Galaksi si cowok super galak yang menjadi dambaan para kaum hawa SMA Bhakty Jaya. Tampan, tubuh semampai, hobi menyakiti hati Orzie, dan satu lagi, otak encer gak main-main yang membuat namanya terkenal di mana-mana sebagai siswa paling pintar di kalangan guru-guru.
Saat ratusan hati bertekuk lutut di hadapannya, tidak bagi Orzie. Si cewek berpenampilan super sengak dengan title 'Rembes Style'!
Menjadi babu Galaksi udah biasa. Tapi uangnya habis diporotin cowok itu, yah, si roh jahat–sebutannya pada Galaksi.
Geng Legion yang membawa mereka dalam pusaran maut terpaksa merampas nyawa salah satu sahabat Gamaliel, kembaran Galaksi. Hingga dalam keterpurukan itu, Orzie datang membawa harapan. Perhatiannya membuat Gamaliel egois dan melakukan segala cara merebut Orzie dari jeratan Galaksi!
Galaksi started!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blackblue_re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28 Chapter 28 | Mimpi-mimpi berandalan
"Kerasukan setan mana lo Ji?" celutuk Teuku di belakangnya, jam terakhir jamkos, namun gurunya tetap memberikan catatan untuk ditulis.
"Kenapa lo Ku? Maen nyosor ae lu ngatain gue kerasukan!"
"Yah... Rambut lo jadi gelombang gitu udah kek apa lah, tapi cantik sih..."
Afif menoleh pada Teuku yang kini membekap mulutnya, ia menunjuk cowok itu kayak tersangka. "Teuku! Lu homo! Pengkhianat, pecinta batang! Setan!"
Keributan dimulai, sekali lagi Orzie mencari celah-celah kebangsatan. "Gak usah bawa-bawa Orzie. Dia calon istri gue."
Sekarang Orzie mendelik horor pada Galaksi, cowok itu anteng di kursinya tanpa menoleh barang sedikitpun.
"Ogah gue sama lo, Gal! Mending gue makan beling timbang jadi istri lo!"
"Beling itu bukannya adek-adek gemes kelas satu yah?" kata Doni memulai kegaringannya. Hingga anak-anak kelas malas menanggapi dan memilih menghitung ubin.
"Bening goblok! Itu aja gak tau, sekolah di pohon cabe sih lo!"
Anak Ipa 1 tertawa keras. Doni gak menggubris ejekan itu malah sibuk melamun, hingga Erlan memulai perkara lagi.
"Kenapa kau bung? Mikirin janda sebelah rumah yah? Tak usah dipikirin lah Don, langsung sunting saja. Nanti waktu kawinan ajak kita dangdutan, betul tidak bung?"
Serempak mereka bersorak ya.
"Ngajak dangdutan gaya lo Lan! Yang ada pas ijab qobul malah jadi tawuran sama Mertua!"
Lagi-lagi tawa meledak. "Halah lo Don, sama karpet aja lo kelahi, gimana lagi sama Mertua. Emang pantes jadi jomblo lo Don, diapa-apaain ya tetep aja ngenes!" ejek Orzie ikut-ikutan.
"HAHAHAHAHA!!!"
"Kampret lu Ji!"
Doni mencibir judes hingga suasana riuh itu perlahan mendamai. "Ah sial...rencana pengen minta solusi sama jomblo inspired malah kena hujat sama jomblo expired, aseeem!"
Puluhan tangan menggaploknya. "Sok juga lo Don, kayak muka lu bener aja!" timpal Zaki sembari merobek tengah bukunya untuk diremas menjadi bola kertas kemudian menimpuknya ke Doni.
"Maaf, saya memang ganteng. Saking gantengnya kalo siang-siang gini orang jelek gak keliatan sama saya."
"Abang Udin makan kutu!" teriak Teuku.
"Tjakep!"
"Ndas mu!" Teuku kembali mengorek-ngorek upilnya, menarik susah payah lalu menatap lama-lama hasil jerih payahnya.
"Lah si anjir."
"Sangat tidak santuy!"
Orzie mengambil buku dan pulpen untuk duduk di barisan paling depan berseberangan dengan Doni. "Don, gue duduk sini ya."
"Iye deh," sahutnya sambil melirik ke papan tulis buat nyatat. Orzie jadi kepikiran dengan ucapan Doni tadi, kelihatannya cowok itu mau curhat tapi malah dibawa bercanda dengan teman-temannya.
"Lo ada masalah apa, Don?" ekor matanya beralih menatap Orzie dengan pias, rambutnya bergoyang terhembus angin. Cowok itu mengembus napas berat.
"Ibu gue sakit-sakitan sekarang Ji,"
Orzie hanya mendengarkan.
"Kemarin pas di Rumah Sakit dia bicarain sepupu gue yang lulus sarjana di UI.. Terus ngebandingin gue yang bandel gini sama doi," gumam Doni pelan.
Perlahan tapi pasti suasana berubah atmosfer. Hanya terdengar bunyi gesekan spidol dengan papan tulis yang ditimbulkan oleh Triska.
"Gue pengen serius sekolah, masuk UI dan buat Ibu gue bangga. Gue gak mau ikut tawuran lagi," gumamnya takut saat teman-temannya mungkin tengah memandangnya pengkhianat sekarang.
"Gue juga pengen hidup damai kayak gitu, Don." sekarang Mahesa angkat bicara, "Tapi lo tahu... Sekolah kita bukan tempat buat anak baik-baik, kita di sini sebagai Legion. Sebenernya gue juga pengen buktikan ke Papa kalo gue bisa jadi pilot."
Mahesa mengalihkan pandangannya ke jendela, jauh di sana terlihat banyak pelajar bercengkrama ria.
"Cuma di sekolah. Gue bisa jadi diri sendiri..bukan berarti gue gak punya mimpi, bro. Gue juga pengen jadi orang berguna!" Teuku mendekat ke arah Doni kemudian memegang pundak cowok itu.
"Kalo gitu, kenapa gak kita buktikan aja sama mereka kita gak pernah main-main sama mimpi kita?!"
"Gue setuju!!" sorak anak-anak cowok yang rata-rata anggota Legion.
"Gue bakal kurangin tawuran dan buat Ibu bangga liat gue ngampus di UI, ye maap-maap nih ye wahai setan-setan! Gue bersumpah bakal jadi pengusaha terkaya se-Indonesia!!"
"Gue jadi orang terganteng aja udah cukup, Don!" timbrung Afif dengan mata melengkung lucu. Di sebelahnya Mahesa menampol pelipisnya. "Mungkin sekarang kita dianggap hama, besok kita jadi singa! Hahahahhaha!!!"
Begitulah mimpi-mimpi para remaja yang kerap dipandang perusuh, pendosa dan tak bermasa depan itu. Bukan hanya realita yang sering menghancurkan asa, tapi keadaan juga merenggut mimpi-mimpi mereka. Menjadi butiran abu, hingga sulit menyatu, dan menghilang ditelan bengisnya kehidupan.
Mereka hanya tertawa ketika dunia mengoloknya, terus bersama akan menguatkan diri masing-masing. Tanpa sadar tanjakan di depan semakin curam untuk didaki, tidak ada penolakan ketika datang menjemput nyawa.
"Makanya Don, gak usah takut lo bermimpi. Mungkin sekarang yang bisa lu lakuin belajarnya pas di rumah aja, biar Ibu lo yakin lo masih niat sekolah!"
"Hehheheh makasih Ji, lo emang temen gue! Temen di saat susah dan susah!"
"Susah mulu hidup kita, Don!" tawa Orzie berderai, cowok itu malah tertular ketawa. "Orang ngenes mah dikek manain yah tetep aja ngenes!" katanya senang.
"Yeh, niru kata-kata gue elo nyet!"
"Hahaahaha ya gak apa kali ah, sama orang ganteng aja rusuh lo Ji!" Doni masih tertawa-tawa, sambil melanjutkan nulisnya. "Di mana letak gantengnya Don?"
"Eh, nih muka bukan sembarang muka!"
"Gimana gak sembarang muka? Muka lo aja udah kek segitiga sembarang muka!"
"Sembarang kaki dodol!" celutuk Chika di sampingnya, Orzie melirik cewek itu horror. Sehoror melihat tukang tagih utang. Eh, anjir.
Mahesa bercelutuk. "Jangan meremehkan Doni lu Ji!" teriaknya.
Melihat Mahesa mendukungnya, Doni melanjutkan aksi sok pedenya.
"Gini-gini muka gue pernah dipake buat banner iklan Ji!" sombongnya dengan nada angkuh, Orzie mengatup mulut rapat-rapat, dongkol.
"Iklan koyo cabe ya Don?" rusuh Teuku dengan senangnya. Tawa pecah di kelas.
"Hahahahaha!"
Sekarang Teuku merasa di awan-awan. Tumben hari ini dia gak kena hujat sama rakyat-rakyatnya.
"Lo Ku, banner iklan shampo lifebuoy! Duel nyanyi dangdut sama Weni DA!"
"HAHAHHAHA!"
Saat dunia mengkhianatinya. Sabar. Jangan makan taplak meja. Cukup makan hati aja, jangan sampai keluar air mata.
Teuku the sad boy.
*****
ada yg tau ga sih authornya pindah kemana?
semangat terus Thor, sukses selalu di tunggu karya-karyanya 🥰🥰🥰🥰