📢📢WELCOME DI ZONA ANTI PATAH HATI😛😛
Dimata Retha, Adrian adalah guru menyebalkan yang kian hari semakin membuat hatinya goyah. Tapi bagi Adrian, Retha hanyalah remaja tanggung yang sering membuatnya kesal dengan aneka tingkah dan sikapnya yang menguji kesabaran.
"Jadi guru bukan cita-citaku. Harus terjebak di sekolah dengan anak-anak seusia mereka? Huh!! ini benar-benar ujian kehidupan." ~Adrian Haidar.
"Jangan kira cuma karena lo itu ketua OSIS, putus dari lo hidup gue langsung hancur dan dunia gue runtuh? Nggak kayak gitu. Gue Aretha Rahardian, dilarang patah hati lebih dari dua puluh empat jam!" ~Aretha Rahardian
"Retha, Membuatmu membenciku adalah caraku untuk melindungimu!" ~Rae Ananta Sazidien
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malu-maluin!
“Orang tua tapi beraninya sama bocah.” Gerutu Retha.
“Ngomong apa kamu barusan?”
“Nggak ngomong apa-apa, Om.” Ketus Retha.
“Pak Farhan tolong jangan emosi, kita bertemu disini untuk menemukan solusi yang terbaik untuk anak-anak.” Ucap guru BK.
“Kami dari pihak sekolah juga tidak bisa memutuskan mengeluarkan Retha dengan sepihak, apalagi soal gosip sugar baby itu belum jelas kebenarannya.” Lanjutnya dengan tenang.
“Belum jelas bagaimana, Bu? Windi bilang satu sekolah bahkan sudah tau semua.”
“Iya, Pak. Tapi Retha bilang laki-laki difoto itu pamannya.” Jelas guru BK, “maka dari itu kita tunggu orang tua Retha dulu supaya jelas Pak. Jika sudah jelas kebenarannya barulah kami dari pihak sekolah akan memberikan sanksi yang sesuai.” Lanjutnya.
“Buang-buang waktu saja!” ketus Farhan.
Sepuluh menit kemudian pintu ruangan itu diketuk dari luar, guru BK segera mempersilahkan tamunya untuk masuk. Retha yang melihat itu segera beranjak dari duduknya dan menghampiri Ardi.
“Kok Daddy yang datang sih? Papa mana?” seperti biasa Retha langsung menggaet tangan Ardi.
“Papa masih lanjut meeting, katanya takut telat banget jadi nyuruh Daddy kesini duluan.” Jawab Ardi.
Guru BK lantas mempersilahkan Ardi untuk duduk. Retha ikut duduk di samping Ardi.
“Kurang bukti apa lagi sih, Bu? Liat tuh Retha malah bawa sugar daddy nya ke sekolah. Pasti sengaja nih sugar daddy nya suruh pura-pura jadi papa nya. Udah kebaca kali Ret otak licik lo.” Sinis Windi.
Ardi hanya tersenyum melihat sikap gadis yang seumuran dengan keponakannya itu, terlebih sosok lelaki di samping gadis itu sangat Ardi kenali. Ardi mengeluarkan ponselnya kemudian memanggil salah satu kontak.
Farhan yang sejak kedatangan Ardi sibuk dengan ponsel reflek menerima panggilan masuk itu. “Selamat siang Pa-“ dia tak melanjutkan ucapannya karena orang yang panggilannya ia terima berada di hadapannya. “Pak Ardi?”
“Papa kenal?” Tanya Windi. “Dia sugar daddy nya Retha tuh, Pa.” Lanjutnya.
“Diem kamu!”
“Tidak apa-apa, Pak Farhan. Tidak usah dibentak anaknya, saya memang daddy nya Retha.” Balas Ardi.
“Tuh kan Pa, bener.” Windi merasa menang. “Bu Asih, keluarin aja Retha! Udah kebukti semuanya kan?”
“Papa juga tuntutan buat Retha lanjutin aja, dia udah nyakitin Windi Pa.” Imbuhnya.
“Windi, kamu bisa diem dulu nggak!” ucap Farhan. “kenapa kamu nggak bilang kalo sugar daddy temen kamu itu Pak Ardi? Dia klien VVIP kantor Papa.” Lanjutnya bisik-bisik.
“Aduh Pak Farhan tuntutan apa nih maksudnya?” tanya Ardi dengan santai.
“Saya ini memang Daddy nya Retha, tapi bukan sugar daddy. Lucu banget sih, dia ini ponakan saya. Emang udah dari kecil manggilnya Daddy.” Jelasnya kemudian.
“Apa?” Farhan jadi kalang kabut sendiri, begitu pun dengan Windi yang kini hanya bungkam karena papa nya terus memberikan tatapan tajam.
“Sepertinya disini ada salah paham Pak, Bu. Bagaimana kalo sebaiknya anak-anak menunggu diluar saja?” ucap Farhan.
Retha dan Windi lantas keluar untuk menunggu di depan ruangan, bertepatan dengan Arka yang baru saja akan masuk.
“Papa!” seru Retha, “Papa gue nih! Pa, jangan lupa request Retha yang tadi pagi yah. Blacklist blacklist.” Lanjutnya.
Tak lama, hanya sekitar 10 menit ketiga orang dewasa itu keluar dari ruang BK. Tadi Farhan dengan malu meminta maaf sebesar-besarnya atas sikap putrinya yang memfitnah keponakan Ardi, dimana lelaki itu merupakan klien VVIP, penyumbang pendapatan terbesar untuk kantornya. Terlebih lagi ayah Retha adalah pemilik Bank swasta ternama yang dirinya saja masih memiliki angsuran bulanan disana. Arka maupun Ardi bersikap terbuka dan tak menyudutkan Farhan. Mereka memaklumi sikap anak seusia Retha dan Windi yang masih labil bahkan kekanakan. Hanya saja, Arka menyayangkan sikap Farhan yang justru langsung mendukung putrinya bahkan tanpa menyelidiki terlebih dulu kebenarannya. Arka tak menuntut apa pun yang memberatkan putri Farhan. Dia hanya meminta Windi supaya meminta maaf pada Retha dan memberikan klarifikasi terkait fitnah yang ia lakukan.
“Windi, minta maaf sama Retha!” ucap Farhan begitu kaluar dari ruangan.
“Tapi Pa...”
“Minta maaf! Kamu ini malu-maluin aja!” sentaknya kemudian.
“Udah Om nggak usah maksa Windi buat minta maaf. Sayang waktu Om banyak yang ilang, kan katanya tiap menit bahkan detik waktu Om adalah uang.” Sindir Retha.
"Tadi Om cuma bercanda, Retha. Maaf yah...." ucap Farhan, "Windi buruan kamu minta maaf juga!" lanjutnya seraya menatap tajam sang putri.
Retha menatap Windi dengan tatapan mengejek, "jadi gimana masih mau ngeluarin gue dari sekolah?"
"Eits, tapi gue apa lo nih yang bakal keluar dari sekolah ini?" lanjutnya dengan mendekatkan wajahnya ke wajah Windi seraya mengedipkan matanya, meledek habis-habisan gadis yang saat ini hanya bisa diam.
.
.
.
📢📢Jadi gimana? lanjut nggak nih??
tampol dulu like sama komennya, kirim bungan sama kopinya juga😘😘😘
mampir juga yuk ke novel aku❤☺