Semua orang yang hidup di alam mistis lima persennya adalah reinkarnasi.
Kesempatan untuk menghidupkan orang yang telah mati, sudah terjadi dalam berbagai cara.
Awalnya aku bertekad ingin menghidupkan Kak Ying mantan pelayanku, tetapi cara siluman rubah putih di dunia ini tidak bisa diterima begitu saja.
Dia menghidupkan seseorang yang berarti bagiku, namun bukan seperti orang yang kukenal.
Selain itu, dunia ini juga memiliki banyak kultivator sesat yang mencoba mengendalikan manusia untuk dijadikan tumbal.
Saksikanlah perjalananku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syah raman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 - Tujuan Klub Ngeteh Di Belakang Sekolah
Aku sangat tidak menyangka, alangkah baiknya jika wanita yang mirip kak Ying berbicara & membuka topengnya untukku. Yang tersisa hanya dua orang yang telah berlari ke arahku, lalu berhenti terengah-engah.
Veronica tampaknya kesal sambil melihat aku sedang duduk bersimpuh karena rasa kecewa. "Kau ini, kalau Ngefans dengan pendekar itu, jangan tinggalkan kami begitu saja... setidaknya biarkan kami menunggumu di belakang antrian."
Ani mengusap belakang kepalaku. "Mei, ayo bangun sekarang."
Setidaknya, aku pergi dari tempat ini dengan rasa harap, bahwa pendekar wanita bertopeng itu adalah Kak Ying.
Jika itu benar, aku cukup senang karena dia telah berada di tempat yang seharusnya. Karena dia adalah sosok yang bukan hanya merawat diriku dengan rasa pengabdian yang tinggi, tetapi dia juga punya sisi bertarung yang cukup hebat. Selayaknya, kak Ying punya masa depan yang cerah.
'Setelah aku menjadi lebih kuat, mungkin akan ada pertarungan yang mempertemukan kita.'
....
Ketika sore hari, dua orang temanku tidak terpaku pada pertandingan yang telah lalu. Mungkin karena sifat mereka yang mudah melupakan masa lalu, namun dampaknya selalu ada hal yang membuang-buang waktu.
"Ayo kita masuk ke kebun Anggur." Veronica memang cerdas.
"Ya, rasanya aku sudah lama tidak Nyolong anggur orang." Kata Ani dengan santainya.
"Heh, jadi kita ini klub maling?" Itu tanyaku.
"Sudah-sudah... kau akan melihat nanti, ayo."
Apa yang dikatakan Veronica terasa seperti bukan kriminal.
Pagar-pagar dari rotan telah kami lewati.
Setidaknya ada seekor anjing besar berwarna putih.
Aku menghela nafas.
Sepertinya kegiatan klub ngeteh ini sedikit tidak berguna, kami malah berhadapan dengan anjing berwarna putih yang cukup besar.
"Ini sama saja cari penyakit." Ujarku.
"Tentu saja tidak." (Veronica)
Anjing itu mulai menyerang.
"Kita harus menjadikanya hewan peliharaan," Ani mulai kegirangan.
Batu yang kulemparkan tidak menghentikan lari si Anjing
Dia terus menerkam dengan cepat. Kami bertiga langsung melompat ke samping dan jatuh bersamaan.
Namun nyatanya anjing putih ini sama sekali tidak menyerang, hanya lewat saja untuk mengusir monyet yang mengganggu pohon anggur. Ini cukup untuk membuat kami kaget.
"Dia anak baik." Kataku.
"Ya, sungguh mulia." Veronica
Ani mengangguk saja. "Hem-hem."
"Mari kita ambil anggur ini."
Ternyata ajakan Veronica ke dalam hutan belantara ini hanya untuk kebun anggur yang tersembunyi.
'Oh, jadi mereka hanya ingin menghiburku.'
Bahkan keduanya menyuapkan aku anggur yang mereka petik secara bergantian.
Aku terharu sambil membelakangi mereka.
"Vero, kau ambil anggurnya, aku akan buat keranjang dulu ya?"
"Oh, baik."
Aku bertanya, "apa yang harus aku lakukan?"
"Mei duduk saja, kau lelah."
"Oh," kedua temanku ini sungguh baik, aku berharap pertemanan ini akan selalu terjalin selamanya, bahkan ketika kami telah berpisah setelah lulus nanti.
....
Ketika perjalanan pulang, ada seekor hewan raksasa yang terbang dengan sayapnya, namun terbang burung itu tidak terlalu cepat, bahkan sering hinggap diantara pepohonan. Namun hewan itu sangat agresif, karena ini adalah hutan yang penuh dengan hewan buas dengan tingkat Qi yang berbeda-beda.
Pendengaranku bukan hanya terisi dengan burung yang melompat itu, tetapi seperti ada seseorang yang berteriak.
"Tolong aku!" Katanya.
Saat itu juga aku menyadari bahwa orang itu adalah Arul.
"Untuk apa dia dikejar burung hantu?!"
Ternyata sebuah telur dari burung hantu raksasa itu telah dicuri, "apa kita harus menyelamatkannya?"
Ani seperti ingin membantu, tapi tarikan dari Veronica membuat semua itu batal.
"Biarkan saja." Kata Veronica sambil menggelengkan kepala.
"Tapi, Arul... aku tidak bisa membiarkannya!"
Ani tetap saja ingin menangkap hewan raksasa itu, hanya dengan kalajengking ilusi miliknya. Tapi hewan kalajengking besar itu kalah cepat dengan burung hantu itu.
Yang terjadi adalah burung hantu itu mengejar Ani.
"Ani, lari sekarang juga!" Saran dari Veronica.
Tapi entah mengapa Ani berlari menuju tempat aku dan Veronica berdiri, ''tapi jangan ke sini!"
"Tidak bisa!"
Di tengah hutan yang rindang, kami malah dikejar oleh burung hantu raksasa secara bergantian.
Veronica meluncurkan jurus api ke arah hewan itu, tetapi yang ada malah dia hanya membakar hutan.
"Ah tidak!"
Aku akan diterkam oleh burung hantu, tapi spontan saja sebuah pedang aku munculkan untuk menahan pelatuknya, agar tidak mengenaiku. Tapi dorongan burung hantu ini terlalu kuat sehigga aku yang terpental mengenai pohon besar.
Veronica membangunkanku.
"Kau tidak apa?" Katanya.
"Ini tidak begitu menyakitkan."
Yang ada, malah Ani akan terkena oleh terkaman burung hantu raksasa ini.
Arul berusaha menarik tubuh Ani lebih jauh, dan satu serangan berhasil dihindari. Tetapi yang kedua akan berbahaya, karena Arul lengah.
"Awas!" Aku berteriak.
Seketika seekor musang putih telah menerkam hewan raksasa itu, hanya dengan satu gigitan pada bagian lehernya.
Burung hantu membeku dalam keadaan terpejam.
Kami berempat mendekat pada burung hantu itu, dan ada seekor rubah putih yang seketika berlari.
Rubah itu seakan menerkamku, tetapi dia saat ini hanya melewatiku, dimensi & waktu seketika melambat. "Kau berhutang budi padaku."
Semuanya kembali normal ketika rubah itu pergi.
"Rubah putih menyelamatkan kita... ini tidak mungkin."
Benar apa yang dikatakan oleh Arul... baru saja malam tadi aku bertemu dengannya dalam alam penyimpanan, dan saat waktu yang terdesak, rubah itu menyelamatkan temanku.
Hanya kebingungan dan satu pesan yang harus aku tutupi diantara semua temanku, "cukup aneh."
.....
Veronica mendekat pada lelaki bertubuh jangkung ini, sambil berkecak pinggang, dan terlihat giginya yang mungkin agak terilihat kesal terhadap sikap lelaki itu.
"Kau untuk apa sih di sini?!"
"Aku cuma berburu kok."
"Kau hampir membahayakan kami!"
Sepertinya aku akan mendengarkan perdebatan yang panjang, aku lebih baik menanya Ani yang sepertinya masih terkejut.
"Bagaimana keadaanmu?"
Ani mengangguk saja, atau sifatnya setengah introvert, tetapi aku bisa menyimpulkan bahwa dia baik-baik saja.
"Kalau kamu baik-baik saja, ayo pergi."
Meninggalkan dua orang yang berdebat, aku biarkan saja mereka berdua.
"Hai, tunggu!" Veronica menyusul.
Arul ternyata juga menyusul untuk pergi dari tempat ini.
Sepertinya aku harus lebih cepat.
Dia berada di samping Ani.
Ada sebuah telur yang berukuran 45 cm dari jarak atas hingga bawahnya.
"Telur itu untuk apa?" Tanyaku.
"Aku hanya iseng saja, daripada tidak punya pekerjaan sewaktu libur kan?"
Aku menghela nafas, setelah kecerobohannya yang hampir saja mati.
"Hai, kita ini cocok untuk menjadi tim petualang... biarkan aku masuk ke klub ngeteh kalian ya?" Permintaan Arul tepat ketika kami tidak memiliki anggota lelaki dalam sebuah klub ngeteh di belakang halaman sekolah.
Veronica sebagai pemimpin hanya terdiam.
"Bagaimana ketua?" Tanya Arul sambil berjalan lebih dulu.
Sebagai klub ngeteh, kami menanggapi keseriusan dari lelaki ini.
"Sikapmu itu ceroboh, apa yang bisa kau tawarkan?"
Arul mengangkat tangannya, seakan dia mengetahui apa yang diperlukan klub ini. "Aku bisa menawarkan pengetahuan tentang tempat berburu."
Aku mengangguk bersama Ani, ketika pandangan Veronica tertuju sebagai sesama anggota klub ngeteh.
"Jika semuanya setuju, aku sama sekali tidak keberatan."
Arul terlihat senang.
"Tapi... kau harus bisa menjadi pelindung, bukan dilindungi."
"Siap ketua."