TAKDIR CINTA (Ghea & Tristan)

"Lho sudah pulang Fad?" Tanya Miranti.

"Iya Ma, tadi mau ada rapat para dosen tapi diundur sampai lusa." Jawab Fadhil dengan wajah tidak bersemangat.

"Dimana Ghea? koq kamu pulang cepet tapi gak pulang bareng?"

"Ghea tadi ijin pergi sama temennya Ma, ya udah ya Ma, Fadhil istirahat dulu."

Fadhil bergegas naik kekamar nya dilantai dua, perasaannya begitu tidak menentu setelah tadi melihat Ghea bersama Tristan.

Ya, Fadhil tidak jadi rapat dengan para dosen, dan dirinya memutuskan untuk menyusul Ghea ke taman kota, Fadhil berencana memberi kejutan pada Ghea dan mengakrabkan diri dengan teman-teman Ghea yang merupakan mahasiswanya itu. Namun Fadhil melihat dari jauh Ghea sedang bersama Tristan.

Perasaan Fadhil menjadi tak karuan, Fadhil tau percis bagaimana hubungan Ghea dengan Tristan dimasa lalu, meskipun mereka beda agama, tapi mereka saling mencintai dimasa lalu.

Fadhil mengusap wajahnya dengan kasar, "Akhh si*l, kenapa Ghea gak jujur sama gue kalau dia mau ketemu sama Tristan." Umpat Fadhil.

"Apa Ghea masih ada perasaan sama Tristan? apa Tristan balik untuk kembali sama Ghea? bagaimana kalau Ghea lebih milih Tristan?" Fadhil terus bergumam.

Menjelang sore, Ghea tiba dirumah, Ia menaiki Ojeg online dan menolak diantar oleh Fariz dan Tristan.

"Assalamualaikum." Ucap Ghea.

"Waalaikumsalam." jawab Miranti dan Alya yang sedang duduk santai diteras rumah.

"Mas Fadhil udah pulang Ma?" Tanya Ghea setelah mencium punggung tangan Mama dan Alya.

"Sudah dari siang Ghe." jawab Miranti.

"Lho bukannya tadi bilang ada rapat ya?"

"Katanya diundur sampai lusa, udah kamu masuk dulu sana, samperin dulu suami kamu." Titah Miranti.

Ghea mengangguk dan segera menuju kamarnya.

"Assalamualaikum." Ucap Ghea saat membuka pintu kamarnya.

"Waalaikumsalam." Jawab Fadhil datar tanpa melihat kearah Ghea, matanya tetap fokus kearah layar laptop.

Ghea duduk disebelah Fadhil yang sedang duduk disofa sambil memangku laptopnya, lalu Ghea meraih tangan Fadhil untuk mencium punggung tangannya. Sementara Fadhil tetap terlihat acuh, tanpa melihat apalagi biasanya mencium kening Ghea saat Ghea selesai mencium punggung tangan Fadhil.

"By, udah pulang? koq gak ngabarin." Tanya Ghea.

"Gak sempet." Jawab Fadhil masih dengan cueknya.

"Ya udah, aku mandi dulu ya By." Ucap Ghea lalu beranjak kedalam toilet.

Selesai mandi, Ghea langsung melaksanakan kewajibannya untuk shalat ashar, Fadhil slalu memperhatikan Ghea, entah kenapa perasaanya begitu takut, takut akan Ghea meninggalkan Fadhil dan memilih kembali bersama Tristan.

Selesai sholat dan merapihkan perlengkapannya, Ghea kembali duduk disebelah Fadhil.

"Ngerjain apa By? lagi sibuk ya?" Tanya Ghea.

"Hemm." Jawab Fadhil datar.

Beberapa waktu kemudian,

"By, masih lama gak kerjanya? ada yang mau aku omongin sebentar." Ucap Ghea hati-hati.

Deg...

Jantung Fadhil berdetak lebih kencang, sungguh ia sangat takut jika sampai Ghea mengutarakan perasaannya yang masih mencintai Tristan.

"By.. kamu denger aku gak sih?" Tanya Ghea yang sudah mulai kesal dengan sikap datar Fadhil.

Fadhil mematikan laptopnya dan menaruhnya dimeja.

"Ada apa?" Tanya Fadhil yang kini mulai menatap Ghea.

"By, sebelumnya aku mau minta maaf, tapi aku gak mau nyembunyiin ini sama kamu."

Deg..

Perasaan Fadhil semakin tak menentu. "Akankah Ghea memilih pergi dan kembali bersama Tristan?" Batinnya.

"By.. Jangan marah ya.. tadi aku pergi sama Fariz dan Stevi ketaman kota, dan disana juga ada Tris...tan." Ucap Ghea ragu-ragu.

"Terus?" Tanya Fadhil yang terus menatap mata Ghea.

"Tristan pulang dari Amrik, dia bilang gak betah disana dan pulang kesini untuk mengejar aku kembali By."

Fadhil menghela nafas dan mengusap wajahnya dengan kasar.

"Kamu masih mencintainya?" Tanya Fadhil.

Ghea menatap mata Fadhil, "By, meski pernikahan kita berawal dari kesalahan dan tanpa cinta, tapi seiring jalannya waktu, aku sudah begitu mencintaimu By, dan rasa aku ke Titan hilang begitu saja, yang ada hanya perasaan biasa aja karna dia temanku By."

Fadhil ingin sekali tersenyum dan memeluk Ghea, namun karna gengsi, ia tetap menahannya, sungguh ia merasa bahagia mendengar jawaban dari Ghea.

"Aku udah bilang sama Titan soal statusku yang sudah menikah By, walaupun asalnya Titan gak nerima, tapi saat aku bilang kalau aku bahagia bersamamu dan keluargamu akhirnya Titan mengerti dan mau menerima."

Fadhil masih terus diam mendengar semua omongan Ghea.

"By, ayolah jangan diem aja." Rengek Ghea.

"Kamu bener bahagia sama aku Ghe?" Tanya Fadhil pada akhirnya.

Ghea mengangguk, "Aku sangat bahagia By. Bahagia bersama kamu dirumah ini. Bahagia karna dicintai kamu dan aku juga mencintai kamu By."

Fadhil tersenyum dan membawa Ghea kedalam pelukannya sambil mengusap lembut kepala Ghea.

"Tadi aku gak jadi rapat, terus aku putuskan untuk menyusul kamu ketaman kota, dan hati aku kecewa saat aku melihat ada Tristan disana, aku pikir dia akan merebutmu kembali dan kamu akan pergi juga memilih dia dan meninggalkan aku." Ucap Fadhil sambil memeluk Ghea.

Ghea mengendurkan pelukan Fadhil lalu mencium bibir Fadhil sekilas, "By percaya sama aku, hati aku seluruhnya udah milik kamu."

Tangan Fadhil terulur untuk mengusap pipi Ghea, "maaf karna tlah meragukanmu."

Fadhil mendekatkan wajahnya kewajah Ghea dan mulai mencium lembut bibir Ghea, dan Ghea pun merespon ciuman Fadhil.

"By Stop." Ucap Ghea sesaat setelah pagutan itu terlepas.

"Kenapa sayang?" Tanya Fadhil yang hasratnya mulai naik.

"Satu jam lagi maghrib By, nanti malam aja ya." Bujuk Ghea yang sudah tau sorot mata Fadhil yang menginginkan lebih.

Fadhil menarik pelan hidung mancung Ghea, "Iya sayang."

"By ada satu lagi, aku mau minta ijin." Ucap Ghea.

"Apa, hem?" Tanyanya lembut.

"Besok apa boleh aku mengantar Titan pulang kerumahnya? Titan slama ini takut pulang, takut Mama nya marah, jadi minta bantuan aku buat ngomong ke Tante Monica."

"Itu tandanya kamu akan melihat rumahmu yang dulu juga?" Tanya Fadhil.

Ghea mengangguk, "Tapi tujuan aku kerumah Titan By."

"Sama siapa aja?" Tanya Fadhil.

"Fariz juga ikut, dan aku juga minta Stevi untuk ikut."

Fadhil tersenyum, "Anak pintar. Baiklah aku ijinkan dan nanti aku yang akan menjemputmu dirumah Tristan ya."

Ghea mengangguk, "Makasih By."

***

"Honey, kapan kamu akan mendaftarkanku di ajang model eropa?" Tanya Yasmin pada Arnold kekasih yang membawanya kabur saat pernikahannya.

"Nanti sayang, belum ada peluang lagi." Jawabnya sambil mengusap punggung mulus Yasmin.

Saat ini mereka baru saja selesai melakukan adegan panas diapartemen Arnold.

"Aku sudah berikan banyak hal padamu Ar, bahkan setiap hari aku melayanimu diatas ranjang."

"Kamu menyesal? kalau kamu menyesal silahkan pergi." Jawab Arnold enteng.

"Ar..!!" Bentak Yasmin.

Arnold pun tersulut emosi lalu mencapit kedua pipi Yasmin. "Jangan berteriak padaku!! sebelum kau menyerahkan dirimu padaku juga aku tau bahwa kau sudah terbiasa tidur dengan banyak pria."

"Tapi hanya denganmu aku mencintaimu Ar." Yasmin mulai membujuk sang kekasih yang mulai merajuk.

"Benarkah? Buktikan seberapa liar dirimu sekarang, aku bosan dengan permainanmu." Ucap Arnold.

Yasmin mulai memberikan sentuhan pada Arnold, "Apapun akan kuberikan Ar, tubuhku ini milikmu." Bisiknya dengan nada sensual percis ditelinga Arnold.

"Dasar jal*ng, kau hanya ingin Uang dan kekuasaanku saja." Batin Arnold yang kemudian menerima pelayanan Yasmin kembali.

.

.

.

.

...Dukung Author yuk, dengan Vote, like dan coment agar tetap semangat....