NovelToon NovelToon
Mimpi Aqila

Mimpi Aqila

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda
Popularitas:301
Nilai: 5
Nama Author: Ai_va

" Aku akan membiayai sekolahmu sampai kamu lulus dan jadi sarjana. Tapi kamu harus mau menikah denganku. Dan mengasuh anak-anak ku. Bagaimana?

Aqila menggigit bibir bawahnya. Memikirkan tawaran yang akan diajukan kepadanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ai_va, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TRAUMA

*BRAAAKK*

Pintu terbuka. Eka yang hendak memalingkan wajahnya ke arah pintu, secara tiba-tiba mendapatkan pukulan bertubi-tubi. Abizam seperti kesetanan memukuli Eka. Aqila hanya melihat saja dan sama sekali tidak ada keinginan untuk mencegah. Agatha memeluk Aqila. Sedangkan Galih berusaha melerai Abizam, tetapi kekuatannya tidak sebanding dengan Abizam yang tinggi besar.

"Lepaskan Bi!!!! Biar aku yang urus. Kamu urus Mala!!!"

Ryan yang entah dari mana tiba-tiba datang dan menjauhkan Abizam yang memukuli Eka. Seakan tersadar, Abizam melepaskan Eka dan mendekati Aqila.

"Qila.... Sayang..."

Aqila tersentak saat Abizam menyentuhnya.

"Lepaskaaan!!! Lepaskaaann!!"

Aqila menolak disentuh oleh Abizam. Abizam merasa sedih dengan keadaan Aqila.

" Qila ..... Ini kakak sayang."

"Lepaskan Qila!! Jangan sentuh Qila!!!"

Tangan Abizam mengepal erat. Terasa sesak di dada melihat Aqila seperti itu.

"Om Abi. Biar Manda aja."

Abizam menyerahkan Aqila kepada Amanda.

"Qila...hei... Qila...ini Manda. Masih ingat aku kan??"

Amanda menepuk-nepuk pipi Aqila dan Aqila pun seakan tersadar dia langsung memeluk Amanda.

"Bawa Qila ke rumah sakit Bi."

"Iya."

Abizam melepaskan jaketnya. Memberikan kepada Amanda untuk dikenakan ke Aqila. Amanda pun mengenakan jaket Abizam yang besar ke tubuh mungil Aqila. Pakaian Aqila sudah robek di beberapa bagian. Sampai pakaian dalamnya pun kelihatan. Amanda dibantu oleh Agatha membawa Aqila ke mobil Abizam. Abizam duduk di depan. Agatha dan Amanda menemani Aqila. Abizam sesekali melihat ke arah spion mobilnya untuk melihat keadaan Aqila. Di tengah perjalanan, secara tiba-tiba Aqila pingsan. Abizam pun melajukan mobilnya semakin kencang dan tidak lama kemudian mereka sudah sampai di rumah sakit. Aqila langsung ditangani oleh dokter jaga. Abizam menunggu didepan IGD bersama Agatha dan Amanda. Tidak berapa lama kemudian dokter jaga pun menemui Abizam.

"Tidak ada luka yang serius. Hanya luka ringan. Tapi sepertinya pasien pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Jadi pasien shock membuat tidak sadarkan diri. Setelah pasien sadar boleh di bawa pulang."

"Terima kasih Dok."

Dokter pun meninggalkan Abizam. Abizam masuk menemui Aqila yang masih terbaring di atas bankar. Abizam memegang tangan Aqila dan menciuminya.

"Maafkan kakak. Kakak nggak tahu lagi kalau kakak terlambat sedikit."

Handphone Abizam berdering. Sebuah panggilan masuk dari orang tua Aqila.

"Iya ayah."

"Apa yang terjadi?? Amanda memberitahu aku kalau Aqila hampir di lecehkan di kampusnya."

"Iya yah. Maaf kan Abi yang tidak bisa menjaga Aqila. Akan Abi urus semuanya."

"Keadaan Nirmala bagaimana?? Dia baik-baik saja kan?"

"Kata Dokter, Aqila shock. Dan dia masih belum sadarkan diri. Tapi semua baik-baik saja."

"Kabari kami untuk perkembangannya."

"Iya ayah. Akan Abi jaga Aqila."

Di saat panggilan berakhir, Abizam melihat pergerakan tangan Aqila. Abizam pun langsung mendekati Aqila.

"Qila..."

Aqila masih menatap datar ke arah Abizam. Seolah-olah Aqila tidak mengenali Abizam.

"Qila...ini kakak.. kamu lupa sama kakak??"

Aqila masih terdiam.

"Kita pulang yuk. Leon sudah menunggu kita di rumah."

"Leon??"

"Iya Leon. Ayo kita pulang ya."

Menyebut nama Leon membuat Aqila sedikit tersadar. Aqila menurut saat Abizam membantu bangun dari atas bankar. Pelan-pelan Abizam menggendong Aqila.

"Kita temui Leon ya. Leon sudah nunggu di rumah."

Aqila hanya menganggukkan kepalanya. Di depan sudah ada Ryan dan Galih bersama Amanda dan Agatha.

"Qila nggak apa-apa Om??"

"Hanya shock saja. Yan,aku minta tolong minggu ini Leon biar di rumah. Sepertinya kehadiran Leon bisa mengalihkan dia dari rasa traumanya."

Ryan memahami maksud Abizam. Dia pun menganggukkan kepalanya. Tadi sore rencananya Abizam akan mengantarkan Leon ke tempat Ryan. Tapi Leon yang pergi bersama mamanya arisan menolak pergi sore itu. Rencananya sepulang dari Ryan menjemput Amanda, dia akan menjemput Leon juga.

"Kamu antarkan Agatha pulang. Kasihan kalau perempuan pulang sendiri. Ini udah malam."

"Agatha biar sama saya saja. Kami harus kembali ke kampus juga. Nanti saya akan temani Agatha pulang."

"Oke. Terima kasih."

Amanda dan Ryan mengikuti Abizam dan Aqila ke rumah Abizam. Aqila yang tertidur selama di perjalanan, membuat Abizam menghela nafas lega. Setibanya di rumah, Abizam menggendong Aqila masuk ke kamarnya. Abizam juga yang mengganti baju Aqila. Setelah itu dia menyelimuti Aqila. Kedua orang tua Abizam berada di ruang keluarga dengan Amanda dan Ryan. Mereka menjelaskan kronologi kejadiannya.

"Bagaimana dengan lelaki itu??"

"Dia anak dari Raharja. Pesaing bisnis mu. Pengacaranya langsung datang tadi. Mereka melaporkan mu balik dengan kasus penganiyaan."

"Aku nggak takut. Aku akan melawan balik. Hasil visum Aqila keluar besok. Aku akan menjadikannya bukti."

"Konyolnya dia bilang Aqila yang menjebak dan menggodanya. Beruntung Galih mengatakan tentang cctv yang ada di koridor kampus. Aku segera mengamankan cctv itu dan aku lihat bagaimana dia menarik Aqila dan membawanya ke ruangan itu. Akan sangat mudah mengalahkan mereka. Aku sudah sertakan cctv itu. kita lihat saja besok."

"Makasih Yan. Aku akan fokus mendampingi Aqila. Kejadian hari ini membuat Aqila teringat pelecehan yang terjadi beberapa tahun lalu. Aku akan membawanya ke psikiater."

"Serahkan saja padaku. Aku akan menanganinya."

"LEPASKAN!!! LEPAASSKAAANNN!!!"

Abizam mendengar suara Aqila berteriak. Abizam langsung lari ke kamarnya diikuti oleh Ryan dan keluarga yang lainnya. Terlihat Aqila yang sudah ada di sudut tempat tidur. Selimut dan bantal berjatuhan di bawah. Abizam mendekatinya.

"Qila.. Qila sayang... Ini kakak Qila."

"Lepaskaann!!"

"Qila.. dengarkan kakak sayang...Qila.."

"Lepaskan!!! Jangan sentuh Qila!!!"

Amanda pun akhirnya mendekati Aqila.

"Qila...ini Manda Qila..."

Melihat Amanda, Aqila menjadi sedikit tenang.

"Ini Om Abi. Suami Qila. Qila udah aman di sini. Lihat...Om Abi ini.."

Aqila menatap ke arah Abizam yang menatapnya dengan sorot mata kesedihan. Aqila menelisik ke seluruh tubuh Abizam.

"Kak Abi..."

"Iya sayang...ini Kak Abi."

Aqila langsung berhambur ke dalam pelukan Abizam. Abizam pun memeluk Aqila erat-erat. Amanda memberi kode kepada yang lain untuk meninggalkan mereka berdua.

"Kak Abi..."

"Iya sayang. Kamu udah aman. Laki-laki itu akan mendapatkan hukuman yang setimpal karena udah mengganggu kamu."

"Dia mau melecehkan Qila. Dia nyiumin Qila. Dia..."

"Ssstt....sudah. Jangan diingat lagi ya. Mana yang dia cium?? Apa dia mencium bibir kamu???"

Aqila menganggukkan kepalanya. Abizam pun mencium bibir Aqila.

"Malam ini kakak akan buat kamu lupa akan kejadian tadi. Ingat wajah kakak. Lihat wajah kakak Qila."

Aqila melihat wajah Abizam.

"Qila sudah lihat wajah kakak kan??"

Aqila menganggukkan kepalanya. Abizam pun mulai melancarkan aksinya membuat Aqila lupa akan kejadian tadi. Aqila begitu menikmati semua perlakuan Abizam malam itu. Dan mereka menghabiskan malam itu dengan indah.

...****************...

*Tok...tok...tok...*

Abizam mengerjap-ngerjapkan matanya.Dilihatnya jam dinding yang mengarah ke angka delapan. Dilihatnya isteri keci nya yang tertidur lelap meringkuk di dalam pelukannya. Pelan-pelan Abizam beranjak dari tidurnya untuk membuka pintu.

"Papiiii..."

"Guk.."

"Sssstt...mami.. sedang nggak enak badan."

"Upsss..ssstt diam Atlas. Mami sedang nggak enak badan."

Seakan memahami tuan kecilnya, Atlas pun langsung terdiam dan duduk di dekat kamar Abizam dan Aqila.

"Papi nggak makan?? Udah jam delapan."

"Nanti papi makan. Kamu mau ke mana??"

"Karena nggak nginap di rumah Om Ryan, Leon mau jalan-jalan di taman sama Opa. Leon cuma mau izin sama papi aja."

"Oke. Hati-hati. Nanti ketemu sama mami ya. Mami biar istirahat dulu."

"Oke papi."

Leon dan Atlas berlari-lari kecil menuruni anak tangga. Abizam kembali memasuki kamarnya. Dilihatnya isteri kecilnya yang masih terlelap. Abizam menghampiri Aqila dan menyelipkan rambut yang menutupi wajahnya. Abizam mencium kening Aqila dan kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Tidak lama saat dia keluar kamar mandi Dengan mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya, Abizam melihat Aqila yang sudah duduk di atas tempat tidur dan menatap kosong ke arah nya.

"Qila sudah bangun??"

Aqila hanya menganggukkan kepalanya.

"Mau makan??"

Aqila menggelengkan kepalanya.

"Kemarin Qila belum makan. Qila nggak lapar??"

Aqila lagi-lagi jangan menggelengkan kepalanya. Abizam mendekati Aqila dan mengusap rambutnya.

"Sayang....makan sama kakak ya. Habis itu kita susul Leon. Besok kita temui psikiater gimana???"

"Buat apa??"

"Traumanya Qila harus dihilangkan. Hal-hal yang buruk harus dilupakan."

"Qila nggak mau. Qila mau sama kak Abi aja."

"Iya. Perginya sama Kak Abi."

"Qila nggak mau kak."

"Oke... oke kalau nggak mau. Kita makan dulu yuk??"

Aqila menggelengkan kepalanya.

"Kalau gitu temani kak Abi ya?? Kakak lapar. Kakak belum makan sejak kemarin."

Abizam memasang wajah memelasnya membuat Aqila akhirnya mau menemaninya makan. Abizam membantu Aqila untuk membersihkan diri. Terlihat bekas merah di sekujur tubuh Aqila karena ulahnya. Tidak berapa lama mereka pun turun ke ruang makan. Kedua orang tua Abizam masih belum terlihat.

"Mama sama papa belum kembali Bi??"

Abizam bertanya kepada Bi Aminah yang sudah bekerja lama di rumah Abizam.

"Belum mas. Mas mau makan apa??"

"Bibi masak apa??"

"Bibi masak ayam ungkep sama sup telur jahe."

"Abi coba makan sama itu aja. Siapa tahu Aqila mau ikut makan."

"Iya mas."

Abizam melihat Aqila yang masih duduk dengan melamun. Abizam membuka lemari es. Dilihatnya ada puding susu kesukaan Aqila.

"Sayang...ada puding susu cokelat. Kamu mau??"

Aqila masih diam. Tidak mengangguk ataupun menggeleng. Abizam pun mengeluarkan puding susu dan meletakkan di hadapan Aqila. Aqila hanya menatap puding susu itu.

"Qila..."

"Iya.."

"Qila tahu nggak puding yang ada Oreo nya??"

"Yang mana??"

"Dulu Qila pernah bikin deh. Yang ada bintik-bintik cokelat nya.".

"Oh iya..kenapa??"

Wajah Aqila terlihat lebih bersemangat.

"Kakak kok tiba-tiba pengen itu ya."

"Mau Qila buat kan??"

"Boleh. Hmmm sama bola-bola kentang isi keju boleh???"

"Iya. Qila buatkan buat kakak."

"Terima kasih. Maaf merepotkan."

Aqila langsung beranjak dari duduknya dan menuju ke dapur. Abizam menghubungi Johan dokter pribadinya.

"Hallo."

"Gimana Bi??"

"Udah aku sibukkan si Qila. Dia sekarang sedang membuat puding."

"Terus buat dia sibuk. Jangan biarkan dia berdiam diri dan melamun. Aku yakin dia pasti bisa segera melupakan kejadian kemarin."

"Oke. Makasih ya Jo. Aku akan menyibukkan dia."

"Sama-sama."

Abizam mengakhiri panggilan teleponnya. Dilihatnya Aqila yang sedang membuat makanan di dapur.

"Bi..."

"Oh mama. Udah pulang??"

"Iya. Gimana sama Qila??"

"Kata Johan disuruh menyibukkan diri biar nggak banyak yang dipikirkan. Jadi Abi buat dia sibuk. Abi minta puding supaya dia sibuk. Mama juga bikin dia sibuk ya."

"Iya. Mama sedih lihat Qila seperti itu."

"Kak..."

Abizam segera menghampiri Aqila.

"Iya sayang. Gimana??"

"Oreo cokelatnya habis ternyata. Terlanjur Qila buatkan adonannya. Kakak belikan oreo ya. Qila tunggu adonannya biar nggak beku."

" Oke. Kakak pergi belikan untuk kamu. Tunggu ya."

Abizam segera pergi mencari pesanan Aqila. Mama Abizam pun membantu Aqila di dapur.

1
luisuriel azuara
Bagus banget, semoga mendapat banyak pujian dan dukungan!
Tri Wahyuni: makasih kak 🙏
total 1 replies
María Paula
Characternya bikin terikat! 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!