Aku adalah seorang gadis biasa-biasa saja. Aku tergila-gila pada seorang Super Model yang begitu tampan bagiku.
Keberuntungan membawaku kepadanya dan menjadikan ku asisten pribadinya. Namun keberuntungan itupula yang menjadi petaka bagiku ketika sosok mahluk tak berdosa tumbuh di rahimku akibat kebodohan ku. Aku membiarkan sosok Idolaku mengambil kesucianku. Dan menanamkan benih yang seharusnya tidak pernah hadir diantara kami.
NOTE : Buat Readers, tolong lah jangan di judge dulu tokoh cewek nya sebelum membaca ceritanya sampai habis.
Tokoh wanita yang bernama Ge, disini mendapatkan balasan yang setimpal akibat kebodohan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada apa dengan EL
"Apa maksudmu, Aley?"
"Apakah benar kalau selama ini EL tahu siapa Ayahnya Fariz dan Farissa? Tapi EL sama sekali tidak pernah membahas hal itu padaku."
Alessandro kembali tersenyum tipis, "Sebenarnya EL..."
"Apa yang kamu lakukan disini, AL?!"
Perkataan Alessandro terhenti ketika EL datang secara tiba-tiba dan meneriakinya mulai dari pintu depan. Dia melangkah dengan tergesa-gesa menghampiri ku dan menarik tubuhku kedalam pelukannya.
"Aku hanya bertamu..." sahut Alessandro, dia begitu acuh ketika mengatakannya.
"Keluar kamu dari sini!" ucap EL sambil menunjuk kearah pintu.
Alessandro kembali tersenyum, walaupun raut wajahnya masih kacau, sama seperti tadi. Dia berjalan keluar dengan langkah gontai hingga ku dengar suara deru mobilnya melaju meninggalkan halaman rumah EL.
"Dia tidak menyakiti mu lagi, kan?" EL menatap mataku lekat.
Aku tersenyum padanya kemudian memeluk tubuhnya. "Tenang saja, dia tidak akan berani menyakiti ku lagi, kok!" sahut ku.
EL mengelus puncak kepalaku kemudian melabuhkan satu kecupan, "Dimana Fariz dan Farissa?" tanyanya,
Aku melepaskan pelukan ku, "Mereka sudah tidur. Oh ya, Mas! Kok tumben pulang cepat?" tanyaku,
"Ponsel ku ketinggalan, Sayang! Aku berniat mengambilnya dan kembali ke butik setelah ini." ucapnya sambil mengelus kedua pipiku.
"Owh,"
EL segera berjalan menuju kamar dan mencari keberadaan ponselnya. Hingga akhirnya ia menemukan benda itu dibawah tempat tidur. Mungkin ponsel itu terjatuh saat ia ingin meletakkannya.
Setelah meraih ponselnya, iapun kembali pamit padaku. "Bye, Sayang! Jaga dirimu dan bayi-bayi kita!"
***
Menjelang sore, aku dan Nur tengah menemani Fariz dan Farissa bersantai di halaman rumah. Aku menggendong si Kecil Fariz sedangkan Nur menggendong Farissa.
Tepat disaat itu EL tiba dan memarkirkan mobilnya di halaman depan rumah. Aku menatap mobil itu sambil tersenyum menunggu sosok EL.
EL keluar dari mobilnya kemudian menghampiri ku dan mencium kening ku seperti biasanya. Namun yang nampak aneh, raut wajahnya terlihat cemas dan sangat kusut.
"Ada apa, Mas?" tanyaku,
Dia tidak menjawab pertanyaan ku dan langsung masuk kedalam rumah. Aku dan Nur saling tatap. Karena tidak biasanya EL seperti itu.
"Tuan kenapa, Nona?" tanya Nur
Aku mengangkat bahu ku karena akupun tidak tahu ada masalah apa dengan suamiku.
"Nur, jaga Fariz dan Farissa ya... Aku ingin menemui suamiku dulu." ucap ku sambil meletakan Fariz kedalam kereta bayi.
"Siap, Nona!" sahut Nur,
Aku berjalan dengan langkah cepat menuju kamar ku, dan benar saja EL sudah masuk kedalam kamar kami. Tetapi aku tidak menemukannya didalam kamar.
Namun dari dalam kamar mandi, terdengar suara gemericik air yang jatuh dari shower. Mungkin EL sedang membersihkan dirinya.
"Mas? Kamu didalam?!" tanyaku sambil mengetuk pintu kamar mandi,
"Ya!" sahutnya,
Aku semakin heran dengan sikap EL kali ini. Detik demi detik dan menitpun berganti menit, EL tidak juga keluar dari dalam kamar mandi. Padahal suara gemericik air yang mengucur deras dari shower terus terdengar.
Hingga akhirnya dua jam sudah aku menunggunya namun dia belum juga keluar. Aku khawatir saat itu, tiba-tiba saja aku kepikiran kalau EL jatuh pingsan disana,
Aku panik dan ku gedor-gedor pintu kamar mandi dengan sangat keras,
"Mas! Mas! Apa kamu baik-baik saja?!" teriak ku, aku sudah seperti orang kesurupan ketika menggedor pintu kamar mandi tersebut.
Tidak ada jawaban sama sekali. Aku semakin panik bahkan aku hampir menangis kala itu.
"Mas, jawab aku! Jika kamu tetap diam maka akan ku suruh orang untuk mendobrak pintu ini!" ucap ku. Dan tidak lama setelah itu,
Ceklekkk!
Pintu kamar mandi terbuka, aku lihat EL basah kuyup dan menggigil kedinginan. EL bahkan masih memakai pakaian lengkap dan sepatunya pun belum ia lepas.
Aku memperhatikan wajahnya, matanya terlihat sembab. Aku yakin sekali dia habis menangis. Aku reflek memeluknya dan tangis ku pecah saat kulihat sosok pahlawan ku menjadi lemah seperti ini.
"Kamu kenapa, Mas?!" ucap ku,
Aku masih memeluknya dengan erat bahkan aku tidak peduli walaupun tubuh ku ikut basah kuyup karenanya.
"Aku sayang kamu, Ge! Aku sayang kamu!!!" ucapnya lirih kemudian membalas pelukan ku dan berkali-kali melabuhkan kecupan di puncak kepalaku.
Aku mencoba melepaskan pelukan ku kemudian melepaskan pakaiannya dan juga sepatunya hingga tubuhnya benar-benar polos.
Ku raih jubah mandi dan ku kenakan dituduh polosnya. EL terus mematung sambil menatap ku dengan tatapan kosong dan membiarkan aku melakukan apapun di tubuhnya.
Aku membawanya ketempat tidur dan ku ambilkan obat penurun demam karena ku rasa suhu badan EL agak naik, akibat terlalu lama berada dibawah pancuran air.
Walaupun EL masih diam tak bergeming, namun ia masih bersedia meneguk obat yang aku berikan padanya.
Setelah itu, aku membaringkan tubuhnya dan menyelimuti nya.
"Istirahat lah," ku cium keningnya dan ku elus lembut rambutnya.
EL masih sama seperti tadi, bernafas namun seperti raga tanpa nyawa.
Oh Tuhan, cobaan apa lagi ini? Kenapa EL bersikap seperti itu. Selama ini EL adalah orang yang sangat tegar dan pantang menyerah. Lalu kenapa sekarang ia seakan putus asa dan seperti kehilangan semangat untuk hidup.
Setelah EL tertidur aku memberanikan mengecek ponselnya. Siapa tahu ada sesuatu yang membuatnya menjadi seperti ini. Namun aku tidak menemukan apapun baik itu riwayat panggilan ataupun pesan chat.
Semuanya bersih, mungkin EL sudah menghapusnya. Tapi untuk apa? Apakah ada sesuatu yang ia sembunyikan dari ku?!
Tidak berselang lama, Nur mengetuk pintu kamar ku. Ternyata dia menyerahkan kedua bayiku yang sudah tertidur lelap didalam kereta dorong mereka.
Aku menyambutnya sambil tersenyum kepada Nur. "Terimakasih, Nur!"
Nur mengintip dari balik pintu, mencoba melihat keadaan EL. "Bagaimana Tuan?" tanya nya.
"Dia baik-baik saja," sahut ku.
Aku terpaksa berbohong, aku tidak ingin Nur ikut khawatir. Setelah Nur pergi, ku letakkan kedua bayiku kedalam tempat tidur mereka.
Sekarang aku ikut berbaring disamping EL sambil memeluknya. Disaat dia tidur seperti ini, wajahnya terlihat damai. Tidak akan ada yang menyangka dia sedang dalam masalah saat ini.
Entah masalah apa yang sedang ia hadapi. Tapi ku rasa masalahnya pasti sangat rumit. Hingga EL, manusia paling tenang yang pernah ku kenal, bisa bersikap putus asa seperti itu.
***
Saat tengah malam, aku terbangun dari tidur dan tidak menemukan EL disamping ku. Aku melangkah mencari keberadaan sosok EL dan aku menemukannya di balkon kamar kami.
Kulihat EL sedang berbicara dengan ponselnya. Entah apa yang dibicarakan olehnya, aku tidak mendengarnya.
"Mas, kamu ngapain?"
"Ge?!"
EL terkejut kemudian segera menghampiriku.
"Ge! Disini dingin, sebaiknya kita masuk!" ucapnya sambil membawaku kembali ketempat tidur. EL mengajakku berbaring dan memeluk tubuhku dengan erat.
"Aku mencintaimu, Ge!"
Aku tidak mengerti, sejak kejadian dikamar mandi sampai sekarang hanya itu kata-kata yang diucapkannya. Sebenarnya apa yang terjadi padanya?
***