Nia terpaksa menikah dengan Abizar untuk balas Budi. Karena suatu alasan Nia harus merahasiakan pernikahannya termasuk keluarganya. Orang tua Nia ingin menjodohkan Nia dengan Marcelino. Anak dari teman papanya.
Bagaimana kelanjutan pernikahan Abizar dan Nia ? Siapakah yang akan di pilih oleh Nia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marah
"Siapa laki-laki yang bersama mu tadi malam ?" Nia mengerenyitkan keningnya mendengar pertanyaan Abizar. Apa Abizar melihat dirinya tadi malam bersama Marcelino ? Nia bertanya delam hatinya.
"Siapa dia, Nia ?" Abizar kembali mengulangi pertanyaannya dengan suara yang datar karena Nia belum juga menjawabnya.
"Oh, dia salah satu anak teman bisnis papa ku. Perusahaan papa memiliki kerja sama dengan perusahaannya." jawab Nia apa adanya.
"Jadi, kalian sering bertemu ?" tanya Abizar lagi.
"Tidak juga." jawab Nia acuh sambil ponselnya.
"Abi, kita jadi makan tidak ?" tanya Nia dengan sedikit ngambek karena Abizar tak juga menjalankan mobilnya.
"Ya. Kita berangkat sekarang." Abizar mulai melajukan mobilnya membelah jalanan yang cukup padat karena sudah masuk waktu makan siang.
"Mau makan di mana ?" tanya Abizar.
"Terserah." Nia menjawab sambil mengangkat bahunya.
Abizar menghentikan mobilnya di sebuah restoran yang tidak begitu jauh dari kantor Nia untuk menghemat waktu. Abizar melihat Nia yang terlebih dahulu berjalan didepannya. Abizar menyadari sikap Nia tidak seperti biasanya hari ini yang lebih banyak diam dan menjawab singkat singkat setiap ia bertanya.
"Nia" Abizar membuka suara terlebih dahulu.
"Ya" jawab Nia singkat sambil menikmati makanannya dengan lahap. Nia melihat ke arah Abizar sebentar karena tidak mendengar suara laki-laki itu lagi.
"Tidak makan ?" tanya Nia ketika melihat makan di piring Abizar masih utuh tidak tersentuh. Sedangkan miliknya sudah hampir habis separuhnya.
Abizar hanya menggeleng. Matanya masih terus memperhatikan wajah cantik Nia yang beberapa hari ini selalu mengganggu pikirannya.
Nia melanjutkan lagi makannya tanpa memikirkan Abizar. Karena saat ini Nia sangat kelaparan.
"Apa hubungan mu dengannya ?"
Pertanyaan Abizar sontak membuat Nia menghentikan makannya.
"Apa ? Hubungan dengan siapa ?" Nia tidak mengerti maksud pertanyaan Abizar.
"Apa hubungan mu dengan pria yang bersama mu tadi malam ?" Abizar memperjelas pertanyaannya.
"Seperti yang aku katakan tadi. Dia itu anak temannya papa dan perusahaan kami sedang bekerja sama. Tidak ada hubungan apa-apa selain itu." Nia menjelaskan.
"Benar begitu ?" tanya Abizar memastikan.
Nia menghela napasnya dan menyedot minuman di gelasnya untuk menenangkan emosi yang mulai menguasai dirinya. Nia merasa marah bila Abizar seolah meragukan dan tidak percaya padanya.
"Abi, masih mau makan tidak ? jika tidak kita bisa pulang sekarang." ucap Nia dengan sedikit marah.
"Iya. tunggu sebentar." Abizar mulai menyantap makanannya.
Berbeda dengan Nia yang sedang marah, Abizar justru sedang merasa senang karena mendengar penjelasan Nia yang mengatakan jika dia tidak ada hubungan apa-apa dengan laki-laki itu. Abizar tersenyum melihat ekspresi Nia yang seperti anak kecil yang sedang merajuk, membuat Abizar ingin sekali mencubit kedua pipinya itu.
Setelah Abizar menyelesaikan makannya, mereka pergi meninggalkan restoran. "Mau langsung pulang ke kantor atau ke mana ?" Abizar melihat jam tangannya menunjukkan waktu istirahat masih lama.
"Langsung pulang." jawab Nia ketus.
Abizar menjalankan mobilnya setelah mendengar jawaban Nia. Sepanjang perjalanan Nia hanya diam saja. Beberapa kali Abizar melirik ke arah Nia yang sedang cemberut. Itu terlihat sangat lucu di mata Abizar.
"Kenapa diam ?" tanya Abizar
"Tidak kenapa-kenapa." jawab Nia singkat
"Marah ?" tanya Abizar lagi.
"Tidak." jawab Nia ketus yang membuat Abizar tertawa.
Nia menatap tajam kearah Abizar. Bisa-bisanya laki-laki itu menertawakan dirinya yang sedang marah. Membuat Nia bertambah marah.
Abizar menghentikan mobilnya ketika sudah sampai di depan gedung Newtec. Nia segera melepas seatbeltnya dan bersiap membuka pintu mobil. Tapi Abizar segera menahan tangan Nia. "Tunggu." Nia segera menepis tangan Abizar.
"Maaf." ucap Abizar.
"Sebentar saja. Aku ingin bicara ?" lanjutnya lagi.
Nia kembali membetulkan duduknya.
"Maaf jika ada kata-kataku yang salah." Ucap Abizar dengan nada memohon. "Aku tidak bermaksud mencampuri urusan pribadi mu. Hanya saja aku ...." Abizar menghentikan kalimatnya. Ah, aku harus mengatakan apa ? tidak mungkin dia mengatakan cemburu atau tidak suka melihat Nia berdua dengan laki-laki lain.
Nia menatap lurus ke depan. Tak sedikit pun di melihat kearah Abizar. Dasar laki-laki tidak peka. Batin Nia. Dia marah bukan karena Abizar menanyakan tentang hubungannya dengan Marcelino. Tapi karena pria itu tidak percaya padanya padahal dia sudah menjelaskan semuanya.
"Aku apa ?" tanya Nia dengan nada marah.