NovelToon NovelToon
Bunga Kering Vs. Narsistik Gila

Bunga Kering Vs. Narsistik Gila

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pembaca Pikiran / Pelakor jahat
Popularitas:695
Nilai: 5
Nama Author: Tri Harjanti

Jarang merasakan sentuhan kasih sayang dari suami yang diandalkan, membuat Mala mulai menyadari ada yang tidak beres dengan pernikahannya. Perselingkuhan, penghinaan, dan pernah berada di tepi jurang kematian membuat Mala sadar bahwa selama ini dia bucin tolol. Lambat laun Mala berusaha melepas ketergantungannya pada suami.
Sayangnya melepas ikatan dengan suami NPD tidak semudah membalik telapak tangan. Ada banyak konflik dan drama yang harus dihadapi. Walaupun tertatih, Mala si wanita tangguh berusaha meramu kembali kekuatan mental yang hancur berkeping-keping.
Tidak percaya lagi pada cinta dan muak dengan lelaki, tetapi jauh di dasar hatinya masih mengharapkan ada cinta tulus yang kelak melindungi dan menghargai keberadaannya di dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Harjanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mental Victim

Mulai merasa ada kemiripan antara Bram dengan ayahnya. Tapi tak tahu di mana letak kesamaannya. Yang jelas mereka berdua sama-sama sering membohongi Mala.

Ada suatu kisah masa lalu Mala yang membuatnya kecewa untuk pertama kali pada ayah yang dia kira sosok pahlawan berkuda putih. Dulu, Mama Mala sering bekerja lembur. Ayah dengan tidak masuk akal berbisik di telinga Mala kecil kalau ibunya asyik melakukan permainan terlarang.

Katanya, “Mama paling lagi senang-senang bermain-main dengan teman prianya, Nak!”

Pria itu dengan tega membisikkan kalimat menghasut agar Mala benci pada ibu kandung sendiri. Alhasil Mala kecil memang mengira bila Mama tidak sayang Mala, memilih menghabiskan waktu bersama teman-temannya di kantor.

Padahal setelah tumbuh lebih besar, Mala baru mengerti … jika sang Mama terpaksa membanting tulang sebegitu hebat karena bersuamikan seorang pecundang yang tak tahu cara bertanggung jawab membentuk keluarga.

Pria yang selalu mengandalkan istri untuk menyelesaikan berbagai masalah itu … justru menjelek-jelekkan sang istri di hadapan putri mereka satu-satunya. Ini juga salah satu alasan Mala tak ingin jika besar menjadi seperti Mamanya. Menjadi kuat, tulang punggung keluarga dan tidak dekat dengan anak … percuma, pikir Mala … uang Mama tak dapat menyentuh ruang hilang dalan diriku.

Ruang hilang yang bertahun-tahun Mala ada di dalamnya, terperangkap … sepi … tak kembali.

Mala yang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi menuruti apa saja perkataan sang ayah, sampai suatu ketika ayahnya membawa Mala ke sebuah bank dan ternyata ia ingin mengambil tabungan Mala secara diam-diam, tanpa sepengetahuan sang Mama. Padahal yang rutin mengisinya itu mama Mala.

Antara kebingungan bocah yang ketika itu masih SMP―menyoroti tingkah ayah dan akhirnya memberanikan diri bertanya.

“Dulu … saat SD, sepulang sekolah aku menemukan celengan apelku terbuka di atas meja belajarku, isinya sudah lenyap … dan kau mengatakan bibi yang bekerja di rumah kitalah yang mengambilnya … apa itu benar Ayah?”

“Kenapa mendadak mengungkitnya lagi, Mala?”

“Entahlah, mungkin karena waktu kecil dulu itu … aku pun tak sepenuhnya percaya pada yang kau katakan Ayah!”

Ayah Mala menunduk. Mulutnya komat-kamit persis bocah yang ketahuan makan permen sebelum tidur.

“Sebenarnya..,” Mala berkata lagi… “Aku menemukan uangku di kantung jaketmu, Ayah!”

Ayah Mala sontak terkejut. “Bagaimana bisa?” tatapnya nanar.

“Itu karena aku selalu menggambarkan bunga tulip pada uang kertas yang kutabung. Dan tak mungkin aku melupakan gambarku sendiri, ‘kan Ayah?”

Mala memejamkan mata menengadahkan kepala, saat itu berharap ayahnya akan menampik tuduhan Mala dan mengatakan …

“Tidak Mala aku bukan pria seperti itu!”

Tapi … sayangnya lain yang diucapkan, “Dulu itu karena ibumu tak mau memberiku uang di pagi hari saat aku memintanya.”

Mala lemas, kecewa dan hancur lebur sudah ekspektasi akan sosok sang ayah baik sebagai satu-satunya teman berbagi tawa dan canda di rumah. Baru memahami kenapa Ayah sering menjaganya di rumah sementara Mama terus bekerja sampai lembur. Itu karena Mama menggantikan sosok Ayah yang seharusnya lebih giat bekerja.

Kecewanya Mala makin bertambah ketika Ayah tetap saja mengambil uang tabungan Mala tanpa Mala tahu untuk apa kegunaannya.

Seharusnya bukan Mama yang memberikan uang pada Ayah, terbalik… seharusnya Ayah yang lebih sibuk merintis bisnis properti dan bukan Mama. Apa Ayah hanya ingin hasilnya saja?

Keuletan Mama memang memberikan hasil. Kepintarannya sebagai bos yang mengatur anak buah, memberikan masa emas kestabilan ekonomi dalam keluarga Mala. Namun, kejayaan itu tak mampu mengganti masa-masa Mala tumbuh besar tanpa sentuhan kasih ibu. Mama Mala hanya tahu memberi uang, menuntut Mala juara kelas, memberikan banyak les yang harus Mala ikuti. Tapi tidak sekali pun menanyakan apa Mala bahagia. Apa Mala baik-baik saja?

Setelah tahun-tahun itu berlalu. Mala akhirnya tahu mengapa ibunya jarang tertawa di rumah mereka, itu karena melihat pria payah dengan banyak bualan omong kosong itu sangat menguras energi. Sifat ibunya menjadi arogan akibat perkembangan dari jiwa lembut yang dituntut berjuang sampai titik darah penghabisan.

Tak ada yang bisa diandalkan kecuali diri sendiri.

Itulah perkataan Mama yang masih Mala ingat.

Pada awal pernikahan, Mala sempat begitu mengandalkan Bram. Mala pikir itu sudah sepantasnya suami bertanggung jawab atas istri dan anak-anaknya. Benar saja Bram begitu bertanggung jawab. Mala bisa bernapas lega, Bram bukan pria seperti ayahnya. Tetapi rupanya penilaian itu terlalu dini. Bagi Mala yang sudah penuh dengan luka batin menyaksikan pertikaian orang tua, sangat hafal indikasi perubahan sifat Bram yang seperti percampuran ayah dan ibunya. Ketidakdewasaan ayahnya ada pada Bram, arogansi dan temperamental mama Mala, ada pada Bram.

Sosok yang Mala andalkan perlahan bergelimang dusta. Membawa posisi Mala dan anak-anak mereka dalam kesulitan. Pernah ketika Mala habis melahirkan dan tak sepeser pun uang masuk ke dalam rekeningnya … membuat kulkas di rumah mereka terpaksa dimatikan saking tak ada isinya.

Mala mengendus gejala Bram mirip sang ayah yang ingin mengandalkan istri untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Untuk itu, biar Bram berkicau kalau Mala lebih enak karena berada di rumah, nyatanya justru Mala yang jam tidurnya paling sedikit karena selain mengerjakan pekerjaan rumah juga mengerjakan projek-projek rahasia yang menghasilkan uang guna memenuhi kebutuhan hidup. Mala masih menjaga harga diri Bram dengan tidak mengatakan bahwa sesungguhnya penghasilannya jauh lebih besar ketimbang uang bulanan yang Bram berikan.

Mengapa, Mala menyembunyikan sebagai projek rahasia … itu karena tak mau Bram menjadikannya aset, seperti ayahnya dulu kepada Mama, toh Bram tak pernah mencari tahu dari mana uang Mala berasal. Dia hanya tahu Mala berada di rumah, menjaga anak, dan ada uang yang dihasilkannya dari rumah.

Hal yang membuat Mala jengkel lagi. Kalau Mala tengah sibuk bekerja di depan laptop, ada saja perintah Bram. Misalnya pernah suatu ketika,-

"Mala, aku mau makan!"

"Kan sudah ada Pah, tinggal ambil di meja," kata Mala tenang, tetap fokus pada layar. Kala itu sedang ada projek ilustrasi buku anak yang dikejar deadline.

"Aku mau yang hangat, kamu kan tahu aku nggak suka lauk yang dingin, Mah!" rengek Bram seperti anak kecil.

Mala mendesah, yang begini sifat Bram menurun dari bapak kandungnya—apa-apa minta dilayani.

"Ya, sebentar ... kuselesaikan ini dulu!"

"Penting mana sih? Memangnya gambar-gambar begitu mencukupi kebutuhan kita, heh?"

Mata Bram melotot. Lubang hidungnya kembang kempis menahan kesal. Mala heran, kenapa tidak mandiri untuk menghangatkan lauk. Apa ini disebabkan setelah kunjungannya ke rumah ibunya di Semarang, ibunya mengomentari agar Bram mendidik istri Bram agar seperti dirinya?

Mala segera lakukan yang Bram minta, biar cepat saja. Jadi bisa cepat juga selesaikan pekerjaan yang terjeda. Tapi ...

"Nggak mau lauk yang dihangatkan, Mah! Buatin telur mata sapi aja!"

"Kenapa nggak bilang dari tadi, sih!" Mala menaruh piring lauk yang telah dihangatkan di atas meja dengan kesal.

Telur sudah di goreng, Mala baru saja hendak menaruh pantat di kursi. Tapi ...

***

1
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
Nurika Hikmawati
Semangat terus ya Mala... kamu pasti biaa bngkit
Nurika Hikmawati
gantian coba kamu yg di rumah Bram!
Nurika Hikmawati
ceritanya bagus, penulisannya enak dibaca.
Nurika Hikmawati
kasihan sekali mala... sabar ya mala
Nurhikma Arzam
agak seram ya boo
Nurhikma Arzam
curiga sama bram asem
Janti: emang asem sie dia
total 1 replies
Nurhikma Arzam
kereen nih semangat thor
Janti: makasih yaa
total 1 replies
Meliora
🥺 Drama ini sukses membuat saya terharu.
Janti: Makasih yaa👍
total 1 replies
Dulcie
Kisahnya bikin meleleh hati, dari awal sampai akhir.
Janti: makasih kk udah mampir👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!