NovelToon NovelToon
KAISAR DEWA SEMESTA

KAISAR DEWA SEMESTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Fantasi Timur / Romansa Fantasi / Identitas Tersembunyi / Perperangan / Penyelamat
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Long Zhu, Kaisar Dewa Semesta, adalah entitas absolut yang duduk di puncak segala eksistensi. Setelah miliaran tahun mengawasi kosmos yang tunduk padanya, ia terjangkit kebosanan abadi. Jenuh dengan kesempurnaan dan keheningan takhtanya, ia mengambil keputusan impulsif: turun ke Alam Fana untuk mencari "hiburan".

Dengan menyamar sebagai pengelana tua pemalas bernama Zhu Lao, Long Zhu menikmati sensasi duniawi—rasa pedas, kehangatan teh murah, dan kegigihan manusia yang rapuh. Perjalanannya mempertemukannya dengan lima individu unik: Li Xian yang berhati teguh, Mu Qing yang mendambakan kebebasan, Tao Lin si jenius pedang pemabuk, Shen Hu si raksasa berhati lembut, dan Yue Lian yang menyimpan darah naga misterius.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Perahu Daun dan Pelajaran Ubi

Keheningan.

Perahu giok itu meluncur menembus hutan lebat dengan kecepatan yang absurd. Pepohonan besar yang telah berdiri selama ratusan tahun membengkokkan batang dan dahan mereka, menyingkir dengan hormat untuk memberi jalan. Tidak ada suara gesekan, hanya siulan lembut angin. Cahaya hijau giok dari perahu itu menerangi hutan kuno, membuatnya tampak seperti alam mimpi.

Di dalam perahu, tidak ada yang bergerak.

Li Xian duduk di geladak, mulutnya masih sedikit ternganga. Dia mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Tombak es Ranah Raja... dihancurkan oleh sebungkus ubi. Perahu yang terbuat dari sehelai daun. Dan serangan gabungan... dilenyapkan oleh uapan.

Mu Qing berdiri kaku di buritan, memegang erat cangkir porselen yang kini menjadi tanggung jawabnya. Wajahnya pucat pasi. Dia adalah murid elit dari Sekte Es Abadi. Dia tahu apa yang dia lihat. Itu bukan Qi. Itu bukan teknik. Apa yang dilakukan Zhu Lao adalah... perintah. Dia memerintahkan serangan itu untuk lenyap. Dia telah melihat Hukum Dao yang mendasarinya. Utang lima belas peraknya kini terasa seberat seluruh alam semesta.

Tao Lin, sebaliknya, berada dalam ekstasi spiritual. Dia tidak duduk. Dia berlutut di geladak, tangannya menelusuri ukiran alami di perahu giok itu. Air mata mengalir di wajahnya.

"Sempurna..." bisiknya. "Tidak ada pahatan. Ini adalah manifestasi murni dari Dao Kehidupan... setiap urat di daun adalah meridian yang mengalirkan Energi Asal Mula... Ini... ini adalah keajaiban!"

Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Shen Hu. Dia duduk di tengah, sudah membuka ranselnya.

"Oh, bagus," katanya lega, mengeluarkan ubi yang sedikit memar. "Kukira akan hancur semua. Ternyata hanya satu yang penyok. Benda es itu cukup rapuh, ya?"

Pernyataan polos itulah yang akhirnya memecah keheningan.

Li Xian akhirnya menoleh ke Zhu Lao. Sang Kaisar Dewa berdiri di haluan, jubah hitamnya berkibar pelan, rambutnya yang sempurna tidak kusut sedikit pun. Dia tampak seperti sedang menikmati pemandangan yang lewat.

"Zhu Lao..." Suara Li Xian bergetar. "Tadi... tadi itu... apa?"

Zhu Lao menoleh, wajahnya yang tampan menunjukkan sedikit kejengkelan. "Apa maksudmu 'apa'? Kita sedang melarikan diri. Aku benci berlari. Membuatku berkeringat."

"Bukan!" kata Li Xian, frustrasi. "Maksudku... mereka! Serangan mereka! Kau... kau menguap!"

"Dan?"

"Dan... serangannya lenyap!"

Zhu Lao tampak berpikir sejenak. "Ah, itu. Kurasa napas pagiku tidak enak. Aku makan terlalu banyak bakpao berminyak."

"Leluhur!" Tao Lin tiba-tiba berseru, merangkak maju. "Mohon jangan merendahkan diri Anda untuk kami yang bodoh ini! Itu... itu adalah Harmoni Dao! Anda tidak menghancurkan sihir es mereka. Anda membatalkannya! Anda mengembalikan hukum mereka kembali ke ketiadaan!"

Zhu Lao menatap pemandu anggurnya yang fanatik itu. "Kau terlalu banyak membaca, Tao Lin. Itu hanya udara panas. Es tidak suka udara panas. Pelajaran yang sangat mendasar. Sekarang berhentilah menangis di perahuku, kau membuatnya licin."

Dia menoleh ke Shen Hu, yang sedang mengunyah ubi yang memar. "Tapi kau, Shen Hu."

"Ya, Zhu Lao?" (Mulutnya penuh).

"Kerja bagus dengan ransel itu," kata Zhu Lao.

Wajah Shen Hu bersinar. "Terima kasih! Aku akan pastikan ubi berikutnya tidak memar!"

"Bukan itu," kata Zhu Lao. "Meskipun itu juga penting. Kau baru saja mengajari mereka pelajaran yang sangat berharga."

Li Xian, Mu Qing, dan Tao Lin mencondongkan tubuh ke depan. Sebuah pelajaran dari Leluhur.

Zhu Lao menatap Shen Hu. "Kau tahu kenapa ransel ubimu mengalahkan tombak es itu?"

Shen Hu berpikir keras. "Karena... ubiku... lebih keras?"

"Bukan," kata Zhu Lao. "Karena niatmu murni. Tetua itu," dia melambaikan tangan ke belakang, "menyerang dengan kesombongan, kemarahan, dan kerumitan. Dia menggunakan teknik mewah dan sihir Ranah Raja. Dia terlalu banyak berpikir."

"Kau," Zhu Lao menunjuk Shen Hu, "hanya punya satu pikiran."

"Memukul benda runcing itu?" tanya Shen Hu.

"Tepat," kata Zhu Lao. "Kau hanya ingin melindungi ranselmu dan mungkin aku, secara tidak sengaja. Niatmu sederhana, murni, dan tidak terbagi. Di hadapan niat yang murni, teknik yang rumit hanyalah pertunjukan yang rapuh. Benda terkuat di alam semesta bukanlah baja dewa atau sihir kuno. Benda terkuat adalah pikiran yang tahu tepat apa yang diinginkannya. Seperti kau yang menginginkan ubi."

Li Xian dan Mu Qing merenungkan kata-kata itu. Niat murni...

"Sekarang," kata Zhu Lao, "aku sudah lelah dengan perahu ini."

Perahu giok itu tiba-tiba melambat. Hutan lebat di sekitar mereka menipis. Mereka meluncur ke tempat terbuka yang luas—sebuah dataran tinggi berkabut yang terletak di antara tiga puncak gunung raksasa. Tempat itu terpencil, sunyi, dan dipenuhi dengan Qi spiritual yang padat dan murni yang belum pernah dirasakan Li Xian sebelumnya.

Perahu itu berhenti di tengah padang rumput yang lembut.

Zhu Lao melangkah turun. Begitu kakinya menyentuh tanah, perahu giok sepanjang tiga puluh kaki itu bergetar, menyusut dalam sekejap, dan kembali menjadi sehelai daun willow biasa, yang melayang dengan anggun ke telapak tangannya.

Dia menyelipkan daun itu ke lengan jubahnya.

Keempat muridnya turun, melihat sekeliling dengan takjub. Mereka berada... di antah berantah.

"Kita... di mana ini, Zhu Lao?" tanya Li Xian.

Zho Lao menghirup udara pegunungan yang segar. "Aku tidak tahu. Tapi aku lelah berjalan. Dan aku sudah bosan dikejar-kejar."

Dia menunjuk ke dataran luas di depan mereka, yang menghadap ke jurang yang diselimuti awan.

"Tempat ini sepertinya cukup tenang. Pemandangannya lumayan. Dan yang terpenting," dia berjongkok dan mengambil segenggam tanah, mengendusnya, "tanahnya bagus untuk menanam teh."

Dia berdiri dan menepuk-nepuk tangannya yang bersih.

"Bagus," katanya. "Kita akan membangun rumah di sini."

"Membangun... rumah?" tanya Mu Qing, tidak yakin dia mendengar dengan benar.

"Tentu saja," kata Zhu Lao, berjalan menuju tepi jurang. "Bagaimana lagi aku bisa mendapatkan dapur yang layak?"

1
Yanka Raga
ttap extra semangaaat yaa💪
Yanka Raga
oke Thor 👍👌
Yanka Raga
😎😍
Yanka Raga
😍😎
Yanka Raga
😎😍
Yanka Raga
😍😎
Yanka Raga
awal dari usaha tekad yg kuat
😍💪
Yanka Raga
🤩😎
Yanka Raga
truslah pd tekad yg kuat Li Xian
💪
Yanka Raga
😎🤩
Yanka Raga
🤩😎
Yanka Raga
😎🤩
Yanka Raga
huahaaa , , , kutivator puncak tertinggi tersedak rasa cabai 🤭
Yanka Raga
cabe2an kaliee 😆🤭
Yanka Raga
🤩😎
Nanik S
Alur dan cerita yang bagus
Nanik S
Gurunya keren sekali
Nanik S
Li Xian Koki dapur yang Gagal
Nanik S
Sop nya lembek Li Xian.. 🤣🤣🤣
Nanik S
Siapa suruh menunda sarapan Zhu Lao... tanggung sendiri akibatnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!