Ketidaksengajaan nya bertemu seorang pria di sebuah pesta danca membuat nya terpaksa mengakui pria itu sebagai pacarnya, padahal dia tidak mengenal sama sekali pria tersebut.
Hingga dia dibuat terkejut ketika mengetahui bahwa pria yang dia sewa sebagai pacar semalamnya adalah Presdir diperusahaan tempatnya bekerja........
Aluna Agung Santoso, usia 25 tahun. Cantik. Periang. Somplak. Lucu dan ceroboh dia harus terikat hubungan dengan Presdir nya sendiri.
Alvaro Radiana Putra Zein, Pria matang berusia 30 tahun. Dia Presdir diperusahaan milik keluarga nya sendiri. Dia pria dingin tak tersentuh. Tak pernah tersenyum. Terkesan cuek dan sombong. Pertemuannya dengan seorang gadis mengubah segalanya, dia menjadi pria yang bucin tingkat dewa.
Bagaimana kah kisah mereka?
Yuk simak.
Ini sekedar hiburan jadi mohon bijak dalam menanggapi bacaan.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FitrianiYuriKwon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacarku Presdir-27
Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
"Keruangan saya".
Aluna mengendus kesal ketika menerima sambungan intercom dari ruangan Presdir. Entah apa lagi mau nya pria menyebalkan itu.
Dengan wajah ditekuk kesal sambil menghentakkan kakinya dia masuk kedalam ruangan Presdir. Tak lupa mulutnya yang komat-kamit seperti dukun baca mantra. Jika ada yang melihat sikapnya pastilah dia akan ditertawakan.
"Permisi Pak". Seru Aluna masuk.
"Masuk". Suruh Alvaro dingin. Dia menahan nafas yang memburu. Aluna benar-benar harus dikasih pelajaran.
"Ada apa Bapak memanggil saya?". Tanya Aluna berusaha sabar dan jangan sampai dia memakai Bosss nya sendiri, bisa dosa besar dari.
Alvaro berdiri dari duduknya tatapannya tajam melihat Aluna. Seakan hendak menghabisi gadis itu dengan lahap.
Bukannya takut Aluna malah memutar bola matanya malas.
Takkkkkk
"Awwwwww". Rintih Aluna saat Alvaro mencentil keningnya "Pak, KDRT". Aluna mengelus keningnya bekas centilan Alvaro
"Kamu tuhh ya udah berapa kali saya ingatin jangan deketin laki-laki lain". Omel Alvaro "Kamu emang mau ya segera dilamar". Ancam Alvaro.
"Laki-laki mana sih Pak?. Saya enggak deket laki-laki lain kok. Bapak emang anehhh". Cibir Aluna.
"Kamu yang aneh".
"Bapaklah yang anehh".
"Kamu benar-benar?". Alvaro meremas tangannya di depan Aluna saking gemesnya.
"Bapak mau ngomong apa sihh. Ngomong aja Pak gak usah malu-malu". Celetuk Aluna
Alvaro mendelik "Kamu berangkat bareng saya dan pulang bareng saya". Tegas Aluna.
"Pak, gak bisa gitu donk. Gimana kalau semua orang tahu?". Protes Aluna.
"Itu bukan urusan saya". Ketus Alvaro
"Tapi saya mau ini jadi urusan Bapak". Balas Aluna.
"Udahlah debat sama kamu buat kepala saya pusing aja". Alvaro kembali duduk dikursinya.
"Pak, pokoknya saya gak mau pergi pulang sama Bapak. Saya bisa berangkat sendiri". Bantah Aluna dia sudah membayangkan setiap hari satu mobil dengan Aluna dan ditatap aneh oleh semua karyawan kantor.
Alvaro menatap Aluna. Dia menyelidiki wajah gadis cantik itu.
"Okehh kalau kamu gak mau. Kamu akan saya pindahkan jadi sekretaris saya. Satu ruangan sama saya setiap hari". Alvaro tersenyum licik.
Aluna mencebik "Saya gak mau Pak. Ntar banyak yang bully saya lagi tiap hari dekat Bapak". Sergah Aluna.
"Ya udah kalau gitu kamu berangkat dan pulang bareng saya". Seru Alvaro sambil tersenyum gemes. Dia suka jika Aluna kesal seperti itu.
Aluna memejamkan matanya menahan emosi dan tangannya terkepal sangat kuat. Aluna duduk dikursi depan Alvaro.
"Ada apa?". Alvaro mendelik melihat tatapan Aluna.
Aluna mengambil tangan Alvaro lalu mengenggam kedua tangan pria itu. Membuat jantung Alvaro berdegup kencang seperti musik DJ.
"Pak, maaf banget buka saya nolak kebaikan Bapak. Tapi Bapak harus tahu saya kagak mau jadi artis dadakan Pak. Terkenal itu kagak enak". Aluna memasang wajah sendu sambil mengusap air matanya yang tidak menetes sama sekali.
"Apalagi dikantor ini fans Bapak banyak banget. Please ya Pak, jangan jemput. Bukan saya gak mau jadi sekretaris Bapak, tapi saya udah nyaman sama posisi saya sekarang. Kalau saya jadi sekretaris Bapak, saya harus belajar dari awal. Okehhh dehh Pak saya mau jadi pacar boongan Bapak kapan aja dan saya juga berjanji gak bakal dekat cowok lain lagi. Kecuali keluarga dan teman-teman". Jelas Aluna tak lupa jurus puppy eyes nya ia keluarkan.
Alvaro membeku menatap wajah cantik Aluna dari dekat. Dan jantungnya benar-benar berdebar sangat kencang. Pertama kalinya dia disentuh wanita selain Ibu dan adiknya.
Dengan wajah polos dan masih belum sadar dari keterpesonaanya pada Aluna, Alvaro mengangguk.
"Yesss". Aluna berjingkrak kaget sambil melepaskan tangan Alvaro "Makasih Pak. Panjang umur. Sehat selalu". Seru Aluna dengan senyuman mengembang.
"Ya udah Pak kalau gak ada lagi saya permisi ya Pak. Bye bye Pak Presdir". Aluna melengang pergi sebelum Alvaro sadar.
Alvaro masih mematung ditempatnya. Dia masih belum sadar dari pesona Aluna.
"Dia Benar-benar menggemaskan". Gumam Alvaro.
.
.
.
.
"Elu balik sama kita Lun?". Tanya Yura sambil menenteng tas nya.
"Gak gue dijemput Kak Leon". Sahut Aluna sibuk dengan ponsel ditangannya.
"Kak Leon?". Beo Mira dan Yura.
"Adik nya Kak Lia?". Tanya Mira
Alunan mengangguk sambil memasukkan ponselnya dalam tas.
"Ohh ya Lun. Malam ini guee sama Yandi mau ngerayain anniversary kita, elu jangan lupa datang yaaa". Mira menyerahkan surat undangan "Ajak Kak Ray". Imbuh Mira.
"Wahhh ini ada acara makan-makan gak Mir?". Aluna tersenyum sumringah sambil mengambil kartu undangan itu dari tangan Mira
"Tenang Lun. Masalah makan gampang semua tersedia". Sahut Mira.
Mereka sampai dilobby perusahaan. Senyum Aluna mengembang ketika melihat Leon sudah berdiri sambil menampikan wajah tampannya.
"Kak Leon". Aluna menghampiri pria itu.
"Udah selesai?". Aluna mengangguk.
"Kak kenalin teman-teman Aluna. Ya ini namanya Mimir". Aluna menunjuk Mira "Kalau yang itu namanya Yuyur". Seru Aluna memperkenalkan Mira dan Yura.
"Nama gue Mira Lun bukan Mimir". Ralat Mira "Mira Kak". Mira mengulurkan tangan pada Leon.
"Leon". Sambut Leon tersenyum manis.
"Yura Kak. Bukan Yuyur. Otak Aluna suka konslet jadi jadi ngelantur". Sambung Yura. Leon terkekeh
"Leon".
.
.
.
.
Rayyan terlihat murung. Bahkan saat mata kuliah berlangsung, pria itu tampak lesu seperti tak bersemangat.
"Pak Ray". Sapa Marissa
"Iya". Sahut Rayyan datar.
"Makan siang bareng yuk".
"Gak terima kasih". Tolak Rayhan "Permisi Bu, saya mau kembali keruangan". Ucap Rayyan mellengang pergi.
Bersambung....