NovelToon NovelToon
SIKSA KUBUR

SIKSA KUBUR

Status: tamat
Genre:Misteri / Horor / Tamat
Popularitas:68
Nilai: 5
Nama Author: gilangboalang

SINTA dan adiknya, ALIM, tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat taat. Sejak kecil, Sinta adalah sosok yang sangat alim, menjunjung tinggi akidah Islam, dan memegang teguh keyakinannya. Dunia yang ia pahami—dunia yang damai dan dipenuhi janji surgawi—hancur berkeping-keping pada satu sore kelam.
​Orang tua mereka, Adam dan Lela, tewas dalam sebuah insiden yang dicap sebagai bom bunuh diri. Latar belakang kejadian ini sangat kelam: pelaku bom tersebut mengakhiri hidupnya dan Adam/Lela, sambil meneriakkan kalimat sakral "Allahu Akbar".
​Trauma ganda ini—kehilangan orang tua dan kontaminasi kalimat suci dengan tindakan keji—membuat keyakinan Sinta runtuh total. Ia mempertanyakan segala yang pernah ia yakini.
​Saat ini, Sinta bekerja sebagai Suster Panti Jompo, berhadapan dengan kematian secara rutin, tetapi tanpa sedikit pun rasa takut pada alam baka. Alim, di sisi lain, kini menjadi Penggali Kubur, dikelilingi oleh kuburan, tetapi tetap teguh memegang sisa-sisa keyakinannya yang diw

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gilangboalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Batu Bara yang Menyala dan Tanah yang Menghimpit

​📚 Ujian Kitab Suci

​Slamet disiksa habis-habisan tanpa henti. Darah, organ, dan sisa-sisa tubuhnya yang hancur dan pulih berulang kali telah menciptakan kengerian visual yang melampaui batas nalar. Suara gemuruh yang menggelegar dari atas liang lahat, suara otoritas ghaib, kembali terdengar.

​Kali ini, pertanyaannya semakin spesifik, menyerang inti keyakinan yang Slamet tolak:

​"Ma Kitabuka?"

​Suara itu bertanya, "Apa kitabmu?" dalam Bahasa Arab.

​Slamet, yang kini telah menyaksikan setiap kengerian pembalasan dosa-dosa tersembunyinya, tetap tak berdaya. Ia ingin berteriak tentang penyesalan, tentang keinginannya untuk menerima iman, tetapi ia dihukum oleh bisu yang kejam. Seperti biasa, Slamet tidak bisa menjawab.

​🌋 Hujan Batu Bara Neraka

​Karena kegagalannya menjawab, hukuman baru dan dahsyat dimanifestasikan.

​Dari kegelapan di atas, dari dalam tanah yang seharusnya melindungi, mulai berjatuhan benda-benda keras.

​Dan batu itu besar dan berat seukuran bantal. Itu bukanlah batu biasa, melainkan batu bara yang menyala—arang spiritual yang membara dengan api neraka yang pekat.

​Batu-batu panas itu berjatuhan. Ada banyak, berkali-kali dia berjatuhan menimpahi Pak Slamet.

​Hujan batu bara panas itu menghantam tubuh Slamet, membakar dan menghancurkan dagingnya. Setiap batu membawa beban dosa Slamet. Tubuh Slamet, yang sudah gosong dan babak belur, kini sampai hancur berkeping-keping di bawah dera batu-batu panas yang tak berbelas kasih.

​Sinta, yang terbungkus kain kafan di sebelahnya, merasakan gelombang panas yang menyengat dan mencium bau daging terbakar yang mengerikan. Ia tahu bahwa siksaan ini adalah nyata, bukan hanya ilusi.

​💀 Himpitan Bumi

​Setelah tubuh Slamet hancur oleh hujan batu bara yang menyala, dan tubuhnya kembali utuh dalam sekejap, hukuman datang dari sumber yang paling fundamental: tanah itu sendiri.

​Dan tanah menghimpit tubuh Slamet.

​Liang lahat yang sempit itu tiba-tiba terasa semakin menyempit. Dinding-dinding tanah bergerak, mendorong tubuh Slamet dari sisi kanan dan kiri.

​Himpitan itu begitu kuat sampai tulang rusuknya bersilang! Tulang rusuk Slamet patah dan saling bertindihan, menembus paru-parunya, dalam rasa sakit yang dijamin tak terbayangkan.

​Dan dia kesakitan di tengah himpitan tanah itu. Tanah, yang Slamet yakini hanya tempat tidur abadi, kini menjadi alat pemenjara dan penghancur yang kejam. Tubuhnya dihimpit, pulih, dan dihimpit lagi, dalam siklus kesakitan fisik yang mendalam.

​😭 Jeritan Tobat yang Tak Terjawab

​Melihat pemandangan kengerian yang berulang-ulang ini, Sinta mencapai batas kegilaan.

​Darah Slamet banyak memercik, mencemari kain kafan Sinta, menjadikannya bagian dari trauma itu.

​Sinta, atas kuasa Allah, dia hanya melihat dan ketakutan doang.

​Ia dipaksa menjadi saksi. Ia tidak disentuh secara fisik oleh siksaan itu, tetapi ia dihukum dengan kebenaran yang kejam. Keyakinan logisnya telah dihancurkan, dan ia kini hanya memiliki satu respons: memohon ampun.

​Sinta berteriak, "Saya mau tobat, Ya Allah! Saya mau tobat!"

​Teriakannya adalah perpaduan antara trauma histeris dan keimanan yang baru lahir. Ia memohon pengampunan atas dosa-dosa masa lalunya, atas sinismenya, dan atas tindakannya menantang Allah.

​Namun, di tengah gemuruh siksaan, suara Sinta tenggelam.

​Namun, [doanya] masih belum dijabah.

​Allah, yang kini ia yakini, tampak belum mendengar permohonannya. Ia dibiarkan terkurung di sisi neraka, sendirian dalam kegelapan dan kengerian, menanti belas kasihan-Nya yang tak kunjung datang.

​Ia harus bertahan, terperangkap di sisi Slamet, menanti akhir dari malam yang menghancurkan ini.​🐛 Belatung dan Cacing yang Mengerogoti

​Di tengah siklus penghimpitan tanah yang menyakitkan, perut Slamet, yang dihantam oleh godam dan dibakar oleh cairan panas, kini mulai menunjukkan tanda-tanda pembusukan yang dipercepat dan supranatural.

​Tiba-tiba, perut Slamet keluar banyak sekali belatung dan cacing!

​Organ-organ di dalamnya seolah melahirkan ribuan makhluk menjijikkan yang langsung merayap keluar. Belatung dan cacing itu dengan beringas mengerogoti tubuh Slamet, memakan dagingnya yang pulih dan menghancurkannya lagi.

​Slamet kelabakan berteriak-teriak tanpa suara, tangannya yang terikat kain kafan (dan diikat oleh tangan raksasa) berusaha mengusir makhluk-makhluk menjijikkan yang merayap di sekujur tubuhnya, tetapi tidak berdaya.

​🦂 Serbuan Kalajengking dan Kelabang

​Invasi biologis itu didukung oleh pasukan lain, mewujudkan dosa-dosa Slamet yang tak terhitung.

​Ribuan kalajengking masuk mendatangi lagi, mengikuti serbuan belatung. Dan ribuan kelabang dan kecoa!

​Serangga berbisa dan menjijikkan itu selalu dikerubuti Slamet, merayap masuk ke setiap lubang dan luka di tubuhnya. Mereka datang karena berdosa juga, menjadikannya alat siksaan yang tak terhindarkan.

​Slamet, dalam keadaan dipenuhi belatung dan dicabik-cabik serangga, melihat tubuhnya terus menerus berubah seperti semula dan dihancurkan lagi oleh makhluk-makhluk itu.

​🦀 Godam dan Tusukan Kepiting

​Siksaan komunal itu diperparah oleh serangan dari Malaikat Siksa.

​Dan ditambah godem gerigi tajam yang berulang kali menghantam kepalanya Slamet, menghancurkan tengkoraknya yang baru pulih.

​Namun, yang paling aneh dan menjijikkan adalah hukuman terakhir:

​Matanya ditusuk dan dicabik-cabik oleh kepiting!

​Kepiting-kepiting kecil dengan cangkang hitam dan cakar tajam muncul dari kegelapan. Mereka menargetkan mata Slamet, menusuk dan mencabik-cabik bola matanya, yang Slamet gunakan untuk melihat kejahatan dan mengabaikan penderitaan orang lain. Mata itu dihancurkan, lalu tumbuh kembali, hanya untuk dicabik lagi oleh cakar kepiting.

​Slamet selalu kesakitan, tubuhnya terus menerus dihancurkan dan pulih, menyaksikan belatung, cacing, kalajengking, kelabang, dan kepiting memakan habis dagingnya dalam siklus neraka yang abadi.

​Sinta, terbungkus kain kafan, di bawah guyuran darah dan belatung yang memercik, telah melewati batas trauma. Ia hanya bisa menangis, menjerit dalam hati, dan memohon agar kegilaan ini segera berakhir. Ia telah melihat semua yang perlu ia lihat, dan keyakinannya yang baru lahir dipenuhi kengerian total.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!