Ketika Nila Saraswati 22 tahun harus melunasi hutang almarhum ayahnya,dia terjebak dalam perjanjian pernikahan dengan Julian Nugraha 29 tahun yang sudah mempunyai seorang istri.Tapi istrinya itu selingkuh di belakangnya,sehingga Julian menawarkan Nila menikah dengannya sebagai bentuk balas dendam pada istri pertamanya.Nila setuju menikah dengan Julian dengan imbalan memberinya uang untuk melunasi hutang ayahnya pada renternir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28.Bertemu Marsya
Nila dan Julian sekarang berada di kamar setelah makan malam, mereka sedeng bercemgkrama satu sama lain tentang hari mereka di kantor Julian dan Nila di rumah.
Nila tidak tega harus menceritakan kelakuan ibu mertuanya tadi siang. Tapi dia juga tidak bisa diam saja.
"Mas, apa mama akan tinggal di rumah ini terus?" tanya Nila memastikan jika mertuanya akan tinggal di rumah Julian.
"Kenapa, kamu kurang suka sama mama?" tanya Julian memancing istrinya bercerita apa yang dia lakukan bersama mamanya.
"Ngga mas, bukan begitu. Maksud aku apa mama tidak mengganggu pekerjaannya jika lama di sini. Aku suka mama di sini, serasa mendapatkan orang tua baru." kata Nila berbohong.
Julian menarik tangan istrinya untuk lebih dekat lagi padanya, dia memeluk Nila dengan erat.
"Mama itu seorang berpengaruh di sana, jadi kemungkinan di sini hanya sebentar. Mungkin hanya seminggu di sini, kamu jangam khawatir." ucap Julian mengecup puncak kepala istrinya.
"Begitu ya." ucap Nila singkat.
Baiklah, dia akan bersabar selama satu minggu inj menghadapi mertuanya.
"Mas, kamu masih kenyang?" tanya Nila tiba-tiba.
"Ada apa, Kamu pengen makan lagi?"
"Aku pengen pesan makanan di aplikasi, kamu mau mas?" tanya Nila.
Dia kini membuka aplikasi pesan antar makanan di ponselnya. Dia memilih dua makanan yang pengen dia makan malam ini. Julian memperhatikan apa yang di lakukan istrinya. Tidak biasanya istrinya memesan makanan melalui aplikasi.
"Tumben pesan makanan, kamu lapar?" tanya Julian.
"Iya, tadi makan malamnya sedikit mas. Kurang suka dengan menunya." kata Nila.
"Tapi kemarin-kemarin kamu suka makan menu itu. Lahap lagi makannya." kata Julian lagi.
"Ya, malam ini seleranya berubah mas. Ngga tahu aku. Tapi benar kamu ngga mau aku pesan makanan?" tanya Nila.
"Ngga sayang, kamu aja yang pesan." jawab Julian lagi.
Lalu keduanya kembali bercerita tentang restoran yang di pegang Andika, hingga ketukan pintu dari luar terdengar.
"Nah, mungkin itu pesanan datang mas." ucap Nila bangikt dari duduknya.
Dia membuka pintu kamarnya, dan di sana pak Sanip satpam rumah Julian membawa dua jinjingan kantong kresek.
"Ini nyonya dari driver ojol." kata pak Sanip.
"Ya pak Sanip, ini uangnya ya ongkos ojolnya." kata Nila memberikan ongkos kirimnya.
Dia mengambil kantong kresek dari tangan pak Sanip, lalu dia masuk laginke dalam kamar. Julian menatap tingkah istrinya yang senang dengan makanan pesan antarnya.
"Kamu beli apa sayang?" tanya Julian mendekat duduk di sofa.
Dia melihat istrinya memakan sate kambing dan juga jus jambu merah dan minuman es cokelat.
Sepertinya menggiurkan, Julian mencicipi satu tusuk sate dan memakannya.
"Enak ngga mas?" tanya Nila mengunyah satenya.
"Ya enak. Aku cukup mencicipi saja, kamu yang makan di habiskan ya." kata Julian.
Dia mengambil satu tusuk sate lagi dan lagi. Dan kini istrinya mencibir suaminya.
"emm, ternyata doyan ya." kata Nila menyindir.
"Kan aku mencicipi aja sayang." kata Julian memasukkan lagi satu tusuk sate ke dalam mukutnya.
"Kalau mencicipi tuh cuma satu dua tusuk bukannya habis enam tusuk." kata Nila.
"Hehehe, ternyata enak satenya. Mau peaan lagi?"
"Ngga mas, aku sudah kenyang."
"Ya sudah, besok bisa pesan lagi."
"Kalau pagi ngga ada mas, bukanya tuh menjelang malam hari. Mereka buka dari sore sampai malam." kata Nila.
Mereka makan sate malam hari berdua di kamar. Dan tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Mereka akhirnya tidur.
_
Ibu Mia seperti biasa membuat ulah lagi. Jika Julian pergi ke kantor, ibu Mia mulai beraksi. Dia memang tidak suka dengan menantunya itu, tapi ibu Mia ingin mempermainkan Nila.
"Susi, coba kamu panggilkan anak kampung itu." kata ibu Mia pada Susi.
Susi mengerutkan keningnya, siapa anak kampung? Apa menantunya?
"Cepat Susi!" bentak ibu Mia.
"Iya nyonya." kata Susi.
Dia melangkah naik ke atas tangga, sesekali menengok ke bawah melihat ibu Mia tersenyum sinis.
"Duh, ada lagi ular yang ganggu nyonya Nila." gumam Susi.
Dia sampai di depan pintu kamar majikannya.
Tok tok tok
"Ya, sebentar."
Jawaban Nila dari dalam. Tak berapa lama, Nila membuka pintu dan melihat Susi ada di depannya.
"Ada apa Susi?" tanya Nila.
"Itu, nyonya. Di panggil nyonya Mia di bawah." jawab Susi ragu.
Nila berkerut, mau apa lagi sih mama tuh? pikir Nila dalam hati.
"Ya sudah, nanti aku turun." kata Nila.
Lalu Susi pergi dari hadapan Nila, dia turun ke bawah masih melihat ibu majikannya itu menatapnya.
"Bagaimana, apakah dia akan turun?" tanya ibu Mia setelah Susi sudah di bawah.
"Ya nyonya, sebentar lagi." jawab Susi.
"Sedang apa dia?" tanya ibu Mia lagi.
"Saya tidak tahu nyonya, mungkin sedang merapikan kamarnya." jawab Susi.
"Heh, jiwa pembantu. Ada pembantu bisa mengerjakannya kenapa harus merapikan sendiri." ucap ibu Mia mencibir.
"Dari dulu nyonya Nila seperti itu, nyonya Mia. Tidak mau di rapihkan kamarnya oleh orang lain.
"Sama saja." ucap ibu Mia lagi.
Susi pergi dari hadapan ibh Mia, jika di ladeni makan akan terus menghina majikannya itu.
Nila pun turun, dia melihat ibu Mia menatapnya tajam.
Hingga sampai di hadapan mertuanya, Nila bersikap sopan. Ibu Mia melengos.
"Ada apa mama memanggil saya?" tanya Nila.
"Antarkan ibu pergi shoping, aku pengen beli baju dan sepatu. Sepatuku sudah kekecilan." kata ibu Mia.
Nila menghela nafas panjang, baiklah. Kali ini aku akan turuti apa maunya mertuaku ini, pikir Nila.
"Iya ma, saya akan bersiap dulu." kata Nila.
Dia pun naik lagi untuk mengambil tasnya dan berganti pakaian yang lebih santai dan oas untuk pergi jalan-jalan.
Setelah selesai, dia turun lagi dan menemui ibu Mia yang sudah siap pergi. Mereka pun keluar menemui Paijo supir pribadi rumah Julian .
"Pak Paijo, antarkan kami ke mall ya " kata Nila.
"Siap bu."
Paijo lalu mengeluarkan mobil yang memang khusus mengantarkan Nila kemana dia pergi.
Ibu Mia dan Nila masuk ke dalam mobil setelah mobil siap. Paijo menjalankan mobilnya keluar dari rumah menuju mall yang di tuju.
_
Sampai di mall, ibu Mia langsung menuju outlete baju yang terkenal barang bagus dan mahal. Dia masuk ke dalam memilih-milih baju.
Tak sengaja ibu Mia menyenggol seorang wanita dengan penampilan menarik. Dia menoleh ke arah wanita tersebut dan terkejut.
"Marsya ya?" tanya ibu Mia.
Marsya menoleh, dan ikut terkejut juga siapa yang tadi dia tabrak.
"Waah, mama Mia ada di kota ini?" kata Marsya senang.
"Iya, Marsya. Mama senang ketemu kamu di sini." kata ibu Mia lagi.
Keduanya pun saling berpelukan, mereka senag bisa bertemu lagi. Dan keduanya saling tertawa dan mengobrol tanpa mempedulikan Nila di belakangnya.
Nila yang melihat pemandangan itu jadi heran, kenapa mertuanya sangat senang sekali bertemu dengan wanita itu. Dan siapa Marsya?
_
_
_
**********
sungguh mantap sekali
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘😘