"Kenapa hidupku harus semenyedihkan ini? Aku bukan hanya kehilangan suamiku, tapi aku juga harus memupus harapanku untuk menjadi seorang ibu karena aku mandul. Apa aku tidak pantas bahagia?"
Maharani adalah seorang wanita yang menjadi istri dari seorang pria yang bernama Rendy Wijaya. Awal pernikahan mereka terjalin dengan begitu bahagia dan penuh keromantisan. Namun, setelah 5 tahun menikah dan selama itu juga mereka masih belum juga dikaruniai seorang pun anak, perlahan sikap Rendy mulai berangsur berubah hingga akhirnya ia menghadirkan Celine dalam pernikahan mereka dan mengakibat pernikahannya harus berujung dengan perceraian.
Bagaimana kisah Maharani dalam menjalani kehidupan keduanya dan menyembuhkan luka di hatinya atas pengkhianatan yang dilakukan oleh suaminya? Apakah Maharani akan memperoleh kebahagiaan yang begitu diimpikan? Lantas bagaimana dengan kemandulannya, akankah ada mukjizat yang Tuhan akan berikan untuknya atau selamanya harapan untuk dapat menggend
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Pradita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Rendy
Selamat membaca!
Rendy kini masih terpuruk di lantai dengan kondisi tangan yang terluka. Bahkan bercak darah sudah tampak di sekitar kepalan tangannya, karena pria itu benar-benar memukul lantai dengan sangat bertenaga. Ia terus berteriak dan mengeram untuk melampiaskan segala penyesalannya saat ini.
"Ya Allah, apakah ini balasan dari-Mu atas apa yang telah aku perbuat pada istriku, aku sudah begitu tega mengkhianati istri sebaik Maharani dan sekarang aku menyesal karena telah menggugat cerai dia, pada awalnya aku sangat yakin bahwa Celine mengandung darah dagingku, tapi ternyata dia hanya bersandiwara untuk mendapatkan hartaku. Ya Allah, apa masih ada kesempatan untukku agar bisa kembali kepada Maharani? Aku menyesal, aku sungguh bodoh!" tanya Rendy dengan suara tangisan yang tak malu untuk ia lepaskan.
Kini pikiran pria itu benar-benar tertuju pada sosok Maharani yang telah disia-siakan. Ia pun semakin merintih dan terus memohon sambil memanggil-manggil nama Maharani dalam isak tangisnya.
"Maafkan aku, Rani. Tolong maafkan aku." Rendy kembali merutuki kebodohannya, ia semakin tertunduk dengan linangan air mata yang terus menetes dari kedua sudut matanya.
Tiba-tiba saja terbesit sebuah ide dalam pikiran Rendy untuk menyambangi rumah kediaman orang tua Maharani. Pria itu pun segera bangkit dari posisinya dan kembali masuk ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Langkahnya terlihat sangat tergesa dengan raut wajah yang begitu kacau. Ia sudah tak memedulikan lagi sosok Celine yang berada di dalam kamarnya sedang merapikan semua pakaian setelah mendapatkan pengusiran darinya.
Beberapa saat kemudian, kini Rendy sudah berada di dalam mobil, pria itu masih begitu tenggelam dengan semua penyesalan yang terus menggerogoti pikirannya.
"Aku bodoh telah mengkhianatimu, aku memang bodoh, Rani! Tidak seharusnya aku melepaskanmu demi Celine!" umpat pria itu yang beberapa kali memukuli kemudinya dengan kasar.
Rendy kembali teringat semua kenangannya bersama Maharani yang terus bermunculan di dalam pikirannya. Kenangan indah dari awal pertemuannya sampai mereka menjalani pernikahan selama lima tahun ini, sampai akhirnya tuntutan kedua orang tuanya membuat Rendy terhasut untuk menikahi Celine di bawah tangan, tanpa sepengetahuan Maharani.
"Semua ini karena Ayah dan Ibu telah memaksaku untuk menikahi Celine. Padahal mereka tidak tahu siapa Celine sebenarnya, wanita itu hanya ingin menguasai hartaku saja dengan cara kotor seperti ini sampai aku kehilangan istriku!" kecam Rendy dengan amarah yang telah membuncah di dalam dirinya.
Rendy berteriak tak karuan dengan air mata yang terus mengalir dari kedua sudut matanya. Ia benar-benar membenci dirinya sendiri, karena sampai melakukan hal yang bodoh tanpa memikirkan apa akibatnya. Bahkan saat pria itu hendak menyambangi rumah Vania, ia melupakan sesuatu, bahwa dirinya sudah menjatuhkan talak tiga kepada Maharani yang artinya tidak dapat rujuk kembali, kecuali istrinya yang ditalak memutuskan untuk menikah dengan pria lain hingga akhirnya bercerai baru diperbolehkan lagi untuk rujuk.
Saat ini Rendy bermaksud akan menemui Maharani untuk meminta wanita itu agar kembali lagi bersamanya.
"Semoga kamu mau memaafkanku. Aku sangat menyesal Rani, aku akan terus meminta maaf darimu sampai kamu mau memberiku maaf. Aku berjanji, setelah ini aku akan menebus semua kesalahan yang telah aku lakukan. Maafkan aku, karena tidak seharusnya hasil pemeriksaan yang aku terima dari Dokter yang menyatakan bahwa kamu mandul, aku berikan kepada kedua orang tuaku tanpa memberitahumu terlebih dulu."
Rendy menatap tajam jalan yang dilaluinya. Ia pun menambah kecepatan mobilnya, hingga membuat laju mobil melesat semakin cepat membelah lalu lintas yang saat itu tampak renggang. Ia ingin segera tiba untuk mengutarakan semua penyesalannya kepada Maharani. Rendy sangat paham bahwa apa yang saat ini dilakukannya adalah kesalahan yang mungkin tidak akan mudah mendapatkan maaf dari seorang Maharani, tapi Rendy masih sangat yakin, jika Maharani masih mencintainya dan tak menutup kemungkinan untuk memaafkan dirinya.
Tak berapa lama kemudian, mobil yang dikendarai oleh Rendy telah tiba di pelataran rumah yang saat ini Maharani tempati. Pria itu bergegas turun dari kendaraannya dan melangkah menuju pintu rumah yang keadaannya sedang tertutup rapat.
"Assalamualaikum... Mama Vania, Maharani?" ucap Rendy sambil mengetuk pintu rumah beberapa kali.
Hingga beberapa saat, pintu pun di bukakan oleh Bibi Mei, salah satu asisten rumah tangga yang bekerja di sana.
"Wa'alaikumsalam. Eh, Mas Rendy. Ada apa ya, Mas?" tanya Bibi Mia dengan ramah, karena dirinya tidak mengetahui permasalahan yang menimpa rumah tangga Maharani bersama Rendy.
"Bi, Mama Vania dan Maharani-nya ada di rumah 'kan?" tanya Rendy dengan napas yang terengah.
"Ibu Vania enggak ada di rumah, Mas, lagi pergi ke panti, kemungkinan sebentar lagi baru pulang. Kalau Mba Maharani ada di kamarnya kok."
"Oh, syukurlah kalau Maharani ada di kamar. Saya boleh masuk 'kan, Bi? Ada hal penting yang harus saya bicarakan dengan Maharani?" tanya Rendy dengan sorot mata penuh permohonan.
Bibi Mei pun mengangguk, mempersilakan Rendy untuk masuk ke dalam. "Boleh dong, Mas. Masa iya Mas Rendy mau ketemu istri sendiri, saya larang. Mari, silakan masuk, Mas!"
"Oke, Bi. Makasih ya!" Rendy pun segera melangkah masuk dengan napasnya yang terasa lega. Kini langkah kakinya langsung menuju ke lantai dua, tempat dimana kamar Maharani berada.
"Berarti Bibi Mei tidak diberikan perintah oleh siapapun untuk melarang aku bertemu dengan Rani, itu artinya Rani masih menyimpan masalahnya denganku dari orang yang ada di rumah ini. Syukurlah, semoga saja dengan cara ini Allah memberikan aku kemudahan untuk bisa kembali lagi bersama Rani," gumam Rendy bersyukur.
Tak butuh waktu lama, kini Rendy sudah berada di depan pintu kamar yang selalu menjadi tempat tidurnya bersama Maharani bila menginap di rumah Vania. Pria itu mulai mengetuk pintu tanpa mengucap sepatah kata pun, agar Maharani tidak ragu untuk membuka pintu kamarnya.
Benar saja, pintu kamar itu pun dibuka oleh Maharani. Namun, betapa terkejutnya wanita itu saat melihat sosok Rendy kini ada di hadapannya. Ia pun dengan cepat kembali menutup pintu karena tak ingin menemui Rendy yang telah menorehkan luka terdalam di hatinya.
"Mas Rendy untuk apa dia datang menemuiku? Apa belum cukup dia menyakitiku dengan menikah siri dan menghamili wanita itu? Belum lagi talak yang sudah kesekian kalinya dia ucapkan. Ya Allah kuatkan hatiku untuk menghadapi pertemuan ini," batin Maharani dengan penuh kesungguhan.
...🌺🌺🌺...
Bersambung ✍️
📢 Yuk penuhi kolom komentar.
Berikan gift kalian juga ya.
Terima kasih banyak atas dukungannya.
Follow Instagram Author juga ya : ekapradita_87
makasih ya Thor ceritanya bagus 👍