesi obat merah di sekitar luka jadi tahanlah sedikit ya. jika teramat sakit maka gigit saja kain ini oke.” Ucap Lily sambil memberikan selembar kain pada Kai.
“Baiklah, aku siap.” Kai langsung mengigit kain itu. Lily mulai mengobati luka Kai.
“Arrrrggghh!” Kai menjerit kesakitan.
“tahanlah, sedikit lagi.” Ucap Lily dengan merasa tak enak.
Ia lalu membalut luka Kai dengan kain kasa.
“Sudah selesai.” Ucap Lily dengan lega.
“Ah...kepalaku jadi pusing.” Gumam Kai.
“Apa kau mengalami benturan di kepala? Jika dalam beberapa jam selanjutnya kau mengalami gejala mual atau muntah atau bahkan pingsan maka kita harus segera melarikanmu ke rumah sakit.” Jelas Lily.
“Bagaimana kau mengingat hal itu?” Tanya Kai.
“Entahlah, aku hanya membaca apa yang ada di kepalaku.” Jawab Lily.
“Aku mengalami benturan, tapi tidak terlalu keras. Syukurlah jika kau mulai mengalami kemajuan dalam daya ingatanmu.” Jawab Kai.
“Bersihkanlah dirimu dan ganti dengan piyama lalu kembali ke sini, aku sudah menyiapkan makan malam untukmu.” Jawab Lily.
“Wah, kau tahu saja aku belum makan. baiklah, aku akan bersih-bersih dengan cepat.” Kai langsung bangkit dan pergi ke kamarnya. sementara Lily menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.
Beberapa saat kemudian Kai kembali dan makan malam juga sudah siap. Mereka langsung saja makan malam.
“Setelah makan kau mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi padamu?” Tanya Lily sambil menyendok makanannya.
“Ya, tentu.” Jawab Kai.
Mereka pun kembali makan malam dengan fokus.
Usai makan, mereka berdua pindah ke sofa depan tv. Lily emenyenderkan kepalanya ke bahu Kai sambil nonton tv. Mereka menikmati malam yang begitu santai.
“Jadi apa yang sebenarnya terjadi padamu?” Tanya Lily.
“Huft....”Kai menarik nafas dengan berat.
“Jadi tadi pagi sekertarisku memberi tahu bahwa ada undangan kunjungan ke PT yang letaknya di sebrang kota. Aku sudah curiga, menhgapa begitu mendadak. Tapi bodohnya aku menyetujuinya begitu saja. Selepas meeting aku langsung mengunjungi PT itu.”
“Sialnya, ternyata itu sebuah jebakan. Saat di jalan ada segerombolan mafia yang mengejar-ngejar kami. Hingga mengakibatkan aku memacu mobilku dengan cepat lalu tergelincir ke bibir jurang yang ada di pinggir jalan yang kami lewati saat itu.”
“Untungnya aku dan sekertaris berhasil menyelamatkan diri, walau mobilku berakhir terjatuh ke jurang. Aku pulang diantar oleh petugas dari perusahaanku, sekertaris yang menelponnya. Tadinya aku disuruh untuk dibawa ke rumah sakit tapi aku menolaknya, toh lukaku juga tidak parah.” Jelas Kai.
“Bagaimana bisa ada undangan palsu yang masuk ke alamat E-mail perusahaanmu? Apa kau tahu siapa pelakunya?” Tanya Lily dengan ekspresi terkejut bercampur penasaran.
“Sayangnya aku belum berhasil mendapatkan bukti. Gerombolan mafia itu pasti bukan pelaku utamanya. Aku yakin ada seseorang yang menjadi dalang dibalik kejadian tadi. Tapi....”Kai menghentikan pembicaraanya.
“Tapi apa?” Lily semakin penasaran.
“Aku rasa aku tahu siapa pelakunya.” Jawab Kai.
“Siapa?” Tanya Lily.
“Nenek dan paman tiriku.” Jawab Kai dengan tatapan yang tajam.
“Apa?” Lily kaget.
“Ya, tidak salah lagi. Pasti mereka. Apa kau tahu? nenek sudah keluar dari penjara rumah sakit jiwa. Kabarnya ia kabur, aku yakin pasti Paman yang membantunya. Mereka saat ini tengah merancang siasat untuk melenyapkanku. Sama seperti waktu itu, mereka mencoba menyakitimu, membunuh kakek dan nenekku dan kedua orang tuaku.” Jelas Kai.
Lily terdiam mendengarkan penjelasan dari Kai. Ia tak percaya jika ternyata konflik yang terjadi di keluarga Kai begitu panas dan sadis.
“Aku....” Lily mulai berbicara.
“Aku tampaknya mengingat beberapa potong kejadian waktu itu.” Ucap Lily dengan ragu.
“Kejadian yang mana?” Tanya Kai.
“Kejadian di tangga waktu itu. Itu sering muncul dalam mimpiku. Aku kira itu hanya mimpi buruk.” Jawab Lily.
“itu berarti kau mengingatnya. Coba jelaskan padaku.” Ucap Kai tyang langsung melupakan perbincangan soal kecelakaan tadi.
“Aku...ingat nenek...menarikku. dia menarik dengan sangat kencang. Matanya begitu melotot, membayangkan wajahnya...aku begitu takut. Lalu setelah itu...yang aku ingat hanya aku terjatuh di tangga. Begitu kencang sehingga rasanya aku masih bisa merasakan bagaimana sakitnya hal itu.” Jawab Lily dengan bergidik ketakutan.
“bagus Lily. Bagus sekali. Semakin kau mengingat semakin bagus. Itu akan membuat nenek dan paman bisa dijebloskan ke penjara atau bahkan dihukum mati. Tapi kita perlu bukti atau saksi yang lebih banyak. Mengingat kejahatan yang telah mereka lakukan terhadap keluargaku begitu besar. Kau mau membantuku dalam kasus ini?” Tanya Kai dengan serius.
“Emmm....” Lily bingung. Ia menatap wajah Kai yang penuh harap padanya.
“Baiklah. Akau mau.” Jawab Lily.
“Terima kasih banyak Lily.” Ucap Kai sambil memeluk Lily.
Mereka pun saling berpelukan. Kai tampak terharu hingga matanya berkaca-kaca.
“Oh ya. tadi manager dan istrinya ke sini.” Ucap Lily sambil melepaskan pelukan Kai.
“Oh ya? apa dia benar-benar manager? Jangan-jangan bukan. Sudah kubilang untuk tidak menerima tamu sembarangan Lily. Kau tahu kan bahaya tengah mengincar kita?” Ucap Kai.
“Iya aku tahu. tapi ini benar-benar manager sungguhan. Kalau tidak percaya nih aku tunjukkan fotonya.” Lily mengambil ponselnya lalu menunjukkan sebuah foto yang ada di galeri ponselnya.
“Kau lihat sendiri kan? Ini manager.” Ucap Lily sambil menunjukkan foto itu ke Kai.
“Ya, itu benar-benar manager. Bagaimana dia bisa tahu alamat rumah kita yang baru?” Tanya Kai.
“Aku yang memberikannya. Jadi awalnya manager menelpon ke telpon rumah kita. dia menanyakanmu. Dan dia bilang kalau dia dapat nomor itu dari ibuku. Manager bertemu dengan ibu secara kebetulan beberapa hari yang lalu.” Jelas Lily.
“Oh, begitu. Lalu manager dan istrinya bicara apa saja denganmu?” Tanya Kai sambil menyelonjorkan kakinya.
“Banyak sekali. Masakan favoritku, masa-masa idol, dan lain-lain.” Jawb Lily.
“Masa-masa idol? Apa kau mengingat sesuatu dari cerita manager?” Tanya Kai dengan penasaran.
“Ya, setelah mendengar banyak cerita tentang masa-masa idolku, aku jadi ingat satu peristiwa. Debut pertamaku. Entah mengapa dari sekian banyak memori yang aku buat selama menjadi idol hanya itu yang mampu aku ingat dengan baik.” Jawab Lily.
“Mungkin karena memori itu begitu berkesan di hidupmu. Sama halnya dengan memori malam pertama kita. dari banyak memori yang telah kita buat, hanya memori tentang malam pertama yang gagal yang kau ingat.” Jawab Kai dengan terkekeh.
maaf nih🙏🙏ini hanya pemikiran Q sj sbg pembaca😁😁😁🙏🙏
lajut rhor💪