Gadis SMA bernama Monday , 16 tahun seorang yatim piatu. Sebatang kara dan harus mengais rejeki sendiri.
Dia tak ingin mengemis, namun dia harus berusaha mendapatkan uang lewat tarian kecilnya dibawah rambu lalu lintas.
Bisakah Monday bertahan? Bangkit dimasa sulit untuk mencapai impiannya. Akankah ia mampu meraihnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon By Amnesia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Acuh Tak Acuh
Jumat 21:00
Jam berlalu cepat. Di malam itu Monday merasa lapar. Gadis itu ijin dengan Siti untuk membeli makanan di warung kucing 24 jam yang dekat dengan rumah sakit. Monday juga menitipkan tas nya dengan Siti. Gadis itu lupa, dia dan Siti pernah tak akur.
Kring kring
Ponsel Monday yang ada di dalam tas yang dititipkan tadi berdering.
Rupanya Tegar menelpon Monday, Siti membiarkannya karena mengira tidak penting. Tak lama kemudian ada pesan yang masuk.
"Monday, udah tidur ya? kalau belum buka pintu ya. Aku ketuk-ketuk dari tadi ga di buka-buka hehe. Mau balikin tempat makan yang tadi, ni sekalian ada isinya Durian," pesan Tegar di sebuah SMS.
Siti semakin penasaran mengambil handphone Monday dan membaca pesan tersebut.
"Tegar? tunggu deh. Ini cowok yang bikin Friday cemburu. Tenang saja Friday aku akan membuat mereka saling membenci hahaaha," ucap Siti dengan penuh tawa di batinya.
"Maaf kak Tegar, aku gak dirumah. Aku lagi bercinta di hotel sama pacarku. Dan juga aku ga suka Durian. Ambil kembali aja. Oh iya, mulai sekarang kita jaga jarak aja. Friday gak suka kalau kita terlalu dekat," balas Siti dengan menggunakan ponsel Monday.
"Hahaha, mampus loh Monday biar gak sok cantik. Biar Tegar juga ilfill, hahaha, eits hapus pesan dulu biar ga ketahuan." sahut Siti senang.
Setelah terkirim Siti pun segera menghapus pesan dan meletakkan handphonenya seperti semula di dalam tas.
Tegar tidak membalas. Dia bahkan berfikir, serendah itukah Monday. Tegar pun pulang, tempat makannya di letakkan di teras depan pintu.
Tak berapa lama Monday kembali dengan perut yang lumayan terisi. Dia mengintip Friday dari balik jendela. Berharap Friday segera sadar dari bangunnya.
...
Esok pagi
Sabtu 06:00
Monday pulang dengan angkutan umum. Sesampai di depan rumah dia melihat sekotak makanan di depan pintu. Begitu mendekat Monday mengenal kotak makan miliknya itu.
Ketika di bukanya isinya, gadis itu sangat senang.
"Durian ini favoritku banget. Hemm aromanya wangi dan enak," ucap Monday seraya mengendus aroma durian itu.
Tak berapa lama Tegar melewati rumah Monday dengan motor sportnya. Monday berteriak memanggilnya ingin berterimakasih. Tapi Tegar mengabaikannya. Entah dia tahu jika dipanggil atau sengaja pergi.
Dari kejauhan rupanya Tegar mengamati Monday lewat kaca spion. Ingin sekali dia berhenti, namun seketika Tegar merasa jijik. Apalagi jika Tegar benar-benar tahu bahwa Monday telah kehilangan kesuciannya. Monday lalu mengirim pesan pada Tegar.
"Kak Tegar terimakasih ya duriannya . Masih enak, Aku terkejut saat ada kotak makan di depan pintu, apalagi ada duriannya favorit ku banget," Monday mengirim pesannya lewat ponsel.
Belum ada balasan saat itu karena Tegar masih berada di jalan. Monday kemudian masuk bersiap untuk sekolah.
Sesampainya di sekolahan. Monday melewati halaman sekolah yang selalu mengingatkannya dengan Friday. "Friday , ayo lekas sembuh," doa Monday dari dalam hatinya. Disusurinya lorong sekolah yang belum ramai. Hanya beberapa yang sudah datang.
Di kelasnya, gadis itu segera meletakkan tas dengan malasnya. Kemudian duduk dan merebahkan kepalanya di meja dengan wajah suntuk. Miftah teman sebangkunya, memberikan catatan pada Monday.
"Nih catatan Fisika kemarin, dan hari ini test fisika," ucap Miftah yang membawa kabar buruk bagi Monday.
"Makasih," ucap Monday tak bersemangat.
Segera ia menyalin catatan kemudian mempelajarinya. Masih ada waktu untuk belajar . Miftah mengeluarkan kotak besar berisi berbagai macam roti .
"Lemes amat sih, nih sarapan roti dulu," Miftah membagi roti dengan Monday diberikannya 2 buah rasa pisang dan keju.
"Makasih," lagi-lagi hanya satu kata yang keluar dari mulut Monday. Di ambilnya roti itu dan dilahapnya segera, sambil menghafalkan rumus fisika.
Gadis itu terus melirik ponsel miliknya. Dan sesekali membuka ponselnya. Belum ada balasan juga dari Tegar.
"Kenapa dengan sikap kak Tegar ya? Aku salah apa? apakah soal kemarin tentang omonganku yang asal bicara dengan tante-tante itu?" Monday bertanya pada dirinya sendiri di dalam hati.
Bel Tanda Masuk berbunyi.
Pelajaran pertama adalah fisika, Monday belum sepenuhnya siap dengan ujian itu. tapi dia berterimakasih setidaknya dari 30 siswa dikelas itu hanya Miftah yang peduli dengannya.
Miftah adalah laki-laki yang pernah menyatakan cinta pada Monday saat kelas 1 SMA , tapi Monday menolaknya lantaran ia hanya menganggap Miftah tak lebih sari sekadar sahabat.
Waktu demi waktu berlalu tak terasa waktu menunjukkan saatnya pulang sekolah.
Monday mendapat kabar dari Elisabeth bahwa semua data penari dan kru perias sudah berada di tangan Elisabeth, tapi hanya data Monday yang belum ada. Sepulang sekolah ini Monday harus segera langsung pergi ke Galery.
Sesampai disana sudah ada Tegar di dalam ruang kerja Elis. Ketika Monday hendak menyapa. Tegar meminta ijin keluar pada Elisabeth karena akan terima telpon. Monday pun dipersilahkan duduk. Tegar pura-pura sibuk dengan ponselnya dan menjauhi Monday. Pertanyaan tentang mengapa Tegar menjauhi Monday telah berputar-putar di kepalanya.
"Elis, apa kabar, " tanya Monday basa-basi.
"Baik sayang, kamu sendiri kenapa terlihat sedih," ucap Elis mengamati.
"Setelah putus, Aku dapat kabar dia koma karena kecelakaan motor. Aku butuh waktu seminggu sebelum tanda tangan kontrak, apakah boleh. Jika setelah seminggu aku takut berubah pikiran,"
"Boleh sayang, selama kamu belum tanda tangan kontrak, kamu boleh membatalkan. Sebaiknya kamu mengurus masalah pribadimu dahulu agar kerjaan kamu nantinya tidak terbebani," Elisabeth begitu pengertian.
"Terimakasih Elis.. kamu sahabat terbaikku,"
"Wow, aku terkejut kamu menganggap ku sahabat. I love you Monday, "
"Love you too Elis" Monday berpelukan dengan Elis. Setelah itu Monday pamit pulang.
Ketika Monday pamit pulang terlihat Tegar masih sibuk dengan ponselnya di depan pintu. Monday ingin menyapa, tapi dia ragu, dia tak ingin di acuhkan lagi. Tetap saja Monday harus menyapa setidaknya Monday telah berusaha.
"Kak Tegar, Aku pamit pulang dalu ya, Assalamu'alaikum," kemudian Monday pergi tanpa menunggu jawaban Tegar.
Dia tahu Tegar tidak akan menyapanya atau berbicara dengannya. Bahkan setelah meninggalkan Galery pun Tegar tidak memanggilnya kembali. Meskipun Tegar hanya teman dekat Monday, tapi kenapa ketika acuh datang, rasa hatinya sangat sakit sekali. Hingga terasa sesak di dada.
"Tuhan tak bisakah kau berikan aku kebahagiaan yang lama kurasa. Sedikit ku rasa bahagia, sedikit ku rasa derita. Aku mencoba tegar, mencoba kuat. Tapi orang yang selalu mendukung ku kini mulai meninggalkanku," Monday mencurahkan isi hatinya pada Allah Tuhannya.
Di sisi lain Tegar tidak tega melihat Monday di acuhkan seperti itu. Tapi Tegar terlanjur membenci Monday dan menganggap Monday seperti wanita murahan yang suka pergi ke hotel bermain bersama pacarnya. Tegar tidak tahu kalau semua itu hanyalah fitnah dari Siti.
Di bawah lampu lalu lintas. Monday membuka baju seragamnya, di dalamnya Monday telah memakai kaos polos. Kemudian di ikatkan selendang di pinggangnya. Di ambilnya alat sound system untuk memutar musik tari nya yang ia titipkan di toko dekat rambu lalu lintas dekat rumahnya. Ketika lampu merah menyala. Monday menyetel musik dan mulai menari.
Dia kembali menjadi dirinya yang dulu. Menari dengan senyum meski di balik senyum manis itu terdapat sebuah kesedihan mendalam. Hanya lewat tarian di panggung kecil miliknya, dia merasakan bahagia.
Sebelum lampu hijau menyala Monday menghentikan tariannya dan meminta uang pada pengendara yang menonton. Dia mengharap banyak orang yang menghargai seni tarinya dan memberinya lebih.
Namun pada kenyataannya. Sebuah seni tariannya di hargai dengan uang 500 rupiah. Tak banyak juga ada pengendara mobil yang memberinya sepuluh ribu, bahkan ada yang memberinya Lima puluh ribu.
Tegar pulang dan melewati rambu lalu lintas dekat rumahnya. Dia melihat Monday menari dengan bahagianya. Tegar tersenyum kecil di hatinya dia lupa akan acuhnya. Lalu seketika ia tersadar saat bunyi klakson dari beberapa pengendara. Tegar kembali acuh.
Ia bahkan melewati Monday tanpa menyapanya. Sebenarnya dia merasakan sakit hati. Tak tega melakukannya, tapi menurutnya itu adalah cara terbaik melupakan Monday yaitu dengan menjauhinya dan mengacuhkannya.
"Maaf Mon, aku mengacuhkanmu. Bukankah itu yang kamu pinta?" Ucap Tegar.
Semangat kak Wen, lanjut baca karyamu yg lain...
salam,