NovelToon NovelToon
Mencari Aku, Menemukan Kamu

Mencari Aku, Menemukan Kamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Slice of Life
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dylan_Write

"Aku menyukainya. Tapi kapan dia akan peka?" ー Asami

"Aku menyukaimu, tapi kurasa orang yang kamu sukai bukanlah aku" ー Mateo

"Aku menyukaimu, kamu menyukai dia, tapi dia menyukai orang lain. Meski begitu, akan aku buat kamu menyukaiku lagi!" ー Zayyan

.
.
.
Story © Dylan_Write
Character © Dylan_Write
Cover © Canva

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dylan_Write, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Langkah Dalam Kesendirian

Kelas daring pasca Covid-19 telah usai. Kini sekolah Asami mulai masuk seperti biasa tapi masih harus mematuhi protokol kesehatan seperti menjaga jarak, jadi jadwal masuknya pun di sesi.

Asami dan Mateo kebagian di sesi yang sama, sementara Zayyan yang berada di jurusan lain kebagian di sesi setelah Asami. Itulah sebabnya kadang mereka berdua berpapasan saat Asami hendak pulang dan Zayyan hendak masuk sekolah.

Sudah beberapa hari terakhir ada yang aneh dengan Mateo. Ia selalu menghindar saat bertemu Asami. Saat Asami menyapa, ia mencoba pergi atau pura-pura tidak melihat. Saat kedua mata mereka bertemu pun Mateo langsung membuang tatapan ke arah lain. Ia juga menolak jika Asami meminta berangkat dan pulang bareng seperti biasanya. Awalnya Asami memaklumi karena mungkin Mateo capek harus mengantar-jemput dirinya, tapi sikap itu bertahan lebih dari sebulan.

Asami bingung dan jadi terus berpikir, kesalahan apa yang sudah diperbuatnya sampai Mateo jadi seperti itu padanya. Lamunannya pecah saat bel selesai istirahat berbunyi. Asami bangkit lalu berjalan gontai ke arah kelas.

Dicuekin crush berhari-hari itu nggak enak banget....

...ΩΩΩΩ...

Tak terasa sudah tiba hari pembagian rapor kenaikan kelas. Asami yang sekolah daring selama setahun tahu-tahu sudah naik kelas 2 saja. Tentu saja Asami senang karena orang-orang bilang kelas 2 adalah kelas terbaik di sekolah menengah dan Asami tidak sabar menunggu hal-hal terbaiknya.

Oh iya, Asami juga jadi terbiasa naik motor sendiri sejak tidak lagi pulang-pergi bersama Mateo. Sekarang, motor adalah teman perjalanan terbaiknya selama sekolah.

Pagi itu grup kelas Asami janjian untuk berangkat bersama. Mereka janjian ketemuan di satu tempat lalu konvoi bareng-bareng ke sekolah, Asami tentu saja ikut karena ini kali pertama dia mengenal secara langsung teman-teman kelas yang biasanya hanya dijumpai lewat kamera.

Saat Asami sudah berada di titik yang dijanjikan ... tidak ada siapapun di sana. Asami mengetik di grup tapi tidak ada satupun yang merespon ucapan Asami padahal yang lain sibuk membalas pesan masing-masing. Karena kesal, akhirnya Asami memutuskan untuk pergi lebih dulu saja. Masa bodo dengan konvoi-konvoi mereka.

Baru berangkat, moodnya sudah buruk.

Sesampainya di sekolah, tidak ada satupun yang Asami kenal. Asami sendirian di sekolah yang begitu besar, bahkan Zayyan yang satu sekolah pun tidak kelihatan batang hidungnya. Yah, itu bagus untuk Asami karena jika mereka bertemu hanya akan membuat mood Asami semakin buruk.

Tunggu, bukan itu pointnya. Asami bahkan tidak tahu dimana kelasnya berada. Sekarang Asami hanya terdiam di taman seperti anak hilang. Tidak punya teman, tidak tahu kelasnya dimana, mana hawa keberadaannya tipis sampai orang-orang bisa dengan mudah menyenggolnya dengan dalih tidak kelihatan.

Saat sedang bingung, tiba-tiba seorang anak perempuan berkerudung datang dan menyapa Asami.

"Eh, kamu. Asami kan? Asami Noviar dari X Multimedia 1?"

Asami mengangguk kala mendengar nama kelasnya disebut. Gadis itu bicara lagi, "Aku Tina. Kita sekelas, aku sering lihat kamu on cam pas daring. Kamu nggak kenal aku ya? Aku jarang on cam soalnya hehe."

Asami tersenyum kaku, bingung mau berkata apa.

"Sudah ke kelas?"

Asami menggeleng, "aku nggak tahu kelasnya dimana. Waktu itu aku nggak datang pas bersih-bersih kelas."

Tina langsung meraih tangan Asami dan menggandengnya, "ayo ikut aku. Aku tahu kelas kita dimana, aku juga baru datang jadi ayo ke sana bersama."

Asami mengangguk speechless. Hati dan pikirannya menjadi satu kesatuan karena memikirkan hal yang sama, Kok jadi mirip anime?

Keduanya pergi ke salah satu kelas. Tina langsung mengajak Asami ke wali kelas mereka yang sedang sibuk menyusun rapor di atas meja agar tidak terjatuh. Melihat dua siswinya datang menghampiri, wali kelas pun menyapa.

"Atas nama Siapa?"

Asami duduk di depan wali kelas, matanya melirik sana-sini, "Asami, pak."

"Asami ya, sebentar..." Pak guru mencoba mencari-cari nama Asami pada tumpukan rapor, ketika menemukannya ia langsung mengambilnya dengan hati-hati.

"Tanda tangan di sini ya, dua kali." Asami menurut, selesai tanda tangan pak guru langsung memberikan rapornya pada Asami. "Selamat ya, kamu peringkat pertama semester ini. Padahal lagi daring tapi bisa peringkat pertama. Terus tingkatkan belajarnya ya." Ucap pak guru seraya tersenyum hangat.

Wajah Asami jadi berbinar mendengarnya. Ia mengangguk lalu setelah pamitan ia berterimakasih pada Tina dan hendak pulang duluan.

Kenapa wajah Asami berbinar? Tentu saja, ini akan menjadi berita bagus bagi keluarganya karena ia berada di peringkat pertama lagi. Ia harap akan terus seperti ini sampai lulus nanti.

Asami berlalu keluar kelas. Di depan kelas ia bisa melihat banyak teman-teman sekelasnya yang sudah pada akrab. Diantara orang-orang itu, ia melihat satu wajah yang familiar. Mateo.

Asami mencoba menyapanya kala kedua mata mereka bertemu tapi ... Mateo langsung membuang wajah ke arah lain. Hati Asami sedikit potek melihatnya, namun ia terus mencoba. Kali ini ia hendak mendekat dan bicara langsung di depan Mateo namun lagi-lagi Mateo menghindarinya.

Samar-samar Asami dapat mendengar sedikit percakapan orang-orang tersebut.

"Itu siapa, Mat?"

"Lu kenal?"

"Anak OSIS. Nggak terlalu akrab. Nggak tahu kenapa deketin gua mulu." jawab Mateo seraya melirik sinis ke arah Asami.

Bagai turun hujan petir di siang hari, hati Asami hancur seketika mendengarnya. Bagaimana bisa seseorang yang setiap hari pulang-pergi ke sekolah bareng saat pertemuan OSIS tiba-tiba bilang kalau tidak akrab? Lalu apa-apaan tatapan itu? Apa menjadi teman Asami sebegitu memalukan untuknya?

Asami menunduk. Ia kemudian menjauh dan kembali ke taman, membiarkan keberadaan dirinya tenggelam oleh orang-orang yang lalu lalang. Sakit sekali hatinya mendengar hal tersebut terucap langsung dari mulut seseorang yang amat sangat ia kagumi. Selama ini ia menganggap Mateo sebagai teman pertamanya, namun ternyata Mateo malah tidak pernah menganggap dirinya teman.

Asami baru sadar sesuatu. Saat ia melihat Mateo berbincang dengan orang-orang tadi, ia terlihat bercahaya. Cahayanya lebih besar dari Asami. Dan Asami hanya bisa melihat punggung Mateo bersama yang lain perlahan menjauhinya. Sama seperti dulu, lagi-lagi ... Asami ditinggalkan begitu saja oleh orang-orang yang ia anggap berharga.

Asami menggertakkan gigi, kedua tangannya mengepal begitu kuat, ia berusaha agar tidak menangis di keramaian ini.

Tekadnya sudah bulat.

Ia tidak lagi ingin melibatkan Mateo dalam konteks apapun di hidupnya. Ia tidak akan lagi akrab dengan Mateo kecuali jika memang sangat diperlukan. Ia tidak akan lagi mendekati Mateo duluan dan ia ... akan berhenti mengagumi Mateo.

...ΩΩΩΩ...

Awal kelas 2 tentu saja adalah dimulainya PKL. Asami tidak mendapat tempat PKL yang diinginkan jadi wali kelasnya saat itu, Bu Henny, inisiatif mengajak Asami untuk ikut lomba nasional dalam bidang 3D printing. Lomba tersebut juga sekaligus PKL jadi sangat penting untuk Asami.

Asami sudah jarang sekali bertemu Mateo selama masa PKL. OSIS juga mulai jarang mengadakan pertemuan karena banyak anggota kelas 2 yang mulai PKL juga. Asami jadi punya banyak sekali waktu untuk lomba dan untuk dirinya sendiri.

Asami mulai mengembangkan hobi menggambarnya dan mulai buka-buka komisi gambar. Siapa sangka ternyata diminati beberapa orang sampai Asami harus membuat list orderan. Di samping itu, walau OSIS tidak ada pertemuan tugasnya sebagai wakil sekretaris tetaplah berjalan. Kadang Asami harus membuat surat, laporan dan basic proposal untuk kegiatan yang akan dilaksanakan nanti.

Tanpa sadar, Asami mulai haus validasi dan mengiyakan semua tugas yang diberikan oleh kakak-kakak OSIS lainnya.

Sebenarnya bukan tanpa sebab Asami haus validasi. Ini karena ia merasa selalu tidak dihargai dan tidak diapresiasi atas segala hal yang sudah ia usahakan. Dan naifnya, Asami pikir dengan menjadi people pleaser ia akan mendapatkan hal-hal yang diinginkannya itu.

Nyatanya Asami hanya mendapat omelan dan kritikan karena kinerjanya memburuk sebab harus mengerjakan banyak hal dalam waktu yang bersamaan. Dan sekali lagi, tidak ada yang menghargai usahanya.

Meski begitu, Asami tetap mengerjakan kewajibannya sebagai wakil sekretaris dan siswa. Ia mencoba menggunakan kesempatan waktu yang ia punya dan memanfaatkannya sebaik mungkin.

Siang Asami pergi PKL ke sekolah, mengerjakan desain 3D printing untuk lomba, sorenya sepulang sekolah Asami membuat surat untuk OSIS, malamnya sampai dini hari Asami melanjutkan desain 3D printingnya lagi karena Asami harus membuatnya dan mempelajarinya secara otodidak.

Lelah tentu saja. Tapi Asami tidak mengeluh sama sekali, sampai ia lupa tubuhnya butuh istirahat dan beberapa masalah mulai datang menghampiri.

Awalnya semua baik-baik saja saat Asami memutuskan untuk multitasking mengerjakan banyak hal sekaligus. Namun kelamaan, ada hal yang harus Asami korbankan karena sejatinya tidak semua hal bisa dikontrol sendirian.

Hal yang terpaksa dikorbankan Asami adalah waktu menggambarnya. Untungnya hanya tersisa dua list saja dalam orderan yang harus segera ia selesaikan.

Meski waktu menggambarnya dikorbankan, Asami tetap sempatkan menggambar disaat-saat sibuknya. Namun sayangnya, tetap saja itu memakan waktu selama tiga bulan dan salah satu customer tidak bisa sabar menunggu, memilih untuk refund saja.

Asami diteror hampir setiap hari dihujani pertanyaan kapan selesai, sudah sampai mana, kapan ini, kapan itu. Bukannya bikin Asami tenang malah bikin tertekan. Asami tidak menjawab pesan-pesan itu, malah dibilang berusaha kabur dari tanggung jawab lalu mulai diteror lewat telepon.

Bukan hanya itu, ia bahkan dikeluarkan dari grup menggambar lalu diomongin yang tidak-tidak oleh customer yang kebetulan satu grup dengan grup menggambar Asami.

Sudah nama Asami jadi jelek gara-gara dia, Asami tidak dapat bayaran karena dia minta refund, di maki-maki lewat chat. Padahal semua ini salahnya sendiri, Asami sudah bilang untuk transfer uang nanti setelah gambar jadi, dia malah transfer saat masih sketsa.

"Nggak bisa sabar sebentar lagi? Ini udah jadi kok, tinggal shading aja, cuma waktuku emang gak sempat. Akhir-akhir ini jadi sibuk karena banyak pertemuー"

"Saya gak mau tau urusanmu! Pokoknya saya minta refund sekarang juga! Saya sudah nunggu tiga bulan progressnya nggak ada!" Potong sang customer dengan galak. Asami sampai harus menahan tangis karena dibentak-bentak orang asing yang hanya ingin karyanya jadi tanpa mau tahu kesibukan Asami seperti apa, padahal artist kan juga manusia. Hidupnya bukan cuma buat gambar doang.

"Bukan nggak ada progress, ini udah tinggal shading, saya juga kasih lihat kok step stepnya. Kakak tinggal sabar sebentar lagi aja."

"Kamu dichat hilang! Berusaha kabur dari tanggung jawab ya!"

"Nggak gitu, kak. Sayaー"

"Saya nggak mau tau, saya minta refund maksimal sampai minggu depan. Kalau nggak direfund, saya akan sebarin nomor kamu sebagai scam ke orang-orang." Ancamnya.

Di sini tangis Asami pecah namun ia tetap berusaha profesional meski sesenggukan. "Yaudah kak, yaudah, saya akan refund. Saya akan refund. Tapi jangan sebarin nomor saya kayak gitu, hiks, tolong kak. Saya minta maaf akan saya refund tapi tolong jangan sebarin nomor saya."

Sambungan telepon diputus sepihak. Tangis Asami pecah sepecah-pecahnya. Padahal ia sudah berusaha menahan tangis selama ini, namun yang ini tekanannya tidak bisa ia toleransi lagi. Dengan mata penuh air, dan napas yang sesenggukan, Asami mencari nomor kontak lalu segera menelponnya.

"Halo, bisa ke rumah sekarang? Temenin gue keluar sebentar aja. Minta tolong sama Lo , tolong banget. Nanti gue cerita kenapa gue nangis," ucap Asami menahan sesenggukan. Orang diseberang telepon tentu saja mau membantu dan menyuruh Asami menunggu.

Telepon dimatikan, Asami membuka tabungannya dan dikeluarkannya uang selembar berwarna biru yang tadinya ia akan gunakan untuk uang saku minggu depan. Sembari menunggu orang yang tadi ia telepon, Asami menumpahkan tangisannya dalam diam. Sesak sekali saat tertekan dan tidak punya teman untuk cerita.

Jangan tanya kenapa tidak cerita ke keluarga saja, jika cerita ke keluarga bisa membuat Asami tenang pasti sudah Asami lakukan sejak lama. Asami terpaksa menanggung semua yang ia rasa sendirian.

Begitu pesan notifikasi masuk, Asami langsung menyambar jaketnya dan keluar kamar.

"Izin keluar sebentar." Ucap Asami menahan suara yang gemetar, berpamitan pada ibunya.

"Loh, mau kemana? Sama siapa?" Begitu melihat orang yang akan membawa anaknya pergi sang ibu jadi sedikit lega, "tumben sama Zayyan. Jangan lama-lama ya."

Keduanya pun berangkat menuju minimarket terdekat. Asami mentransfer selembar uang berwarna biru itu ke rekening yang sudah dikirim si customer. Padahal customer hanya bayar setengahnya tapi Asami harus mengembalikan dua kali dari harga sebenarnya karena merasa tidak enak.

Bisa-bisanya setelah Asami mentransfer, si customer ingin tetap berteman setelah semua yang dia lakukan pada Asami. Jelas Asami menolak dan langsung memblokir nomornya.

Zayyan yang diminta untuk datang dan mengantar jelas bingung, apalagi melihat sorot mata yang biasanya bercahaya itu berubah jadi berkaca-kaca dengan air mata di sudut-sudut matanya.

Cemas? Jelas. Khawatir apalagi. Tapi Zayyan tahu Asami sedang di kondisi tidak ingin diburu-buru oleh pertanyaan, jadi Zayyan biarkan sampai Asami mau bercerita sendiri.

"Mau langsung pulang?" Tanya Zayyan lembut ketika keduanya keluar dari minimarket. Asami menarik napas dan membuangnya dengan sangat berat, "bisa muter dulu nggak, kemana gitu. Gue belum mau pulang."

Zayyan menurut. Ia membawa motornya ke salah satu taman. Ia membiarkan Asami duduk di kursi taman lebih dulu lalu Zayyan berdiri di samping kursi.

"Lo nggak pegel? Duduk sini." Ajak Asami, Zayyan lagi-lagi menurut. Ia mengambil duduk di sebelah Asami. Hening melanda keduanya sampai akhirnya Asami mulai membuka suara.

"Gue kan udah dari beberapa bulan kemarin buka komis gambar. Gue dapet banyak pelanggan, harusnya yang gue dapet udah banyak seandainya gue punya e-wallet sendiri tapi ini gue pake pulsa buat sistem pembayarannya. Tapi intinya bukan itu."

Asami menarik napas dalam sebelum melanjutkan, "ada satu customer, dia order dari tiga bulan lalu. Gue akuin emang itu salah gue karena proses buatnya lama banget tapi gue begitu karena gue sibuk harus bagi waktu antara OSIS, PKL sama gambar. Sebenernya gambarnya udah jadi, udah dikasih basic color juga, tinggal shading aja tapi..."

Asami mulai kembali terisak, "tapi dia nggak bisa sabar nunggu sebentar lagi. Dia minta refund, padahal gue nggak megang uang sama sekali karena sistem pembayarannya kan lewat pulsa. Dia ngotot dan ngancem kalo gue nggak refund dia bakal sebarin nomor gue sebagai scam. Gue ... hiks, gue takut jadi mau nggak mau gue refund dia dan ngelebihin dari harga yang seharusnya karena gue nggak enak sama dia udah nunggu lama."

Zayyan terdiam. Bingung mau berkata apa, namun dia dengan hati-hati bertanya, "kenapa nggak lapor aja ke ortu? Itu jatuhnya penipuan nggak sih? Apalagi dia udah ngancam."

"Nggak nipu. Dia udah bayar gue buat minta gambarin, dan dia minta balikin uangnya karena dia nggak bisa sabar nunggu sedikit lagi. Sistem bayarnya lewat pulsa tapi dia minta refund uangnya sedangkan gue aja nggak megang uang. Itu aja gue pake tabungan Minggu depan gue." Jelas Asami penuh emosional.

Zayyan kembali diam. Takut jika berkata lagi malah akan membuat Asami semakin kalut. Di sisi lain, Asami menggunakan kesempatan ini untuk melepaskan tangisnya yang tidak bisa ia keluarkan di rumah. Setelah dirasa cukup lega, Asami pun bangkit dan menyeka semua air matanya.

"Makasih ya udah mau nemenin gue nangis kayak orang dongo gini."

Zayyan ikut bangkit lalu menggeleng, "Nggak masalah. Aku bisa temenin kamu selama apapun yang kamu mau kalo itu bisa bikin kamu tenang."

Asami tersenyum tipis. Matanya membulat kala ia merasakan tangan besar Zayyan mengusap-usap puncak kepalanya. Asami menoleh, menatap wajah menjengkelkan itu yang kini sedang tersenyum ramah dan hangat, "Kamu udah berusaha yang terbaik."

Asami refleks mundur satu langkah, "demen banget sih jadi buaya darat." cibirnya meledek.

"Buaya buaya gini aku setia lho." Zayyan yang merasa atmosfernya mulai membaik ikut melayangkan candaan.

"Nggak percaya. Udah ah ayo pulang."

"Iya, iya."

Asami berpikir sejenak, "kapan-kapan temenin ke toko buku mau nggak? Ada buku yang mau gue beli tapi gue nabung dulu."

Zayyan menyahut semangat, "boleh tuh. Kapan aja aku siap!"

"Semangat bener..." Asami sweatdrop. Zayyan nyengir, "soal kamu selalu semangat dong." Asami memutar mata lelah.

"Aku mau nganter dengan satu syarat." Ujar Zayyan tiba-tiba, "kok tiba-tiba berubah pikiran?" Asami menyahut heran.

Zayyan tersenyum miring, "jangan pake Lo-Gue lagi tapi pake Aku-Kamu, baru aku mau nganter."

Asami blushing, untungnya matahari sudah lama tenggelam jadi Zayyan tidak bisa melihat kedua pipi Asami yang sudah merah sekarang. "Ogah!"

"Ayolah, cuma begitu doang masa nggak bisa." Bujuk Zayyan.

"Nanti, kalo gue mood." Jawab Asami acuh tak acuh.

"Kapan moodnya kalo gitu...." Zayyan mengerucutkan bibir kesal.

Keduanya pun kembali pulang. Zayyan mengantar Asami pulang lalu kembali ke rumahnya.

Sejak saat itu, hubungan diantara mereka perlahan mulai membaik dan ke depannya akan lebih baik lagi.

Semoga saja.

...******...

1
ussy kusumawati
semangat💪🏻💪🏻
Anna🌻
kak aku mampir, semangat terus ya💖
Dylan_Write: Halo Anna, terima kasih sudah mampir~
Semangat juga dalam beraktivitas^^
total 1 replies
Aurora79
😂😂😂😂😂😂
Aurora79
Foolback ya kak! 😁
Aurora79
Mampir aku kak KenKen... Sepertinya menarik...😊🍻
Ind
semangat kak,saya malah lagi ongoing bab 6 🥹🥹
masih jauh...saling support yaa
Dylan_Write
Halo~
Ini karya pertamaku di sini. Hope this book can make all of you enjoy reading!
Masih banyak kekurangan dalam buku ini, tapi aku selalu berusaha memperbaikinya hari demi hari.
Mohon dukungannya~!
Anonymous
NEXXTTTTT
Gresiaa_.
semangat thorr...
Arisena
Coba-coba baca novel romansa, kyknya oke juga
smgt thor💪
Dylan_Write: Terima kasih banyakkkk
total 1 replies
Salsabila
mampir juga ya ke cerita ku💕
Salsabila
cerita nya seru
Una loca(。・`ω´・)
Memikirkan ulang
Dylan_Write: Terima kasih sudah mampir dan membaca. Dukunganmu sangat berharga(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!