DI NIKAHI PRIA BERISTRI

DI NIKAHI PRIA BERISTRI

01.Kabar Duka

Nila berlari sekencang-kencangnya ketika dia di beritahu dari pihak rumah sakit kalau ayahnya meninggal di rumah sakit.Air matanya terus mengalir semenjak dari restoran dia bekerja.

Dia terus menangis tiada henti di dalam angkot mobil yang membawanya ke rumah sakit di mana ayahnya di rawat.

Matanya terus melirik ke arah tangannya,masih pukul dua siang.Tapi kenapa rasanya jalanan macet sekali,dia tidak sabar untuk cepat sampai di rumah sakit menemui ayahnya untuk terakhir kalinya.

"Bang,bisa cepat ngga jalannya.Saya lagi buru-buru nih."tanya Nila dengan wajah gelisahnya.

Masih mengusap air matanya,dia terus saja melihat jalanan yang masih padat merayap.

"Bagaimana mau cepat neng,wong banyak kendaraan yang lewat."ujar supir angkot itu.

Dia melirik ke arah Nila yang gelisah dan masih menyisakan air mata di sudut matanya dari kaca spion di depannya.

"Neng kenapa menangis?"tanya supir angkot itu penasaran.

"Ayah saya meninggal bang di rumah sakit.Makanya saya minta abang mempercepat laju mobilnya."jawab Nila masih dengan gelisahnya.

"Oh,maaf neng.Saya turut bela sungkawa.Kalau begitu saya cari jalan pintas aja ya neng."ucap supir angkot itu.

"Iya bang,terserah aja.Yang penting saya cepat sampai di rumah sakit."ujar Nila lagi.

Dia berharap supir angkot itu cepat mencari jalan pintas dengan jalan dari gang-gang sempit.

Dan benar saja,supir angkot berbelok dari arah lampu merah menuju gang di depan.Dia tahu di mana rumah sakit Bahagia itu berada.Jadi di kepalanya sudah terekam jalan apa saja yang akan di lalui oleh angkotnya dan langsung sampai di rumah sakit.

Kebetulan di angkot hanya ada Nila saja,jadi tidak susah muter-muter mengantar penumpang lain dulu.

Setengah jam akhirnya angkot sampai di depan rumah sakit Bahagia.Nila langsung turun dari mobil angkot dan membayar ongkosnya.

"Ini bang ongkosnya,terima kasih bang."kata Nila pada supir angkot itu.

"Iya neng,sama-sama."

Lalu Nila berjalan cepat menuju ruang di mana ayahnya di rawat.Tangis Nila kembali pecah setelah dia sampai di depan jasad ayahnya yang sudah terbujur kaku.

"Ayah,kenapa cepat sekali meninggalkan Nila.Hil hik hik."

Dia memeluk ayahnya dengan erat,seorang perawat mendekat padanya dan memberikan beberapa berkas untuk pengurusan jenazah.

Nila menghapus air matanya,dia kemudian menanda tangani berkas itu dan kembali memeluk ayahnya.

Nila masih sesunggukkan ketika perawat menarik bangsal itu untuk di mandikan langsung dan di urus proses selanjutnya.Nila tidak menahan perawat itu membawa jenazah ayahnya yang akan di urus itu.Dia ikut keluar dan duduk di ruang tunggu,menatap kemana bangsal ayahnya itu di bawa.

Memikirkan bagaimana dia akan hidup tanpa ayahnya nanti.Bagaimana dia akan menjalani hari-harinya tanpa ayahnya kelak.

Kembali Nila terisak,dadanya sesak dengan meninggalnya ayahnya.Sejak usia lima belas tahun dia hidup berdua dengan ayahnya.Ibunya meninggal di usia Nila sepuluh tahun.Dia hidup dengan neneknya,dan ketika neneknya meninggal baru setelah dia berusia lima belas tahun di ambil alih ayahnya yang bekerja di kota,dia hidup berdua di kota dangan ayahnya walaupun serba kekurangan.Namun dia bisa bertahan,bisa menamatkan sekolah menengahnya dan akhirnya dia bisa bekerja di restoran.

Selesai di mandikan dan di kafani oleh petugas rumah sakit,ayah Nila lalu di sholati dan langsung di bawa ke mobil ambulans untuk langsung di makamkan di tempat pemakaman umum.

Dari semua proses itu Nila ikuti,dia kemudian kembali ke rumah setelah pemakaman itu selesai.Memang tidak ada yang melayat dan mengucapkan berbela sungkawa dari tetangga-tetangganya karena semua serba mendadak.

Wajah sendu Nila masih bersarang di sana,membuat tetangga sebelah rumahnya heran Nila pulang dengan wajah sedih.

"Nila,kenapa dengan wajah kamu?Terlihat sedih begitu."tanya tetangga Nila yang akrab dengan Nila dan ayahnya.

Nila menghampiri dan memeluk ibu itu,dan menangis kembali.

"Ayah bu,ayah Nila sudah pergi.Hik hik hik.."jawab Nila sambil menangis

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun.Yang sabar ya Nila."kata ibu itu lagi dengan ikut bersedih.

"Iya bu."

Kemudian Nila dia masuk ke rumahnya,menatap sekeliling dengan penuh kesedihan.Dia melihat potonya bersama ayahnya yang sedang tersenyum bahagia,mendekapnya erat sambil menangis sesunggukkan.

Dia masuk ke dalam kamarnya tanpa melepas poto di dekapannya.Di baringkannya tubuhnya di ranjangnya,memejamkan mata.Hari ini dia sangat lelah,lelah sekali hingga tak terasa mata terpejam itu menjadi rasa kantuk yang lama sampai esok hari.Nila tertidur.

_

Hari-hari Nila selalu di warnai kesedihan,setiap tetangga datang menjenguk dan ikut bersedih dengan keadaan Nila.Dia sebatang kara sekarang,semua orang yang dia sayangi meninggalkan dirinya di dunia ini.

Kenapa bukan dia juga yang pergi,pikir Nila dalam keputus asaanya.

Tiga hari tidak bekerja,bosnya Andika memberi kelonggaran untuk hari berkabung Nila atas kematian ayahnya.

Teman-teman di restoran juga sering berkunjung,terutama Melina yang setiap hari mengunjungi sahabatnya.Menemani di kala sedih dan sendiri.

"Nil,apa sebaiknya kamu tinggal di kostanku?"tanya Melina pada Nila menawarkan.

"Tidak usah,Mel.Terima kasih.Kalau aku ke kostan kamu,rumah ini bagaimana.Masa mau di kosongkan."jawab Nila.

"Ya tapi setidaknya kalau di kostanku kan ada banyak teman,ada aku juga.Kita bisa tidur bareng."ucap Melina lagi.

"Ngga Mel,makasih tawarannya.Tapi sepertinya aku tetap tinggal di rumah ayah aja,walau tidak besar."

Melina menghela nafas,dia manata sahabatnya itu dengan sedih.Lalu dia merangkul Nila dan tidak sengaja keduanya terisak sedih.

Malam ini Melina sengaja menginap di rumah Nila untuk menemani sahabatnya itu.Banyak yang mereka lakukan,bercerita tentang di restoran tentang pengunjung yang rewel serta banyak lagi.

Perempuan kalau sudah berkumpul banyak sekali yang di gosipkan satu sama lain.Hingga tidak terasa kesedihan Nila berkurang dengan meninggalnya ayahnya.

"Nil,kamu kapan masuk kerja lagi?"tanya Melina ragu,takut dia masih sedih.

"Emm kapan ya? Oh ya,pak Andika nanyain aku ngga?"tanya Nila yang sudah kembali dengan sifat aslinya jika sudah bertemu Melina.

"Hahaha,ya jelaslah dia bertanya.Kapan kamu bisa kerja lagi.Aku juga di tugaskan untuk menanyakan ini sama pak Andika.Emm,maaf tapi kalau soal menginap sih keinganan aku.Hehehe."ucap Melina tertawa kecil.

Nila cemberut,lalu dia akhirnya tersenyum lagi.

"Lusa kayaknya.Soalnya besok hari ke tujuh ayah meninggal.Bilang sama pak Andika kalau nanyain lagi,aku lusa kerja lagi."ucap Nila.

Melina pun senang,di restoran yang bikin ramai itu Nila.Dia orangnya baik dan mudah di mintai tolong,tanpa pamrih.

Hari sudah malam,kedua gadis itu pun tertidur di satu ranjang kecil Nila.

_

Dan benar apa yang di katakan Nila.Dia sudah kembali bekerja di restoran lagi.Teman-teman di sana sangat senang serta memberi kekuatan pada Nila.Dan Nila terharu dengan mereka,semangat bekerja kembali pulih.

"Terima kasih teman-teman,saya akan bekerja lagi seperti biasa.Jangan khawatir aku sedih lagi,lagi pula hidup harus terus berjalankan?"tanya Nila pada semua temannya.

"Ya,kamu harus optimis.Masih ada kita di sini yang selalu ada buat kamu Nila."ucap Rania.

Baik Melina dan Syafi hanya mengangguk saja dengan ucapan Rania.Mereka pun berpelukan seperti teletabies,hingga mereka tidak tahu di belakang ada Andika yang memperhatikan tingkah mereka.

"Ehm,sudah pelukan teletabiesnya.Sekarang waktunya bekerja."kata Anidka mengingatkan.

Akhirnya mereka mengurai,merasa malu dengan pelukan tadi.Ke empatnya saling pandang dan tak lama pecah tertawanya.

"Nila,yang kuat ya.Kita semua di sini temanmu,jangan merasa sendiri.Dan jangan bersedih lagi."kata Andika bos bagian penanggung jawab dan pengawasan.

"Iya pak Andika,terima kasih."ucap Nila.

"Nah sekarang kalian kerja lagi,ingat ini hari minggu jadi seperti biasa pengunjung restoran pasti ramai.Bekerjalah dengan rapi dan jangan terburu-buru.Layani pengunjung dengan baik."

"Baik pak."jawab mereka serentak,lalu membubarkan diri setelah dapat instruksi dari Andika.

Anidka memang di tugaskan bagian pengawasan,karena restoran ini ada pemiliknya sendiri.Restoran di percayakan sepenuhnya pada Andika,mulai dari pengelolaaannya,semua perekrutan karyawan dan penggajiannya.

Yang punya restoran hanya menerima bagiannya saja setiap bulan.Ya,dia sahabat Andika.Dia jarang datang ke restoran.Hanya sesekali saja menengok restoraj miliknya,tanpa menanyakan apapun tentang restoran.Karena dia percaya sepenuhnya pada Andika.

_

_

_

*********

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

sabar Nila....

2024-03-02

1

DianA

DianA

mmpir aah

2023-06-10

0

Dyah Oktina

Dyah Oktina

mampir d karyamu yg jd sekian thor... semangat berkarya ya... 💪🏻💪🏻💪🏻

2023-03-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!