90 DAYS

Deburan ombak menghantam kedua kaki kekar itu. Tubuh kekar itu tampak hanya bertopang kedua tangan menahan hempasan air laut yang naik ke tepi pantai, tatapan kosong itu menandakan kecewa yang mendalam.

Apa aku bisa memulai kehidupan baru dengan harapan baru??

Apa aku mampu??

Tidak!! tidak....." teriak suara jantan dan kecewa itu bersatu.

Pantai menjadi pelampiasannya saat ini, sekarang dia berada dipulau Bali. Di pulau Bali ini dia memiliki satu villa yang tidak pernah di ketahui oleh seorang pun juga.

Lelaki ini adalah Tio Sanjaya, lelaki berusia sama dengan Derry ini juga sama-sama mencintai satu orang wanita. Namun di sayangkan, cinta Tio hanya cinta tanpa ungkapan, dan sekarang cinta itu telah membawanya dalam kekecewaan yang mendalam.

Dia meninggalkan semua barangnya di hotel, baju koper dan pekerjaan semua di tinggal di hotel kota Surabaya. Rasanya, dia tidak ingin menatap Soraya atau pun Derry lagi.

Keadaan dirinya serba salah. Dia bisa saja memukuli Derry, badannya yang kekar dan tinggi itu bisa menjadi seimbang oleh Derry , hanya saja Tio benar-benar menyayangi Derry juga, karena mereka terikat persaudaraan walau bukan sedarah.

Dilema besar dalam hati Tio sekarang ini. Apa yang di perjuangkan dan di harapkan ternyata sudah di miliki orang. Segalanya dia korbankan untuk Soraya dengan tulus tanpa pamrih, menunggu cinta itu disambut oleh Soraya, namun belum lagi bersambut cinta itu sudah putus harapannya.

Soraya dan Derry saling diam di kamar hotel tersebut. Soraya hanya terisak karena memikirkan keluarganya yang baru saja menelpon dari kampung halamannya tersebut.

Keadaannya rumit saat ini, Soraya masih dalan urusan kerja, dia belum bisa pulang ke kampungnya untuk melihat keluarganya disana. Adik nomor dua Soraya mengabari jika ayah dan ibu mereka keduanya masuk rumah sakit.

Memang niat Soraya setelah urusan kerja di luar kota ini selesai dia ingin mengambil cuti seminggu untuk menjenguk keluarga yang ada di kampung.

Dua bulan lagi adik perempuannya akan masuk ke jenjang kuliah, dia pun masih bingung harus memasukkan adiknya di kampung atau ikut bersamanya tinggal di kota Jakarta.

Sekarang pula masalah bertambah banyak lagi. Jika Tio sudah pun tahu status mereka saat ini, pastilah Tio akan mengatakan semuanya kepada orang tua Derry atau bahkan kepada Fanni.

Sanggupkah Derry melihat Fanni kecewa??

Kurasa tidak!! seorang Fanni sangat dicintai Derry, namun anehnya Soraya lebih mendominasi akhir-akhir ini. Jika sekarang di lakukan voting hati, maka kemungkinan Soraya pemenang mutlak votingan itu.

Kemana cinta untuk Fanni??

Entah lah, dia tidak tahu sisa cinta itu berlabuh dimana. Dengan Soraya membuat dirinya menjadi berubah seketika, bahkan dia sekarang rela datang jauh-jauh dari kota Jakarta ke kota Surabaya, hanya karena memikirkan seorang staf yang sekarang bergelad istrinya itu.

"Raya.. maafkan aku," Derry bersuara pelan.

Tidak ada sahutan apa pun dari Soraya, di masih diam dan meratapi kesedihannya. Mendengar berita sakit saja dia sudah terisak sebegininya, apalagi mendengar berita duka, itu tidak akan mampu dilaluinya.

Menerima tawaran menikah dengan Ceo ini pun karena alasan keluarga yang harus di topangnya. Ibarat rumah, Soraya adalah pondasinya, dia lah yang menopang segala masalah keluarga.

Menjadi anak sulung perempuan memang tidak enak di jalani Soraya. Semua tanggung jawab berada di pundaknya. Ada tiga orang adik lagi yang harus di tanggungnya saat ini.

Dengan bekerja sebagai bagian keuangannya sebenarnya tidak lah cukup untuk memenuhi segala kebutuhan dirinya dan keluarganya, namun karena dia dinikahi oleh seorang Ceo, itu lah mengapa kebutuhannya terbantu saat ini.

Memikirkan itu semua, membuat Soraya melemah saat ini. Dia tampak tidak menghiraukan Derry lagi, dia masih saja memenamkan wajahnya di dalam lutut yang terangkat tersebut.

Derry tampak sangat merasa bersalah kepada Soraya sekarang. Mendengar suara tangisan Soraya yang terisak tak hentinya itu, membuat dia juga frustasi dan takut saat ini.

Kemarahannya membuat semua keadaan menjadi berubah total. Derry pun mencoba naik ke atas ranjang dan mendekati Soraya yang sedang bersimpuh didalam lututnya tersebut.

Dengan lembut tangan kekar itu memebali rambut sang istri. Ya! ini pertama kali di lakukannya dalam keadaan sadar.

Seorang Derry Sanjaya yang memiliki hati seperti batu tidak pernah melakukan tindakan itu sebelumnya saat dia sedang marah besar, biasanya dia selalu meninggalkan orang tersebut namun kali ini dia tak sanggup meninggalkan Soraya yang menangis itu.

"Soraya.... maaf kan aku sekali lagi," bisiknya lembut di telinga Soraya.

"Derry.. berhentilah meminta maaf," Soraya bersua garau dan lidahnya terasa pahit dia rasakan.

"Raya.. kenapa kau menjadi seperti ini??" tanya Derry bingung.

Soraya menepis tangan Derry dari kepalanya, perlakuan yang tampak kasar itu seakan menjadi pisau untuk Derry saat ini.

Apa aku salah??

Apa aku salah mengakui istriku sendiri??

Apa Soraya mencintai Tio??

Kecemburuan itu masih saja bermain di pikiran Derry Sanjaya saat ini. Dia masih saja mencurigai Soraya mencintai Tio, padahal jika di belah tubuh Soraya hanya ada Derry di hatinya.

"Raya.. bicaralah seperti biasa," ucap Derry kembali.

Sekarang, Soraya mencoba mengakhiri tangisnya itu, dia pun mencoba memberanikan diri mendongakkan kepalanya menghadap Derry yang sedang berada secengkal dari matanya tersebut.

"Derry! kau dengar ini baik-baik!"

"Ceraikan aku sekarang juga!!" bentak Soraya kepada Derry.

"Apa!! Menceraikanmu??

"Apa karena Tio, kau meminta cerai!! karena lelaki lain! Ha.." teriak Derry dan sekarang wajahnya memerah.

"Bukan! bukan karena Tio!!" balas Soraya keras juga.

"Lalu, kenapa kau ingin cerai?? dengar satu hal, aku masih memegang nota merah kita!!" teriak Derry lagi.

"Aku sudah tidak tahan menjadi istri dalam kontrak tersebut, kau tidak mencintaiku Derry!! lalu untuk apa kita teruskan pernikahan ini?? untuk apa??"

"Apa hanya untuk menyiksaku?? aku tahu kau bukan mencintaiku, kau membenciku!!" pungkas Soraya meluahkan kegeramannya kepada Derry.

"Cukup Raya!! jangan berteriak lagi, jangan membuatku semakin marah dan membencimu untuk kali pertama ini."

"Kali pertama?? Derry.. kau memang membenciku dari awal kau masuk menjadi Ceo, aku tahu itu!!" balas Soraya.

"Raya berhenti mengatakan itu!!" ucap Derry.

"Baik, jika kau ingin kita bercerai tunggu setelah kontrak selesai, aku akan memenuhi keinginanmu!!" ucap Derry lagi.

Derry pun keluar dari kamar tersebut. Dia meninggalkan SORAYA sendirian di dalam kamar hotel itu. Ketika Derry mengatakan kalimat terakhir itu, membuat hati Soraya semakin terasa tertusuk pisau belati yang tajam saat ini.

Ya! benarkan apa kata hatiku, kau tidak pernah mencintaiku sedikitpun!! ucap Soraya sendiri.

Bahkan Soraya yang sudah berhenti menangis kali ini kembali lagi mengeluarkan air matanya. Derry benar-benar tampak serius dengan ucapannya tersebut.

Akankah mereka bercerai??

Note: Jika kalian suka cerita ini tolong berikan bote dan komen, jika kalian ingin ini up bnyak berikan author semangat ya gais terima kasih.

****