NovelToon NovelToon
Duda-ku

Duda-ku

Status: tamat
Genre:Duda / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:467k
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

"hana maaf, rupanya riko hatinya belum tetap, jadi kami disini akan membatalkan pertunangan kamu.. dan kami akan memilih Sinta adik kamu sebagai pengganti kamu" ucap heri dengan nada yang berat

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

maharani kabur

“Maharani? Sedang apa kamu di sini?” ucap seorang pria paruh baya sambil menatap lekat wajah Hana.

“Maaf, Pak. Saya bukan Maharani,” jawab Hana dengan sopan.

Pria itu refleks membetulkan kacamatanya, lalu menatap lebih seksama. Kerut keningnya semakin jelas. “Ah… wajah ini. Persis Maharani saat masih muda,” gumamnya. Ternyata, pria itu adalah Romi, suami Maharani, yang kebetulan ditabrak Hana tadi.

Hana merasa risih dengan sorotan matanya. “Kenapa Om terus melihat saya begitu?” tanyanya, mencoba tersenyum kaku.

Romi tersadar, ia buru-buru mengangguk. “Ah, maaf. Saya salah orang.”

“Tidak apa-apa. Saya juga minta maaf, tadi tidak fokus,” balas Hana sambil menundukkan kepala.

Ia segera mengecek jam tangan. Jarum sudah menunjuk pukul tujuh malam. “Om, saya harus buru-buru. Terima kasih, ya.” Hana melangkah cepat, mengingat ia wajib tiba di rumah sebelum jam sembilan malam.

..

Riko memijat pelipisnya, kepalanya terasa berat memikirkan utang yang menumpuk dan harus segera dibayar.

“Kenapa sih kamu seperti tidak bahagia dengan pesta pernikahan kita?” tanya Sinta dengan nada kesal. Malam itu ia mengenakan pakaian seksi, berharap malam pengantin bisa terasa istimewa. Walaupun mereka sudah sering bersama sebelum menikah, tetap saja Sinta ingin malam ini menjadi berbeda.

“Jangan-jangan kamu masih memikirkan Hana?” tuduh Sinta, merasa diabaikan sejak tadi.

Riko menarik napas panjang. “Iya, aku memikirkan Hana. Kalau ada Hana, mungkin aku tidak sepusing ini.”

“Hana… Hana… selalu saja dia di kepalamu!” seru Sinta semakin marah.

“Memang kamu punya solusi apa, ha?” balas Riko tajam. “Sekarang aku harus menanggung utang lima ratus juta gara-gara pernikahan sialan ini!”

“Brak!” Sinta menggebrak meja dengan keras. Wajahnya memerah, amarahnya meledak. “Jadi kamu menyalahkan aku, ha?!” bentaknya, menatap Riko dengan penuh api kemarahan

Riko berdiri, menatap Sinta dengan sorot mata tajam. “Andai saja kamu tidak memaksa mengadakan pesta di hotel, mungkin aku tidak akan punya utang sebanyak ini,” ucapnya geram.

Sinta menyilangkan tangan di dada, suaranya ketus. “Warisanmu itu banyak, lebih dari lima ratus juta pastinya. Tanah bapakmu luas, belum lagi kontrakan entah berapa pintu. Tinggal minta bagian, masalahmu selesai.”

Riko membanting tangan ke meja. “Jadi kamu berharap orang tuaku cepat mati, ha? Mereka masih hidup, tapi kamu sudah bicara terus soal warisan! Aku tidak mau dengar lagi. Yang jelas, kamu juga harus ikut membantuku melunasi utang ini!”

Riko memegangi kepalanya, rasa berat menekan pikirannya. Hidupnya terasa semakin sulit, apalagi utang menumpuk, sementara manajemen tokonya juga berantakan. Malam yang seharusnya menjadi awal baru, justru terasa seperti beban yang menyesakkan.

“Itu tanggung jawab kamu! Kamu kan suami aku. Tugasmu menafkahi, jadi kenapa aku yang harus bayar utang?” nada suara Sinta meninggi, penuh amarah.

Riko menghela napas panjang. “Ah… bicara sama kamu itu bikin pusing. Beda sekali dengan Hana. Hana selalu memberiku solusi, sedangkan kamu hanya menambah masalah.”

Mata Sinta membelalak. “Jadi kamu menyesal menikahi aku?” bentaknya dengan nada tajam.

Riko menatap dingin. “Ya, aku menyesal. Gara-gara kamu, aku terjebak utang sebesar ini.”

“Brak!” Sinta melempar vas bunga hingga hampir mengenai Riko. Wajahnya merah padam, lalu tanpa pikir panjang ia meraih hoodie dan keluar dari kamar hotel dengan langkah kasar. Hatinya penuh kesal karena terus disalahkan.

Riko hanya terdiam. Ia sama sekali tidak berniat menyusul. Beban utang yang menjerat membuat semangat hidupnya menguap, meninggalkan rasa hampa di dadanya.

Sinta keluar dari kamar hotel dengan langkah kasar. Seharusnya malam ini menjadi malam indah baginya, tetapi sikap Riko membuatnya jengkel. Yang paling menyakitkan adalah Riko terus membandingkannya dengan Hana.

Ia berjalan cepat melewati lobi, berniat mencari udara segar di luar. Namun langkahnya terhenti ketika tubuhnya menabrak seorang wanita paruh baya. Rambut wanita itu tampak acak-acakan meski pakaiannya terlihat mewah.

Dalam kondisi emosi yang meluap, Sinta langsung melontarkan bentakan. “Dasar perempuan tua jelek! Bikin aku makin kesal saja!”

Wanita itu tidak melawan. Tatapannya kosong, seolah menembus wajah Sinta. Bibirnya bergerak pelan, bergumam lirih, “Anakku…”

Sinta mendengus sinis. “Cih! Aku bukan anakmu! Aku benci wanita gila seperti kamu!” teriaknya penuh emosi.

Wanita itu tetap berdiri di hadapannya, tak bergeming, menatap Sinta dengan sorot mata yang sulit dijelaskan.

“Minggir!” bentak Sinta, kesal karena wanita itu terus menghalangi jalannya.

Namun wanita itu tetap berdiri dengan tatapan kosong.

“Brak!” tubuh wanita itu terhempas ke tembok setelah Sinta mendorongnya keras. Ia terjatuh tak berdaya.

“Dasar wanita sial! Hidupku pun jadi sesial ini,” maki Sinta sambil mendengus.

“Sinta!” sebuah suara lantang membelah suasana.

Sinta menoleh cepat, dan jantungnya langsung berdegup kencang. Di hadapannya berdiri sosok yang paling ia benci—Hana.

“Ha! Kenapa harus kamu lagi?! Dasar wanita sialan!” hardik Sinta dengan mata melotot.

Namun Hana tak menghiraukan makiannya. Ia segera menghampiri wanita paruh baya yang kini tergeletak. Wajah Hana berubah panik ketika melihat darah merembes dari kepala wanita itu.

“Sinta! Tolong aku, wanita ini kepalanya berdarah!” ucap Hana dengan nada kesal dan cemas.

Bukannya menolong, Sinta justru pucat ketakutan. Ia menjerit kecil, lalu berlari kembali ke arah hotel, meninggalkan Hana dan wanita itu

Hana panik, berusaha membangunkan wanita yang tergeletak tak sadarkan diri. Namun tenaganya tak cukup kuat.

Tiba-tiba sebuah mobil SUV berhenti di dekatnya. Dari dalam keluar seorang pria yang langsung berlari menghampiri.

“Tante Maharani!” seru pria itu kaget.

Hana menoleh cepat. “Kak Jefri! Tolong, wanita ini!” ucapnya dengan wajah cemas.

Tanpa banyak bicara, Jefri segera membopong tubuh Maharani dan memasukkannya ke dalam mobil. Gerakannya cepat dan tegas.

“Aku tidak melakukan apa pun padanya… jangan salah paham,” ucap Hana terbata, takut disalahkan.

“Aku sudah tahu,” jawab Jefri datar, matanya lurus ke depan.

Hana terdiam, hatinya dipenuhi tanya. Dari mana dia tahu? Apakah dia mengikutiku? Bukankah dia seharusnya bersama Melisa? pikirnya dalam hati.

Jefri menginjak pedal gas, membawa mobil melaju kencang. Dalam hitungan menit, mereka tiba di rumah sakit terdekat.

Maharani segera ditangani secara intensif oleh tim medis. Setelah pemeriksaan, dokter menyatakan ia mengalami kelelahan berat serta gegar otak ringan.

Hana duduk gelisah di ruang tunggu IGD, sesekali menatap pintu yang tertutup rapat. Sementara itu, Jefri melangkah keluar untuk menelpon Andri.

“Andri, Hana menolong Tante Maharani di jalan,” ucap Jefri singkat.

“Astaga, Kak Jefri! Dari pagi aku mencari Ibu. Syukurlah kalau sudah ditemukan,” sahut Andri lega.

“Ya, kamu segera ke rumah sakit,” jawab Jefri.

Setelah menutup telepon dengan Andri, Jefri berniat kembali masuk ke ruang perawatan. Namun ponselnya kembali berdering—nama Doni, asistennya, muncul di layar.

“Bos, kapan masuk kantor? Pusing aku menggantikanmu terus,” keluh Doni.

“Bawel sekali kamu,” sahut Jefri ketus.

“Bos, lu itu aneh. Kalau cinta kenapa nggak langsung diungkapin? Kenapa ga nyuruh orang ngawasin Hana?, kenapa harus bos sendiri yang gawasi, dan kenapa pekerjaan di kantor di abaikan, banyak klien yang mau bertemu sama bos" protes Doni tak sabar.

Jefri terdiam sesaat, lalu menjawab datar, “Aku tidak mencintai Hana.”

“Ya ampun, Bos. Lu memang atasan gue, tapi kita temenan dari TK. Gue tahu, lu cinta sama Hana. Kalau cinta, nyatakan. Jangan diem-dieman. Abis itu bawa ke hotel, langsung eksekusi!” ucap Doni blak-blakan.

“Doni!” bentak Jefri, suaranya meninggi.

“Bos, jangan percaya omongan ‘cinta tak harus memiliki’. Itu cuma alasan lelaki pengecut. Lu sok-sokan kasih Hana ke Andri, padahal lu sendiri tersiksa!”

“Hallo? Hallo?” Doni mengulang, tapi sambungan sudah terputus. “Sial, dimatikan…” gerutunya.

1
Martha Parhusip
jujut sampai eps ini aku udh muak bgt sama sinta dan mutusin ga lanjutin baca. karakter hana dan ayah terlalu lemah dan mudah ditindas, permasalahan yg berulang dan tidak ada habisnya selalu menindas hana. hana ga ada tegass tegas nya. jadi udh ga mau baca lagi. semangat thor buat karya berikutnya
Ananda Muthaharoh
wah ada udang dibalik kemunafikan ini si vina, roman2nya dia secara langsung mau menghncurkan hubungan yg baru terjalin, dengan dalil penyakit siReni berbahaya, mngkin aja Reni ini cm sakit perut biasa aja, tapi siVina pelakor ini secara langsung ngebohongi si Reni dengan penyakit mematikan, semoga ini ga akan lama kelakuan sivina kebongkar, ayo reni cerita sam temen kamu hana atau suami kamu biar mereka ngasih solusi terbaik versi temen km hana juga versi suami km andri, semoga km cepet sadar dri tingkah si vina ini.
Ananda Muthaharoh
dokter abal2 ini kayanya cuma bisa nakutin pasen ga ada kata serius atau kata menenangkan atau apa kek malah nakutin pasen gitu aja, jangan2 dokternya suka sama suaminya cinta ditolak dendam sama istrinya 🤣🤣🤣🤣🤣🤭🤭🤭🤭
Ananda Muthaharoh
apa hana kakak beradik sama andri iya, gara2 pelakor hana dibawa bapaknya trus tinggal sama siruba tua mirna itu.
Ananda Muthaharoh
apa hana bukan anaknya, masa hana diperlakukan ga adil sama keluarganya, pergi aja hana yg jauh agar semua keluarga km ngerasa gimana susahnya cari uang juga beberes rumah. biar sinta ruba itu ngerasain apa yg km rasain dicampakan jga dipermalukan
𝙸𝚗𝚍𝚊𝚑 𝙵𝚊𝚝𝚒𝚖𝚊𝚑
kyanya Hana adik andri
Amariksa
sinta mirna dan terakhir handoko pemain drama ikan terbang wkwk
Amariksa
handoko dungu
ay Susie
kenapa tokoh dlm cerita ini oon semua . 🙏 ktnya klrg kaya tp kok gak gercep lelet semua
ay Susie
heran , muka dah tau mirip . tp kenapa masih pd diam . betul" menguras emosi
ay Susie
bikin hati sakit aja , nguras emosi . knp juga si hana gak ada greget udah dr kecil kena siksa
Ranny
ya Dia peduli kepadamu lah kan Dia memang anak kandungmu tidak seperti si Sinta anak wanita jalang
Ranny
seharusnya Andri dan mama Maharani harusnya melakukan tes DNA itu yang lebih klop dan akurat
Ranny
dan juga kakakmu tapi lain ayah Hana
Ranny
ya lakukanlah tes DNA supaya lebih konkret mana yang benar anaknya mamamu Sinta atau Hana tapi menurutku sih yang benar-benar anaknya mamamu itu adalah Hana
Ranny
jangan-jangan ibunya Andri adalah orang tuamu Hana
Ranny
Sinta sarjana tapi otak nya kosong melompong 😄😄😄
Ranny
akh ternyata anak dan ibunya sama saja wanita murahan seperti wc umum
Ranny
akh jadi males bacanya orang tua kok goblok semua
Ranny
bagus Hana aku mendukungmu 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!