Kisah ini berasal dari tanah Bugis-Sulawesi yang mengisahkan tentang ilmu hitam Parakang.
Dimana para wanita hamil dan juga anak-anak banyak meninggal dengan cara yang mengenaskan. Setiap korbannya akan kehilangan organ tubuh, dan warga mulai resah dengan adanya teror tersebut.
Siapakah pelakunya?
Ikuti Kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Mewah-2
Andi Enre tersentak kaget. Ia tidak tahu, jika saat ini ternyata sedang bersama seorang mafia tambang. Dadanya bergemuruh dan tentu saja ia takut mati.
"Jangan banyak protes, atau kepalamu ku ledakkan!" ancam pria bermata sipit tersebut.
Andi Enre menahan emosinya. Saat ini ia juga sedang memikirkan nasib Daeng Cenning yang ikut bersamanya. Andai saja peristiwa ini dapat ia ketahui sebelumnya, maka ia tidak akan membawa sang istri ikut bersama, baginya keselamatan adalah hal utama.
"Bagaimana? Masih ingin membantah?!" ucap pria itu dengan nada ancaman.
Andi Enre hanya menunduk, dan ia tidak dapat berbuat banyak, akhirnya pasra begitu saja.
"Aku sudah mengirimkan ke rekeningmu sebanyak dua milyar, dan ku harap kerjasama ini akan berjalan cukup lama, dan tolong tandatangani kontrak perjanjian diatas," pria itu menyerahkan selembar kertas dengan bermaterai dan memaksa Andi Enre untuk menandatanganinya.
Hanya demi sang istri, ia akhirnya mengalah dan menyetujui perjanjian dengan keterpaksaan.
"Baiklah, sekarang pergilah, dan semuanya akan baik-baik saja," ucap pria itu dengan santai, setelah merampas semua biji emas miliknya.
Dengan rasa amarah dan kesal, ia terpaksa membawa Daeng Cenning yang sedari tadi hanya diam tanpa protes dan memperhatikan pria bermata sipit itu dengan tatapan yang sangat misterius.
Keduanya keluar dari dalam kamar hotel, dan Andi Enre merangkul sang istri. "Maafin abang, ya. Sayang. Impian kita untuk jalan-jalan ke luar negeri dan membangun rumah mewah harus tertunda," ucapnya dengan rasa penyesalan.
"Tidak apa, Lakkai, yang penting bersamamu, itu sudah membuatku merasa bahagia. Tapi maukah, Lakkai membawaku menginap dihotel ini semalam saja?" pinta sang istri dengan tatapan yang sangat sendu, dan tentu saja itu tak mampu untuk ditolak oleh Andi Enre.
"Tentu, Sayang. Kita akan memesannya," sahut sang suami, lalu mereka memesan kamar hotel dan berniat untuk menginap semalam saja.
Bagi Andi Enre, menyenangkan hati sang istri adalah merupakan kebahagiaan baginya.
*****
Malam menjelma, Andi Enre baru saja menghabiskan malam bulan madu mereka. Keduanya terlihat menikmati malam percintaan mereka, meskipun harus kecewa kehilangan uang senilai dua puluh milyar, dan itu sangat merugikan sekali, tetapi Daeng Cenning, selalu saja bisa membuatnya kembali tenang.
Pria itu tiba-tiba merasakan kantuk yang sangat luar biasa, dan ia tertidur lelap, ditambah kelelahan saat melayani pesona ranjang sang istri.
Setelah Andi Enre terlelap, Daeng Cenning ikut berbaring disampingnya. Ia memejamkan matanya layaknya orang yang sedang tertidur.
Akan tetapi, ia bukan hendak tidur, melainkan sedang merapalkan sebuah mantra untuk mengubah.dirinya menjadi sesuatu yang lain.
Sesaat jiwanya pergi dari raga yang sedang terbaring diatas ranjang, dan mengubah wujudnya menjadi sesuatu yang sangat mengerikan, dan siapa saja yang melihatnya akan ketakutan.
Ia melompat dari kamar hotel, lalu tiba diparkiran dan bersembunyi dibalik mobil-mobil yang sedang terparkir.
Sorot matanya yang memerah memindai setiap mobil seperti sebuah kamera yang siap untuk memantau apa saja yang sedang ditargetkannya.
Hingga saatnya ia mengendus aroma tubuh seseorang, dan melihat mobil mewah berwarna hitam dibagian tengah parkiran.
Ia melesat dan masuk ke dalam mobil, lalu bersembunyi dibalik jok belakang.
Sesaat terlihat seorang pria bermata sipit dengan dua orang pengawal yang selaku siap siaga berada dikanan dan kirinya.
Entah nasib apa bagi si Mata Sipit saaf malam ini haru ikut diparkiran, sebab biasanya ia dijemput oleh sopirnya dan menunggu ditempat yang nyaman.
Ketiga masuk kedalam mobil, dan salah satunya duduk menjadi sopir.
"Mengapa mobil ini berbau busuk, seperti bau comberan! Apakah kalian tidak mencucinya? Aku ingin muntah menciumnya!" ucap si Mata Sipit, sembari menutup hidungnya.
"Maaf, Bos. Mobil ini setiap hari diservice dan diberi pengharum ruangan," ucap sang sopir dengan penegasan.
Dan ia juga merasa sangat bingung, mengapa mobil mereka tiba-tiba bau comberan.
"Sudahlah, kita pergi dari sini, dan nanti tukar mobil diperjalanan," titahnya pada sopir tersebut, meskipun nafasnya merasa sesak saat mengendus aroma busuk tersebut.
"Baik, Bos!" ucapnya dengan tegas, dan mengemudikan mobilnya untuk meninggalkan parkiran.
Sementara itu, bodyguard yang berada disamping si Mata Sipit menghubungi rekan mereka untuk memberikan satu mobil diperempatan jalan, dan harus tiba tepat waktu.
"Kenapa tiba-tiba merasa merinding--ya?" ucap si Mata Sipit merasakan bulu kuduknya meremang.
Saat bersamaan, sang sopir melihat sesuatu dijok belakang melalui kaca dashbor, dimana dua bola mata merah menyala dengan bulu hitam lebat sedang bersembunyi disana.
"Hah! Apa itu?" ucapnya dengan nada tinggi, dan membuat si Mata sipit bersama sang bodyguard menoleh kearah belakang.
Tanpa terduga, satu serangan cukuo cepat dan tidak terbaca lawannya, membuat si Mata sipit harus kehilangan kepalanya.
Kreeeetaaak
Craaaaash
Kepala pria itu sudah terputus dan berada ditangan sosok makhluk yang sangat mengerikan tersebut.
Dan...,
Wuuuuissssh
Taaaak
Kepala ai Mata sipit ia lemparkan ke atah sang sopir hingga terdengar bergeretak.
"Aaaaaaa," pekiknya kesakitan, dan ia menyetir dengan tidak seimbang. Kepala si mata Sipit bergelinding dilantai mobil bagian depan.
Sedangkan sang bodyguard yang melihat kepala bos-nya terlepas oleh makhluk mengerikan itu, terdiam seperti membeku, sebab selama ini ia tidak pernah menghadapi musuh selain manusia, meski selicik apapun itu
Melihat hal itu, sosok mengerikan yang tak lain adalah Parakang, menghujamkan tangannya masuk kedalam mulut sang bodyguard, lalu merogoh tenggorokan korbannya dan menarik paksa organ tubuhnya hingga rusak parah, lalu mengunyanya didepan sang sopir, yang mana membuat pria itu jatuh pingsan.
Mobil mengalami oleng, dan sosok Parakang bergegas pergi, laku tak lupa unruk mengambil kembali tas ransel berisi biji emas miliknya, dan melesat pergi sebelum akhirnya mobil itu terguling dijalanan dan meledak.
Saat bersamaan, mobil penjemput juga baru tiba dilokasi perempatan, dan ia hanya tercengang saat melihat mobil hangus terbakar.
*****
Hari sudah pagi. Daeng Cenning sudah mandi dan berganti pakaian. Ia melihat sang suami baru saka terbangun, dan tubuhnya tampak kembali bugar.
"Sayang, ini jam berapa?" tanyanya dengan rasa segar, sebab tidurnya terlalu lama.
"Sudah pukul sembilan pagi. Kita pulang, Yuk. Mau beli bahan bangunan, buat bangun rumah mewah impian kita," ucapnya dengan senyum termanis.
"Iya, Sayang. Abang mandi dulu, ya," ucapnya, lalu beranjak dari ranjang hotel.
Sesaat tangannya tanpa sengaja memegang sesuatu, dan ia menoleh ke sisi kanan, dan dikejutkan dengan tas ransel hitam yang saat semalam sudah disita oleh para mafia tambang.
"S-Sayang, kenapa tas ini tiba-tiba ada disini?" tanyanya dengan nada bingung.
"Untuk bangun rumah mewah," jawab Daeng Cening dengan santai.