Sebelum baca novel ini, othor sarankan baca novel othor dulu yang berjudul "Baby Girl".
Emma Sheren, gadis yatim piatu yang tega di jual oleh ibu tirinya, tapi dia berhasil melarikan diri dan bertemu seseorang di jalan.
Joven Max Owen, Mantan mafia yang beralih profesi menjadi bodyguard. Pertemuannya dengan seorang gadis membuat dia akhirnya menikahinya.
Yuk simak kelanjutan ceritanya.....
Novel ini di buat hanya untuk hiburan semata. Jika anda ingin mencari novel yang mendidik bukan di sini tempatnya. 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Max mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh untuk menghindari mereka yang terus mengejar mobilnya.
"Kita pancing mereka ke tempat sepi tuan, disini terlalu ramai banyak warga yang melintas" usul Emma.
Max pun mengangguk setuju, Max memacu mobilnya menuju ke tempat sepi yang jauh dari warga.
Emma memantau mereka dari kaca spionnya. ia menghitung jumlah mobil yang membuntutinya. Dia juga menghitung jumlah orang di tiap mobil.
"Mereka berjumlah tiga mobil tuan, masing-masing mobil berisi 4 orang" ucap Emma memberitahu Max. Max mengangguk mengerti.
Sebelum melawan seseorang kita harus mengukur kekuatan lawan terlebih dahulu, agar tidak mati konyol.
"Aku akan memelankan mobilnya, kamu langsung bidik mobil mereka, pastikan pelurumu mengenai ban mobil mereka, jangan sampai gagal atau kamu sendiri yang akan tertembak oleh mereka" ucap Max memperingati Emma.
Max memelankan laju mobilnya, Emma langsung membuka kaca mobilnya lalu menyembulkan kepalanya keluar.
Emma membidik ban mobil yang tepat berada di belakang mobilnya, dia berharap tembakannya tidak akan meleset.
Dor
Dor
Dor
Salah satu peluru Emma melesat tepat sasaran, salah satu mobil musuh mulai oleng karena tembakan Emma mengenai ban mobilnya.
Emma kembali masuk kedalam mobil, jantung Emma langsung berdegub kencang dan tubuhnya sdikit bergetar.
"Kau kenapa? lihatlah tembakanmu tepat sasaran" tanya Max ketika melihat Emma seperti orang ketakutan.
"Aku deg-degan tuan," sahut Emma sambil memegangi dadanya.
"Tugasmu belum selesai nona, masih ada dua mobil lagi yang harus kamu selesaikan" ucap Max sambil tersenyum smirk melirik Emma.
Anggaplah Max sedang melatih Emma supaya bisa mengimbangi dirinya.
Dorr
Dorr
Dorr
"Shittt... " umpat Emma terlonjak kaget ketika musuh menembaki mobilnya.
Emma yang tak terima langsung membalas tembakan mereka. Emma terlibat baku tembak dengan mereka, sesekali Emma kembali memasukkan kepalanya kedalam mobil.
Sejak tadi Max tak membantu Emma, dia hanya fokus mengemudikan mobilnya agar laju mobilnya tetap stabil dan memudahkan Emma untuk mengincar musuh.
beruntung mobil Max anti peluru, sehingga tembakan mereka tak mengenai dirinya.
Emma menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya.
Lalu Emma kembali menyembulkan kepalanya keluar lewat jendela mobil.
Dorrr
Dorrr
Dorrr
Brakkkkk....
Tembakan Emma tepat mengenai dahinya, sopir pun langsung mati seketika dan mobil lepas kendali menabrak pembatas jalan. Kaca mobil mereka bukan anti peluru sehingga peluru Emma bisa melesat menembus kaca mobilnya.
Max tersenyum puas melihat kehebatan Emma dalam menembak.
Emma kembali membidik mobil musuh yang masih tersisa.
Dorrr
Dorr
Dorrr
Emma kembali menembak roda mobil mereka, hingga mobil mereka oleng dan meluncur ke jurang yang ada di sisi jalan.
Dhuarrr....
Mobil mereka langsung meledak di bawah jurang.
Emma kembali menutup kaca jendelanya, lalu memejamkan matanya sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.
"It's ok, ini sudah selesai" ucap Max sambil mengusap puncak kepala Emma.
Ini kali pertama Emma membunuh orang, jadi Max tahu perasaan Emma pasti bercampur aduk, antara sedih, takut, dan kecewa pada dirinya sendiri.
"Saya membunuh orang tuan" lirih Emma sambil tetap memejamkan matanya.
"Itu bukan salahmu, kalau kamu tak menembak mereka, maka kamu yang akan di tembak sama mereka" ucap Max kepada Emma.
Max mengemudikan mobilnya menuju ke sebuah hotel, malam ini dia akan mengajak Emma istirahat di hotel, dia takut kalau masih ada musuh yang mengikutinya hingga ke apartemen.
"Kenapa kita kesini tuan" tanya Emma ketika mobil Max mulai memasuki area hotel.
"Malam ini kita akan menginap di sini, aku takut ada musuh yang masih mengintai dan mengikuti kita hingga ke apartemen" jelas Max.
Emma mengerti dengan alasan Max, memang akan sangat berbahaya kalau musuh tahu tempat tinggalnya.
Max dan Emma memasuki hotel, Max memesan kamar presidential suite room untuk mereka berdua.
Mereka berjalan beririrngan menuju ke kamarnya.
Klek...
Pintu terbuka, Max dan Emma pun masuk kedalam kamar.
"Kita tidak membawa baju tuan, terus kit tidur pakai apa masak iya tidur menggunakan baju ini" ujar Emma yang merasa tidak nyaman tidur menggunakan gaun pesta yang ia kenakan.
"Tak usah pakai baju saja, itu akan membuatmu terlihat lebih seksi baby" goda Max sambil menatap Ema dengan tatapan mesum.
Emma mencebikkan bibirnya sebal, sepertinya dia perlu mencuci otak Max menggunakan detergen agar bersih dan tidak mesum lagi.
Lalu Emma masuk kedalam kamar mandi, meninggalkan Max yang terus menggodanya.
Sebenarnya maksud Max menggodanya untuk mengalihkan pikiran Emma supaya melupakan kejadian yang baru saja dia alami.
"Mandilah baby, aku akan menyuruh anak buahku untuk membawakan baju ganti untuk kita" seru Max.
Entah Emma mendengar teriakan Max atau tidak, karena Emma sudah menutup pintunya lebih dulu.
Sedangkan di luar, Max menghubungi salah satu anak buahnya.
"Tolong bawakan baju ganti dan antarkan ke hotel Xx, sekalian kau carikan baju ganti untuk wanita juga" perintah Max menghubungi anak buahnya.
"Baik tuan" sahut anak buah Max, setelah itu Max mematikan panggilannya.
Setelah itu Max duduk di sofa sambil menunggu Emma, Max membuka email yang masuk ke ponselnya.
Tiga puluh menit berlalu Emma keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk kimono.
Max menoleh dan melihat Emma yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.
"Mana bajuku Max" tanya Emma.
"Tunggulah sebentar " sahut Max sambil mengulurkan tangannya supaya Emma mendekati dirinya.
Emma pun mendekat dan duduk di sebelah Max. Max lansung merebahkan tubuhnya dan menaruh kepalanya di atas pangkuan Emma.
Max menduselkan wajahnya ke perut Emma sambil memeluk pinggang Emma.
"Apa kau sudah mempunyai jawabannya, baby" tanya Max sambil mendongak melihat wajah Emma.
"Hah? memang pertanyaanya apa?" tanya Emma lupa.
"Kau melupakannya baby" ucap Max sambil menatap intens kedua mata Emma.
"Katakan saja, karena aku tak tahu maksudnya" ucap Emma membuat Max mendengus kesal lalu menduselkan wajahnya ke perut Emma dan menggigitnya.
"Ssstt... sakit ih" ringis Emma sambil memukul tubuh Max.
"Salah sendiri melupakan pertanyaan penting dariku" ucap Max sambil tersenyum jenaka menatap Emma.
"Bukan salahku, pertanyaanmu terlalu banyak makanya aku lupa" sungut Emma.
"Tapi ada satu pertanyaan yang paling penting baby, makanya kamu harus mengingatnya"
"Kalau begitu aku tidak akan menjawabnya"
"Gimana, kamu mau tidak menikah denganku?" tanya Max karena Emma tak kunjung mengingatnya.
"Mau ngga ya?" tanya Emma seolah sedang berpikir.
"Kau jangan menggodaku baby, kau tak ingat kita sedang ada dimana, ini akan sangat menguntungkan untukku" ucap Max gemas melihat wajah Emma yang terlihat semakin imut.
Bersambung
Jangan lupa like, koment, vote, gift 🙏
Happy reading guys 🙏
jangan la ada apa² anak max, semoga kapal itu berjaya diblokir, dengan pertolongan dari Arsen... tunggu pembalasan wahai elard..hancur loh oleh max mafia