Sudah dua bulan sejak pernikahan kami. Dan selama itu, dia—lelaki itu—tak pernah sekalipun menyentuhku. Seolah aku tak pernah benar-benar ada di rumah ini. Aku tak tahu apa yang salah. Dia tak menjawab saat kutanya, tak menyentuh sarapan yang kubuat. Yang kutahu hanya satu—dia kosong dan Kesepian. Seperti gelas yang pecah dan tak pernah bisa utuh lagi. Nadira dijodohkan dengan Dewa Dirgantara, pria tiga puluh tahun, anak tunggal dari keluarga Dirgantara. Pernikahan mereka tak pernah dipaksakan. Tak ada penolakan. Namun diam-diam, Nadira menyadari ada sesuatu yang hilang dari dalam diri Dewa—sesuatu yang tak bisa ia lawan, dan tak bisa Nadira tembus. Sesuatu yang membuatnya tak pernah benar-benar hadir, bahkan ketika berdiri di hadapannya. Dan mungkin… itulah alasan mengapa Dewa tak pernah menyentuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon heyyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Aku Tidak Bisa Mencintaimu, Nadira
Lalu hening seketika, Aku menatap dari pantulan kaca dihadapanku, Dewa sedang menunduk, mengusap tengkuk nya dan berpikir, seolah dia ingin mengatakan sesuatu. Aku menunggu.
"Nadira..."
Ini kali pertamanya dia menyebut namaku, Bukannya senang aku malah takut untuk mendengar ucapan yang akan dia katakan selanjutkan, seolah aku tau ada sesuatu yang menyakitkan yang akan keluar dari bibir itu.
"Aku minta maaf, tapi...lebih baik kita seperti ini, aku tidak ingin bersikap baik kepadamu, Sehingga kau merasakan keberadaanku di hidupmu" Napasnya terhenti, begitupun dengan suaranya.
Lagi lagi, aku merasakan rasa sakit mengalir ke sekujur tubuhku, kata kata itu menghantam dadaku seperti hantaman ombak, lalu aku memilih untuk tetap diam, menunggu dia menyelesaikan kalimatnya.
"Akan lebih baik jika kau menganggapku tidak ada atau bahkan membenci diriku."
Sesuai dugaanku, lanjutan kalimat itu jauh lebih menyakitkan, air mataku menggenang. Tidak pernah ada rencana didalam hidupku untuk menjadi seseorang yang tidak diinginkan dan diharapkan seperti ini, sangat menyakitkan.
"Kenapa?" Tanyaku singkat, Sebenarnya aku ingin menanyakan banyak hal tapi, hanya itu yang mampu keluar dari bibir yang gemetar ini.
"Karena aku tidak bisa mencintaimu, Nadira..."
Kata kata itu seperti pisau kedua yang menghujam lebih dalam, Aku menelan ludah, rasanya ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokanku, tapi aku menahannya, aku harus kuat.
"Aku tidak bisa menemukan itu didalam diriku...Lebih baik seperti ini, menjaga jarak, Karena jika aku baik kepadamu, kamu akan jatuh cinta sendirian, dan itu jauh lebih kejam daripada kejujuran ini"
Lalu dia berdiri dari tempat tidur, mengambil laptop dan handphone diatas meja, berjalan menuju pintu yang sudah terkunci, meninggalkan aku duduk sedirian di sini berderaian air mata.
"Aku tau kamu butuh waktu sendiri, aku akan tidur di sofa" Langkahnya tegas meninggalkan ruangan kamar dengan pintu yang masih terbuka.
Aku menangis, Benar benar menangis. Semua air mata berjatuhan membasahi tangan dan piamaku, aku tidak habis pikir bahwa semua ini terjadi kepadaku, Dan kenapa dia mengatakan hal itu dengan wajah penuh dengan rasa bersalah.
Kami memang dua orang asing yang tinggal di satu atap, Aku yang selalu berharap bahwa setiap hari pasti akan ada suatu keajaiban yang akhirnya akan membuatnya melihatku sebagai seorang istri, bukan orang asing. Tapi malam ini, semua harapanku hancur, remuk, berserakan di lantai kamar ini.
Aku meringkuk naik ke atas kasur dan menangis disana, Memikirkan semua percakapan singkat dan yang paling menyakitkan tadi, Aku menyadari satu hal, saat dia mengatakan bahwa dia tida mencintaiku, Matanya, Matanya juga ikut bersedih, seakan ada sesuatu yang tidak bisa dia tinggalkan, sesuatu yang tidak sanggup untuk dia hadapi. Tapi aku tidak tau apa itu.
Setiap hari aku selalu memperhatikan dia sepertinya sedang berjuang untuk hidupnya, dia seperti sedang memikirkan sesuatu yang tidak ada jalan keluarnya, aku sering mendapati dia duduk di balkon, merokok, lagi lagi dengan sorot mata yang begitu berat dan lelah, Terkadang dia mondar mandir ke dapur dan ke ruang tamu, entah mencari apa. Aku sudah pernah memeriksa handphone nya dan tidak ada apa apa disana, hanya beberapa nomor rekan kerja dan beberapa nomor teman temannya, didalam room chat juga tidak ada obrolan yang janggal. Media sosialnya juga tidak pernah memposting sesuatu.
Aku tau dia sedang menghadapi sesuatu, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, aku tidak yakin apakah itu sesuatu atau seseorang. Tapi aku tidak akan menyerah begitu saja seperti wanita tak berdaya, aku akan berusaha, berusaha mengambil hatinya.Hati suamiku.
.hans bayar laki2 tmn SMA itu