Terpaksa menikah dengan CEO tampan? Rasanya tak mungkin. Siapa yang tidak ingin dinikahi CEO tampan? Mungkin tidak ada wanita yang akan menolak.
Tapi menjadi istri kedua dan hanya untuk menjaga keutuhan rumah tangga sang CEO dengan istri pertamanya? Hanya untuk melahirkan keturunannya? Hanya untuk diabaikan dan direndahkan? Siapa yang akan bersedia?
Allena, benar-benar terpaksa menikah dengan CEO tampan itu. Dan mulai menjalani hidup sebagai istri kedua yang diabaikan dan harus melahirkan keturunan sang CEO.
Apakah Allena bisa bertahan menjalani rumah tangga yang penuh derita itu atau beralih pada CEO lain yang juga tampan dan tulus mencintainya?
Sebuah karya untuk Lomba Menulis bertema
#Berbagi Cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 ~ Aku atau Dia ~
Lebih dari satu jam Valendino hanya duduk di dalam mobilnya. Matanya terus menatap toko bunga yang biasanya selalu menarik kakinya untuk melangkah ke sana. Namun, setiap kali teringat wajah frustasi Zefran yang memintanya untuk tidak lagi menemui Allena, membuatnya tetap bertahan di dalam mobilnya.
Valendino bertahan, sejujurnya dia tidak ingin menjadi orang ketiga dalam rumah tangga sahabat yang disayanginya seperti saudara itu. Namun, senyum manis Allena saat berterima kasih padanya karena membelanya di Night Club waktu itu tak pernah bisa dilupakannya.
Dia belum menikah saat itu, aku jatuh cinta padanya saat dia belum menjadi istri Zefran. Aku masih berhak untuk mencintainya saat itu. Kenapa? Kenapa aku tidak segera menjadikan dia milikku? Andai aku lebih cepat menyadari perasaanku. Allena akan menjadi milikku, batin Valendino.
Semakin dipikirkan Valendino semakin menyesal. Namun, semakin memikirkan Allena rasa rindunya semakin menjadi. Laki-laki itu akhirnya tidak bisa bertahan lagi di dalam mobilnya. Keluar dari mobil itu dan akhirnya melangkah menuju ke toko bunga.
Sekedar untuk menatap mata indahnya. Melihat manis senyumnya. Mendengar suara lembutnya memanggilku kakak, hanya sekedar itu, hanya itu tidak salah bukan? Aku tidak merebutnya dari siapa pun. Aku bukan perebutan istri orang bukan? batin Valendino mencari pembenaran untuk apa yang dilakukannya saat ini.
Pembenaran atas sikapnya yang akhirnya memutuskan untuk menemui Allena kembali. Valendino mendorong pintu kaca itu. Bel pintu itu pun berbunyi.
Dia akan datang, sebentar lagi akan menemuiku dengan senyumnya dan suaranya yang lembut menyapaku, batin Valendino yang bersiap-siap dengan senyumnya saat Allena datang.
Gadis itu pun datang, namun belum sempat senyum itu mengembang gadis itu telah terkulai lemas. Valendino segera mengejarnya agar Allena tidak terjatuh ke lantai. Secepatnya mengejar hingga akhirnya Allena jatuh di pelukannya.
Dejavu, kejadian waktu itu terulang lagi. Saat Allena tiba-tiba pingsan karena dehidrasi. Lelah dan stress demi mengumpulkan uang untuk mengembalikan uang seseorang.
Hari itu dia telah putus asa dengan pernikahannya. Hari itu dia ingin mengakhiri pernikahannya. Andai saja aku tahu, andai saja aku bisa membantunya waktu itu. Aku akan melakukan apa pun untuk membebaskannya dari pernikahan yang membuatnya menderita, batin Valendino menyesal.
Valendino langsung membawa Allena ke rumah sakit. Valendino pun mendapat penjelasan atas penyebab pingsannya Allena.
"Saat ini istri tuan mengalami hiperemesis gravidarum atau mual dan muntah yang muncul secara berlebihan karena kehamilannya," jelas dokter itu.
Valendino termenung, sedikit pun tak lagi bisa mendengar penjelasan dokter itu. Hatinya terpukul, apa yang diucapkan Zefran benar. Saat ini Allena benar-benar tengah hamil.
Dia benar-benar hamil, dia telah mengandung anak Zefran? Laki-laki yang membuatnya menderita itu? Kenapa? Aku pernah berharap dia segera menuntaskan janji pernikahannya dan memberikan anak seperti yang diinginkan keluarga itu. Tapi saat benar-benar terjadi hatiku terasa sakit. Aku tidak bisa membayangkan Allena berada pelukannya. Meski aku menyaksikan sendiri mereka bersama tapi aku masih berharap itu hanya mimpi buruk, aku tetap berharap Allena tidak pernah disentuh laki-laki itu, jerit hati Valendino sambil menitikkan air mata menatap Allena yang terbaring memejamkan mata.
"Aku akan menunggumu, aku akan bersabar menunggumu. Meski rasanya sakit tapi tidak apa, berikanlah apa yang mereka inginkan dan kembali kepadaku. Kembalilah padaku Allena," bisik Valendino di telinga Allena yang masih tertidur.
Valendino melangkah ke bagian administrasi dan meminta pihak rumah sakit untuk menghubungi Zefran.
Suamimu akan segera datang, kita berpisah untuk sementara. Aku akan kembali saat kamu membutuhkanku. Aku akan selalu siap untukmu sayang. Aku selalu siap untuk menjagamu, jerit hati Valendino.
Lalu membenamkan bibirnya di bibir yang hanya diam itu.
"Aku mencintaimu Allena, aku akan tetap mencintaimu," ucap Valendino lalu kembali mengecup bibir gadis itu.
Baru saja Valendino melepas kecupannya, Zefran datang tergesa-gesa. Jantung Valendino terasa berhenti berdetak. Terkejut, berpikir apakah Zefran sempat melihat perbuatannya.
Adegan yang kembali terulang, namun dengan tokoh yang bertolak belakang. Kali ini Zefran yang berdiri di depan pintu, memandang Valendino.
Setelah mendapat telepon bahwa istrinya pingsan dan dirawat di rumah sakit. Zefran bergegas mendatangi dan mencari ruang rawat inap tempat Allena dirawat. Terkejut saat mendapati Valendino yang berdiri di samping ranjang istrinya. Rasa marah langsung menyelimuti hati Zefran karena selalu mendapati Valendino ada di sekitar istrinya. Zefran meminta Valendino untuk tidak menggangu istrinya lagi dan Valendino berkilah hanya ingin menunggu Allena.
Valendino bertekad akan menunggu cinta Allena hingga saat Zefran mencampakkannya nanti. Ucapan Valendino membuat Zefran terpaku. Semua orang meragukan cintanya pada Allena, bahkan gadis itu sendiri tidak yakin akan pernyataan cintanya.
Valendino pergi meninggalkan Zefran di ruangan rawat inap itu. Zefran langsung mendatangi istrinya, menggenggam tangan gadis itu dan mengecup keningnya.
Apa yang terjadi padamu sayang? Kenapa jatuh pingsan seperti ini? batin Zefran.
Segera laki-laki itu mencari dokter yang bertanggung jawab atas Allena dan menanyakan kondisi istrinya.
"Maaf saya pikir Tuan Valen adalah suami nyonya Allena?" tanya dokter itu setelah Zefran memperkenalkan diri sebagai suami Allena.
"Bukan dokter, saya lah suami Allena. Valen hanya seorang teman," ucap Zefran memperbaiki kesalahpahaman itu.
"Oh begitu, begini tuan Zefran nyonya Allena mengalami hiperemesis gravidarum yaitu mual dan muntah yang muncul secara berlebihan selama masa kehamilan. Berbeda dengan morning sickness yang biasanya hanya merasakan mual dan muntah di pagi hari. Namun, pada hiperemesis gravidarum, mual dan muntah dapat terjadi sepanjang hari dan berisiko menimbulkan dehidrasi," jelas dokter itu.
"Apa penyebabnya? Kenapa bisa terjadi seperti itu dokter?" tanya Zefran semakin khawatir.
"Sepertinya Nyonya Allena mengabaikan gejala morning sickness yang dialaminya. Mestinya saat tidak bisa mengatasi rasa mual dan muntahnya Nyonya Allena harusnya berkonsultasi untuk pencegahan berkembangnya morning sickness menjadi hiperemesis gravidarum," jelas Dokter lagi.
"Berapa lama kondisi istri saya akan seperti ini dokter?" tanya Zefran.
"Gejala hiperemesis gravidarum biasanya muncul di usia kehamilan empat sampai enam minggu dan mulai mereda pada usia kehamilan empat belas sampai dua puluh minggu. Nyonya Allena perlu menjalani perawatan di rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan diantaranya menghentikan rasa mual dan muntahnya, mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat muntah yang berlebihan, membantu memenuhi kebutuhan nutrisinya serta mengembalikan nafsu makannya," jelas Dokter itu lagi.
Zefran mengusap kasar wajahnya karena khawatir.
"Tolong lakukan yang terbaik untuk istri saya dokter," ucap Zefran.
"Tentu tuan, jangan khawatir kami akan merawat Nyonya Allena sebaik-baiknya," ucap dokter itu menenangkan hati Zefran.
Zefran mengangguk, berterima kasih pada dokter itu dan kembali ke ruang rawat inap Allena. Menatap selang infus yang menancap di pergelangan tangannya.
Maafkan aku sayang, harusnya aku lebih memperhatikanmu. Kamu tidak pernah ingin menyusahkan orang lain dan selalu memendam sendiri penderitaanmu. Inilah akibatnya, kamu semakin lemah dan semakin sakit. Ini akibat ulahmu yang selalu diam dan menahan sendiri rasa sakitmu. Tidak, ini akibat ulahku yang menginginkan bayi darimu. Tidak bisa menahan diri untuk tidak menidurimu, ini salahku, kamu sakit karena aku. Maafkan aku Allena, batin Zefran.
"Maafkan aku sayang," ucap Zefran kembali mengecup kening Allena lama sambil memejamkan mata.
"Kak, ada apa?" tanya Allena pelan.
"Kamu sudah bangun sayang?" tanya Zefran meyakinkan dirinya.
Allena tersenyum, gadis itu merasa semakin hari Zefran semakin mesra padanya.
"Kenapa aku ada di sini? Ayo kita pulang Kak!" ajak Allena.
Setelah memperhatikan sekelilingnya, Allena sadar telah berada di rumah sakit.
"Kamu tidak boleh pulang, kamu harus dirawat di sini. Jika tidak, bisa bahaya untukmu dan bayi kita," ucap Zefran.
"Benarkah? Tapi aku tidak suka di sini, aku ingin istirahat di rumah saja," ucap Allena.
"Tidak bisa sayang, kamu harus dirawat di rumah sakit, tidak cukup hanya istirahat di rumah saja. Jangan khawatir aku akan menemanimu di sini, ya!" ucap Zefran.
"Maafkan aku Kak, aku merepotkan Kakak," ucap Allena.
"Tidak sayang, kamu sama sekali tidak membuatku repot," ucap Zefran.
Kamu di sini justru karena aku, jika aku lebih memperhatikan kesehatanmu maka kamu tidak akan jatuh sakit. Lagi pula ini disebabkan bayiku, kamu mengalami mual yang parah karena sedang mengandung bayiku, batin Zefran.
Allena bahagia mendapat perhatian dari suaminya namun merasa tidak enak hati karena membuat laki-laki itu menjadi repot. Zefran menjaga istri yang dicintainya itu dengan penuh kasih sayang. Setiap saat menghiburnya. Allena selalu tersenyum mendengar ucapan-ucapan manis Zefran. Laki-laki itu ingin membuat istrinya semakin mencintainya dan melupakan Valendino.
Allena sama sekali tidak menanyakan Valendino atau pun berniat berterima kasih padanya. Zefran mengalihkan perhatian istrinya hingga melupakan siapa yang menolong dan membawanya ke rumah sakit. Zefran tidak ingin Allena tahu bahwa Valendino lah yang menolongnya.
Maafkan aku Valen, bukannya tidak berterima kasih padamu. Tapi aku tidak ingin Allena merasa berhutang budi padamu. Kebaikan apa pun yang kamu lakukan untuk Allena, akulah yang akan membayarnya. Biarlah di mata Allena kamu tidak memiliki kesan apa-apa. Maafkan aku, aku tidak ingin kehilangan istriku, batin Zefran sambil tersenyum saat Allena meraih tangan suaminya dan mengecup telapak tangan laki-laki itu.
Zefran ingin membuat Allena benar-benar jatuh cinta padanya.
"Bagaimana keadaanmu Allena?" tanya Mahlika yang tiba-tiba masuk hingga membuat kaget Allena dan Zefran.
"Sudah mendingan Mom, cuma masih lemas," jawab Allena.
Frisca menatap Allena dengan gaya penuh selidik. Seakan-akan apa yang terjadi hanya tipuan Allena untuk mendapatkan perhatian dari Zefran.
"Bukannya tadi pagi kamu baik-baik saja?" tanya Frisca sinis.
Sejak perhatian Zefran tercurah pada Allena, Frisca tidak lagi bersikap lembut padanya. Bagi Frisca, dengan beraninya Allena melayani Zefran artinya Allena telah menabuh genderang perang dengannya.
Gadis itu sudah melewati garis batasnya. Posisimu hanya untuk membuat Mommy tenang bukan untuk merebut suamiku. Maaf Allena jika aku harus melakukan sesuatu untuk memberi pelajaran padamu, bisik hati Frisca.
Ny. Mahlika mendapat penjelasan mengenai kondisi Allena dari Zefran. Laki-laki itu menyampaikan apa yang dijelaskan dokter padanya. Allena bahkan tercenung sendiri mendengar penjelasan Zefran.
"Maafkan aku Kak, aku lalai menjaga kesehatanku hingga membuat Kakak menjadi repot karena aku," ucap Allena tertunduk.
Zefran mencium kening istrinya membuat Frisca semakin kesal menatap istri muda suaminya itu.
Pandai sekali kamu meraih simpati Zefran. Kak? Perempuan ini benar-benar menganggap dirinya istri Zefran, pikir Frisca sambil terus menatap tajam Allena.
Zefran menghibur Allena yang merasa bersalah.
"Kamu lalai menjaga kesehatanmu karena tidak ingin merepotkan siapa pun hingga menahan sakitmu seorang diri. Itu satu-satunya kesalahanmu, tidak mau merepotkan orang lain," ucap Zefran sambil menggenggam tangan istri mudanya.
"Betul, jika dalam keadaan hamil tidak boleh diam saja. Setiap ada keluhan harus segera beritahu siapa pun, pada Mommy, suamimu atau Frisca. Jika terjadi sesuatu bisa segera diambil tindakan. Seandainya ketahuan morning sickness yang kamu alami itu sampai mengganggu aktivitasmu itu harus segera diatasi. Kita segera konsultasi ke dokter. Dokter akan memberikan anti mual hingga kamu tidak sampai mengalami dehidrasi," jelas Mahlika memberi nasehat.
Ny. Mahlika juga merasa cemas jika harus kehilangan kesempatan lagi memiliki seorang cucu. Berkali-kali nyonya itu mengalami kekecewaan karena Frisca yang gagal mengandung. Padahal selalu mendapat perhatian dari dirinya dan Zefran.
Kini saat istri muda Zefran itu hamil, dirinya dan Zefran justru bersikap tenang karena Allena yang selalu menutupi keluhannya. Menganggap kandungan kehamilan Allena tidak mempengaruhi kesehatannya.
Setelah puas memberikan nasehat dan memberi dukungan Ny. Mahlika mengajak Frisca untuk pulang.
"Ayo Zefran kita pulang!" ajak Frisca.
"Aku tetap di sini sayang, aku harus menemani Allena," ucap Zefran.
"Kenapa harus ditemani? Di sini ada dokter dan perawat yang menjaganya. Kamu tidak ada gunanya di sini," jawab Frisca lagi.
"Tapi tetap saja Frisca, Allena itu butuh dukunganku. Dia harus merasa kalau dia itu diperhatikan. Jika tidak, dia merasa bisa mengatasi sendiri dan itu bisa berbahaya. Aku khawatir pada keselamatan bayiku," jelas Zefran.
"Perempuan itu benar-benar sudah menguasaimu. Melalui anak yang belum tentu anakmu!" ucap Frisca dengan wajah yang kesal.
"Aku yakin itu anakku, Allena bukan gadis yang seperti itu. Dia menjaga dirinya dan satu-satunya laki-laki yang menyentuhnya hanya aku," jelas Zefran.
"Bagaimana bisa kamu begitu yakin?" tanya Frisca.
"Aku tahu mana yang masih perawan dan mana yang sudah tidak perawan lagi. Jika dia menyerahkan dirinya hanya untuk laki-laki yang sudah menjadi suaminya, aku yakin dia selalu menjaga dirinya hanya untukku, suaminya," jelas Zefran.
Frisca tercenung, ucapan Zefran seolah-olah menyindirnya yang tidak menjaga dirinya hanya untuk laki-laki yang akan menjadi suaminya.
"Baiklah, jadilah suami yang baik untuknya. Jangan pedulikan aku lagi, yang butuh perhatian cuma dia. Aku tidak butuh suami yang mengabaikanku apalagi berkata seperti itu padaku. Sekarang kamu menyesal? Setelah mendapatkan gadis perawan kamu menyesaliku. Cukup sudah! Kita pisah saja!" ucap Frisca sambil terisak berjalan di lorong rumah sakit itu.
Zefran mengejar dan memeluk istrinya.
"Apa maksudmu berkata seperti itu, aku tidak menyesalinya," ucap Zefran memeluk tubuh istrinya yang menangis hingga berguncang itu.
"Jangan mengelak Zefran, kamu sudah mengatakannya sendiri. Kamu percaya dia tidak akan tidur dengan laki-laki lain karena kamu mendapatinya masih perawan. Apa arti ucapanmu untukku? Itu sama saja menilai aku bebas bersama laki-laki lain karena aku tidak perawan lagi saat pertama bersamamu. Itu sangat menyakitkan, apa kamu tahu? Hanya karena aku tidak perawan, kamu menuduhku bisa tidur dengan laki-laki lain sekarang ini …"
"Sayang, aku tidak bermaksud seperti itu," ucap Zefran.
"Tapi bagiku seperti itu. Sudahlah Zefran, kita akhiri semuanya. Bukankah kamu telah mendapatkan perempuan yang sempurna? Dari awal hingga akhir hanya milikmu dan sekarang mengandung anakmu. Aku tidak akan pulang ke rumah, aku pulang ke rumah orang tuaku. Barang-barangku …" ucap Frisca sambil melepaskan diri dari pelukan Zefran.
"FRISCA!! Berhenti bicara seperti itu. Aku tidak akan berpisah denganmu!" bentak Zefran.
"Lihatlah! Kamu tidak boleh sedetik pun bersamaku hingga keluar meski dia sedang sakit untuk memanggilmu. Sekarang terserah padamu pilih aku atau dia," ucap Frisca melihat ke arah pintu kamar rawat inap Allena.
Zefran menoleh dan melihat Allena yang berdiri di depan pintu kamarnya sambil memegang tiang infus. Allena mendengar keributan antara Zefran dan Frisca karena tidak jauh dari kamarnya. Allena hanya ingin menyuruh Zefran pulang untuk memenuhi permintaan istrinya itu.
...~ Bersambung ~...
kau surve 1000 pembaca lelaki
aku yakin 100% tidak akan ada mau punya istri kayak Alena
*istri tapi gampang meladeni pria lain
*istri tapi gampang kontak fisik (pelukan dengan pria lain, sudah tidak terhadap berapa kali Alena pelukan dengan pria lain
*istri yang tidak bisa menjaga perasaan suami dari cemburu
*istri yang lebih menentukan perasaan pria lain dari pada perasaan suaminya
*istri munafik suaminya cemburu dibilang cemburu buta tapi dia sendiri cemburu juga
*istri makan ada masalah sedikit pergi dari rumah, sudah dua kali Alena buat suaminya hampir mati karena kelakuan laknatnya
*fakta zebran sudah berkali makan hati dan mengeluarkan airmata karena Alena, dan sudah berap kalian zefran diremehkan dan direndahkan pria lain
*Alena istri yang tidak bisa menjaga harga diri suaminya didepan pria lain
wanita kayak gini yang kalian bangga kan
aku yakin 100% tidak akan ada lelaki yang mau punya istri kayak Alena
dan mirisnya novel ini membela dan membenarkan semua kelakuan Alena dan valen
jadi doaku semoga author dapat suami yang sifatnya kayak alena dan semoga author punya sahabat wanita yang sifat dan baiknya kayak valendino yang selalu baik dan perhatian pada suami author, amin
*saat Alena cembur 100% kesalahan zefran karena tidak bisa menjaga dan peka terhadap perasaan dan hati istrinya
kecemburuan Alena kalian benarkan, dan kalian menghujat zefran
*tapi saat zefran cemburu tetap 100% kesalahan zefran karena kalian anggap cemburu buta, tidak percaya istrinya,
otak egois kalian, kalian hanya pikir perasaaan Alena tapi kalian tidak sadar zefran juga punya perasaan.
suami mana tidak cemburu melihat istrinya dekat dengan pria lain bahkan sampai sering kontak fisik,
sadar tidak kelakuan Alena yang terlalu dekat pada lelaki lain itu juga melukai perasaan suami, ingat suami kalian juga punya perasaan
Thor pakai otak sedikit saja tempat kan lah salah ya salah benar ya benar jika zefran salah ya salah jika kelakuan Alena salah ya salah, jangan kalian selalu membela dan membenarkan kelakuan alena
salam akal waras wanita