Takdir Cinta Sang Penari
"Hah...hah...hah...Aku harus berlari cepat!" Gumam Monday dengan napas tersengal-sengal.
Anak remaja itu jalan terseok-seok setelah lelah berlari dari kejaran Satpol PP. Ia tak ingin dirinya tertangkap petugas Satpol PP lagi. Cukup kemarin saja jangan hari ini.
Hari ini sangat melelahkan baginya. Namun hari berat itu harus Ia lalui dengan tersenyum. Demi penonton yang menikmati tariannya di panggung kecil miliknya.
Dia tak ingin mengemis, namun dia harus mendapatkan uang lewat tarian kecilnya di bawah rambu lalu lintas.
Namanya Monday , berumur 16 tahun seorang yatim piatu, tak punya sanak saudara lainnya. Tinggal sebatang kara di rumah kecil peninggalan orang tuanya.
Mendiang Ibunya dulu adalah guru tari dan kemampuan bakat tarinya menurun kepada Monday.
Monday menguasai beberapa gerakan tarian tradisional dan berharap suatu saat nanti dia dapat sukses lewat tariannya itu dan membawa nama Indonesia harum.
Minatnya pada sebuah seni tak terbatas, selain Tari, dia juga dapat memainkan piano, biola , melukis dan bahkan menyanyi.
Setahun yang lalu Monday masih merasakan nikmatnya hidup dan makan-makanan bergizi. Juga masih merasakan nikmatnya bermain dengan anak seusianya tanpa harus memikirkan penghasilan yang didapat setiap harinya.
Monday anak yang cerdas, sehingga dia bisa sekolah dengan bantuan beasiswa. Namun untuk kebutuhan lain, ia mengandalkan nasibnya. Terkadang harus berpuasa bahkan hanya makan nasi dengan kecap.
Sore harinya, alam tak mendukung. Mendung gelap sudah menampakkan wujudnya. Gemuruh petir mulai meneriakkan suaranya. Namun hujan perlahan turun rintik - rintik, seakan menyuruh Monday untuk berlari cepat menuju tempat teduhnya.
Dalam perjalanan pulangnya Monday merasa ada yang membuntutinya. Tapi saat mengengok ke belakang, tak ada siapapun yang mencurigakan. Alih-alih takut jika itu penjahat atau pencopet, ia laku mempercepat langkahnya menuju ruko terdekat.
Monday berteduh diteras ruko milik sebuah toko perhiasan. Didekatnya ada beberapa orang yang juga ikut berteduh. Hujan masih gerimis, mengundang pejalan kaki untuk menghentikan langkahnya dan segera berteduh. Beberapa diantaranya berhenti sekejap sambil mengeluarkan jas hujan dibalik jok motor nya.
Terlihat dari kejauhan seorang wanita berparas Londo bersama anaknya, berlari-lari kecil hendak berteduh di tempat yang sama dengan Monday.
Sesampainya disana, wanita barat itu tersenyum sambil mengelap air yang membasahi sedikit mukanya. Anak kecil itu pun tersenyum dan bertanya pada Monday.
"Hallo, My name is Toddy , what is your name? "
tanya anak kecil itu memakai bahasa Inggris.
"Hallo Toddy, nice to meet you, My name is Monday." jawab Monday dengan senang. Ini pertama kalinya dia berbahasa asing dengan orang barat.
"Mommy mommy, what day is it." tanya anak kecil kepada ibunya
"Today is Monday, what wrong?" tanya ibunya kepadanya.
"Mommy my name should be 'Today' not 'toddy', because her name is Monday, hahaha." Anak itu berbicara pada ibunya seraya menunjuk Monday. Mereka bertiga pun tertawa. Memecahkan suara riuhnya hujan
Hujan semakin deras, sepertinya mereka akan lama berteduh.
"Hai Monday, saya Elisabeth panggil saja Elis. Saya berasal dari Belanda, namun sudah 3 tahun tinggal di Indonesia. Kamu terlihat pintar dan ramah. Salam kenal ya," sahut Elis yang juga ramah.
"Senang bertemu dengan Anda Nyonya Elis , terimakasih atas pujiannya. Tapi bukankah kita harus bersikap ramah terhadap semua orang?" jawab Monday
"That right, oh hujan semakin lebat. Mobil saya mogok, dan saya sangat lelah. Saya melihat tidak ada angkutan lain lewat disini. Apakah kamu bisa membantu Saya?" pinta Elis meminta bantuan.
"Oh, tentu bisa, sekarang ada aplikasi ojek online. Anda bisa menghubungi mereka lewat aplikasi itu, apakah anda memilikinya?" tanya Monday.
"Saya tidak punya, bagaimana caranya? kamu bisa mengajari Saya?" tanya Elisabeth yang sedang kesusahan.
Monday segera membantunya. Dia hanya membutuhkan waktu 3 menit untuk mengajari Elis. Lima menit kemudian ojek online siap mengantar mereka ke tempat tujuan.
"Oh ya jika butuh bantuan Saya, Kamu bisa menghubungi Saya kapan saja, ini kartu nama Saya. Saya juga memiliki gallery lukisan, datanglah kesana untuk melihat-lihat , ok bye Monday, thank you."
Monday merasa senang mendapatkan teman baru. Gallery lukisan. Mendengarnya saja sudah membuat Monday senang.
"Happy Monday, Monday." teriaknya bersemangat.
Musim penghujan datang. Monday tak dapat menari saat hujan, bisa saja dia menari dibawah hujan yang lebat, namun apa daya tubuhnya tetaplah manusia, yang rentan penyakit.
Sesampai dirumahnya yang kecil. Monday masuk dalam kegelapan. Listrik padam bukan karena pemadaman dari pusat, namun karena ia belum dapat membayar listrik. Malam ini akan menjadi malam temaram di temani lilin kecil yang ukurannya sudah tak utuh.
Monday segera membersihkan diri. Mandi dengan air secukupnya. Kali ini ia menghemat sabun mandinya untuk esok pagi, biarlah malam ini tak memakai sabun.
Lilin hampir padam. Cepat-cepat Monday segera memakai pakaian dan bergegas makan malam. Lagi-lagi dia hanya mampu membeli nasi rames di warung kucing depan gang. Memang porsinya tak banyak, tapi sedikit mengenyangkan.
"Alhamdulillah." ucapnya yang masih mengucap syukur.
Setelah membuang bungkus nasi itu dia pun mencuci tangan dan mulut. Monday selalu menjaga kebersihan tubuh. Meskipun hanya dengan air saja.
Saat akan memasukan buku ke dalam tas yang akan dibawa untuk pelajaran esok nya. Lilin terakhir yang Ia punya padam seketika. Gelap gulita menyala di tengah sunyinya malam.
Monday menangis meratapi nasibnya. Membayangkan hari saat dimana dia memiliki segalanya. Dia teringat dua tahun yang lalu. Saat dimana perusahaan Ayahnya bangkrut. Rumah mewah yang disita oleh bank, mobil mewah dan perabotan lainnya yang harus dijual untuk gaji karyawan. Sisa uang yang ada saat itu hanya cukup untuk membeli rumah sederhana yang kecil.
Mereka jatuh miskin seketika seperti membalikkan telapak tangan. Sangat cepat seperti mimpi.
Setahun setelah kebangkrutannya, kedua orang tua nya meninggal. Pertama Ayahnya meninggal karena komplikasi stroke dan jantung. Beberapa hari kemudian disusul ibunya yang meninggal karena kecelakaan Bus.
Tinggallah Monday sendirian yang harus merasakan kejamnya hidup di Ibu Kota. Orang tuanya tak pernah menceritakan tentang dimana Paman, Tante, Kakek dan Nenek atau saudaranya yg lain tinggal. Yang ia tahu hanyalah tetangga sekitar dan alamat rumah mantan pembantunya dulu.
Dia sendirian harus bangkit dari keterpurukan. Tak boleh sakit, tak boleh mengeluh. Namun Monday juga manusia yang bisa merasakan sakit dan sedih.
Masih dalam suasana kesedihan. Monday berhenti meratapi nasibnya. Dia segera pergi kedepan mengunci pintu. Tak berapa lama ada seseorang yang mengetuk pintu.
Siapakah yang datang, saat Monday tak lagi memiliki cahaya didalam rumahnya. Batinnya pun bertanya-tanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
banyubiru
mampir thor
2022-01-31
1
ᵐᶦℓα✰͜͡ν᭄
mampir
2022-01-17
1
😊👋
next
2021-12-17
1